hasil tangkapan Ks nelayan perahu mesin sebesar 530,95 ton
.
tahun
-1
terjadi over shoot. Hal ini berarti pemanfaatan perikanan tangkap lebih besar dari daya
dukungnya, sehingga sumberdaya perikanan sulit untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi ekologisnya. Pada Gambar 4.18, disajikan gambaran
daya dukung ekologi Kb dan jumlah hasil tangkap Ks nelayan perahu mesin.
Daya dukung ekologi Kb perikanan tangkap nelayan perahu dayung di Waduk Koto Panjang adalah 167,76 ton
.
tahun
-1
. Bila dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan Ks nelayan perahu dayung sebesar
227,55 ton
.
tahun
-1
terjadi over shoot. Hal ini berarti pemanfaatan perikanan tangkap nelayan perahu dayung
lebih besar dari daya dukungnya, sehingga sumberdaya perikanan sulit untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi ekologisnya. Pada Gambar 4.19,
disajikan gambaran daya dukung ekologi Kb dan jumlah hasil tangkap Ks tangkap nelayan perahu dayung.
Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan daya dukung ekologi perikanan tangkap adalah penebaran benih ikan. Dalam penebaran benih
ikan harus memperhatikan jumlah tebar, jenis ikan, dan titik penebaran. Penyebab kegagalan penebaran benih ikan di perairan salah satunya adalah ukuran ikan yang
terlalu kecil sehingga pemangsa mudah memakannya Syafei
2005 dalam Shaleh 2015 oleh karena itu ukuran benih ikan yang ditebar cukup besar yaitu 25 g
.
ekor
-1
agar tidak dimangsa oleh ikan lohan yang memiliki kebiasan, makan ikan kecil Purnomo et al. 2013. Jenis ikan yang ditebar yaitu jenis ikan yang bersifat
pemakan fitoplankton phytoplankton grazer. Hal ini dikarenakan salah satu usaha pencegahan eutrofikasi untuk mengurangi populasi fitoplankton di perairan
apabila terjadi penambahan jumlah KJA di Waduk Koto Panjang serta terhindar dari kompetisi makanan antar jenis ikan. Jenis ikan yang cocok di Waduk Koto
Panjang adalah ikan nila.
Gambar 4.19 Perbandingan K
b
dan K
s
perikanan tangkap nelayan perahu dayung
K
b
K
s
50 100
150 200
250 300
50 100
150 200
Ju m
lah I
k an
Kg
Jumlah nelayan orang
5.000 10.000
15.000 20.000
25.000 30.000
35.000 40.000
100 200
300 400
500 600
700
J um
la h
Wis a
ta w
a n
O ra
ng
Luas Kawasan Wisata Ha
K
b
K
s
4.2.3 Daya Dukung Ekosistem Waduk Koto Panjang untuk Jasa Kultural
Wisata
Daya dukung kawasan DDK adalah jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh suatu kawasan terhadap penggunaan sumberdaya alam
tanpa mengganggu alam dan manusia. Berdasarkan hasil pengamatan pada obyek wisata Waduk Koto Panjang ditentukan empat kegiatan wisata yang perlu
diketahui daya dukungnya yakni memancing, berperahu, duduk santai dan berkemah. Penentuan kegiatan wisata ini didasarkan atas kegiatan wisata yang
banyak dilakukan oleh wisatawan pada saat berada di Waduk Koto Panjang. Berdasarkan hasil penelitian, daya dukung kawasan wisata Waduk Koto Panjang
sebesar 33.672 orang
.
tahun
-1
Tabel 4.7. Tabel 4.7 Daya dukung kawasan
Jenis Kegiatan
Wisata Potensi
Ekologis Pengunjung
Unit Area
Luas Area
Waktu Waktu
yang Disediakan
Daya Dukung
Kawasan Perahu
6 20.000 330.220
0,5 8
1.585 Memancing
1 240 120.080
4 8
1.001 duduk santai
2 16
60.040 2
8 30.020
Berkemah 2
169 90.060
24 24
1.066 DDK
33.672 Daya dukung ekologi Kb wisata di Waduk Koto Panjang adalah 33.672
orang. Bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang ada 13.140 maka kondisi ini adalah terjadi undershoot. Hal ini berarti pemanfaatan ruang wisata
masih dibawah daya dukung, sehingga masih terdapat ruang dan waktu dimana sumberdaya dapat memperbaiki dan mempertahankan fungsi ekologisnya. Pada
Gambar 4.20 disajikan gambaran daya dukung ekologi dan ekonomi wisata.
Gambar 4.20 Perbandingan K
b
dan K
s
wisatawan
Wisata pemancingan di Waduk Koto Panjang masih belum diatur secara baik padahal pengembangan wisata pemancingan di waduk akan memberikan
manfaat terhadap masyarakat sekitar yaitu menciptakan peluang-peluang usaha seperti berjualan makanan, minuman, umpan dan penjualan ikan kepada
pemancing sehingga mampu menopang kehidupan masyarakat itu sendiri. Pengembangan wisata pemancingan di Waduk Koto Panjang harus mengatur
ukuran mata kail agar ukuran ikan yang tertangkap adalah ukuran panen, bukan ikan yang sedang tumbuh setelah penebaran. Novita 2015 menyebutkan
beberapa ukuran mata kail yakni ukuran no. 3-4 digunakan untuk ikan ukuran 3 jari 100 g, no. 5-6 digunakan untuk ikan ukuran 4 jari 175 g, dan 7-8
digunakan untuk ikan ukuran 5 jari 250 g. Oleh karena itu mata kail yang digunakan minimal adalah no 4. Untuk melestarikan stok ikan juga diperlukan
adanya penarikan retribusi untuk memancing di suatu perairan Waduk Koto Panjang, seperti yang telah dilakukan oleh waduk Malahayu di Brebes telah
melakukan penarikan retribusi kepada pemancing untuk melestarikan stok ikan yaitu sebesar Rp. 4000
.
orang
-1.
hari
-1
. Besaran biaya retribusi setiap pemancing ditentukan oleh kesepakatan bersama antara pemancing dengan stakeholder lain
yang terkait.
4.2.4 Analisis usaha untuk budidaya ikan KJA dan Penangkapan Ikan
Dari hasil wawancara dan observasi dilapangan setelah diolah diperoleh data bahwa usaha budidaya ikan jaring apung dan penangkapan ikan di Waduk
Koto Panjang sampai saat ini masih layak untuk diusahakan. Data hasil analisis kelayakan usaha dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Kelayakan usaha budidaya KJA dan penangkapan di Waduk Koto
Panjang No
Indikator Budidaya KJA
Nelayan Perahu Mesin
Nelayan Perahu dayung
1 Keuntungan Rp
47.006.034,50 29.313.301,59
15.044.311,11 2
RC 1,51
3,55 3,48
3 PP Tahun
0,59 3,35
3,63 4
ROI 1,70
3,59 3,31
5 NPVRp
97.529.816,39 142.169.973,13
72.313.686,96 6
Net BC 1,44
3,01 2,91
7 IRR
98 49
46 Sumber: Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4
Dari hasil analisis tersebut usaha budidaya ikan di KJA dan Penangkapan masih layak, karena : 1 Net Present Value NPV positif yang berarti usaha
tersebut menggambarkan nilai bersih sekarang menguntungkan, 2 Gross BC Ratio 0, 3 Internal Rate of Return IRR lebih besar dibandingkan dengan
suku bunga berlaku 15.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pangemanan 2014 yang melakukan penelitian di Danau Tondano menyatakan bahwa usaha KJA layak
untuk dilakukan dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 89.408.712, IRR sebesar 1.23 dan Net BC sebesar 1,83. Hendrik 2010 melakukan penelitian kelayakan