Daya Dukung Ekosistem Waduk untuk Jasa Penyediaan Perikanan

Wisata pemancingan di Waduk Koto Panjang masih belum diatur secara baik padahal pengembangan wisata pemancingan di waduk akan memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar yaitu menciptakan peluang-peluang usaha seperti berjualan makanan, minuman, umpan dan penjualan ikan kepada pemancing sehingga mampu menopang kehidupan masyarakat itu sendiri. Pengembangan wisata pemancingan di Waduk Koto Panjang harus mengatur ukuran mata kail agar ukuran ikan yang tertangkap adalah ukuran panen, bukan ikan yang sedang tumbuh setelah penebaran. Novita 2015 menyebutkan beberapa ukuran mata kail yakni ukuran no. 3-4 digunakan untuk ikan ukuran 3 jari 100 g, no. 5-6 digunakan untuk ikan ukuran 4 jari 175 g, dan 7-8 digunakan untuk ikan ukuran 5 jari 250 g. Oleh karena itu mata kail yang digunakan minimal adalah no 4. Untuk melestarikan stok ikan juga diperlukan adanya penarikan retribusi untuk memancing di suatu perairan Waduk Koto Panjang, seperti yang telah dilakukan oleh waduk Malahayu di Brebes telah melakukan penarikan retribusi kepada pemancing untuk melestarikan stok ikan yaitu sebesar Rp. 4000 . orang -1. hari -1 . Besaran biaya retribusi setiap pemancing ditentukan oleh kesepakatan bersama antara pemancing dengan stakeholder lain yang terkait.

4.2.4 Analisis usaha untuk budidaya ikan KJA dan Penangkapan Ikan

Dari hasil wawancara dan observasi dilapangan setelah diolah diperoleh data bahwa usaha budidaya ikan jaring apung dan penangkapan ikan di Waduk Koto Panjang sampai saat ini masih layak untuk diusahakan. Data hasil analisis kelayakan usaha dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Kelayakan usaha budidaya KJA dan penangkapan di Waduk Koto Panjang No Indikator Budidaya KJA Nelayan Perahu Mesin Nelayan Perahu dayung 1 Keuntungan Rp 47.006.034,50 29.313.301,59 15.044.311,11 2 RC 1,51 3,55 3,48 3 PP Tahun 0,59 3,35 3,63 4 ROI 1,70 3,59 3,31 5 NPVRp 97.529.816,39 142.169.973,13 72.313.686,96 6 Net BC 1,44 3,01 2,91 7 IRR 98 49 46 Sumber: Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4 Dari hasil analisis tersebut usaha budidaya ikan di KJA dan Penangkapan masih layak, karena : 1 Net Present Value NPV positif yang berarti usaha tersebut menggambarkan nilai bersih sekarang menguntungkan, 2 Gross BC Ratio 0, 3 Internal Rate of Return IRR lebih besar dibandingkan dengan suku bunga berlaku 15. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pangemanan 2014 yang melakukan penelitian di Danau Tondano menyatakan bahwa usaha KJA layak untuk dilakukan dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 89.408.712, IRR sebesar 1.23 dan Net BC sebesar 1,83. Hendrik 2010 melakukan penelitian kelayakan budidaya Ikan Nila di KJA menyatakan bahwa usaha KJA layak untuk dilakukan dengan dengan nilai BCR sebesar 1,37, FRR sebesar 0,21 dan PPC sebesar 1,2.

4.3 Nilai Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang

Ekosistem Waduk Koto Panjang merupakan salah satu ekosistem yang banyak memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Penilaian ekonomi Waduk Koto Panjang hanya dibatasi dibatasi hanya untuk ekosistem aquatik perairan Waduk Koto Panjang. Nilai jasa ekosistem yang dihitung di Waduk Koto Panjang adalah jasa penyediaan budidaya ikan KJA dan perikanan tangkap serta jasa kultural wisata.

4.3.1 Nilai ekonomi jasa Penyediaan Budidaya KJA

Pendekatan fungsi permintaan demand function digunakan dalam analisis ini dengan asumsi bahwa pengguna sumberdaya resources users dianggap sebagai konsumen sumberdaya resources consumers Ostrom, 2009. Nilai ekonomi jasa penyediaan budidaya ikan KJA dihitung dengan menggunakan pendekatan Effect of Production EoP. Fungsi permintaan budidaya KJA yang diperoleh dengan meregresikan peubah terikat harga ikan tertimbang X 1 , umur X 2 , pendidikan X 3 , jumlah anggota keluarga X 4 dan pendapatan X 5 dengan produksi KJA Q, kemudian digunakan untuk membangun kurva permintaan dan surplus konsumen kegiatan budidaya KJA yang kemudian menjadi nilai ekonomi budidaya KJA kawasan ini. Dari hasil regresi maka diperoleh model permintaan sebagai berikut: Tingkat signifikansi hubungan nilai produksi KJA dengan beberapa variabel lain ditunjukkan dengan nilai R-square sebesar 68.52 dan P-value sebesar 1,2x10 -5 Persamaan 1, berarti peubah bebas yang digunakan dalam model harga ikan tertimbang, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan mampu menjelaskan keragaman peubah tak bebas, yaitu produksi KJA sebesar 68.52. Model permintaan yang diperoleh juga dapat menunjukkan hubungan yang berlawanan antara produksi KJA dengan harga tertimbang, umur dan pendidikan. Tanda negatif menunjukkan bahwa pada fungsi permintaan tersebut terdapat hubungan terbalik antara harga tertimbang, umur dan pendidikan dengan produksi KJA. Apabila terjadi kenaikan produksi KJA, maka akan menyebabkan penurunan harga ikan tertimbang. Akan tetapi, produksi KJA berhubungan positif dengan pendapatan dan jumlah anggota keluarga, sehingga semakin besar produksi KJA akan meningkatkan pendapatan Lampiran 5. Hasil regresi yang didapatkan dapat digunakan untuk membangun kurva permintaan dan menentukan surplus konsumen dari kegiatan budidaya KJA di ekosistem Waduk Koto Panjang. Kurva permintaan yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 4.21. LnQ=12,70575-0,63007X 1 -0,04191X 2 -0,01169X 3 +0,024049X 4 + 0,137332X 5 9,63-05 0,22 0,37 0,31 6,44-07 R 2 = 68.52, P-value = 1,2 x 10 -5 Persamaan 1 Gambar 4.21 Kurva Permintaan Budidaya KJA di Waduk Koto Panjang Berdasarkan fungsi permintaan diatas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi KJA dengan menghitung besarnya nilai surplus konsumen CS. Nilai surplus konsumen diperoleh Rp 321.167.745,60 per KJA per tahun. Nilai ekonomi dari KJA di Waduk Koto Panjang diperoleh sebesar Rp 334.233.226.

4.3.2 Nilai Ekonomi Jasa Penyediaan Perikanan Tangkap

Nilai ekonomi jasa penyediaan perikanan tangkap nelayan mesin dihitung dengan menggunakan pendekatan Effect of Production EoP. Fungsi permintaan nelayan mesin yang diperoleh dengan meregresikan peubah terikat harga ikan tertimbang X 1 , umur X 2 , pendidikan X 3 , jumlah anggota keluarga X 4 dan pendapatan X 5 dengan produksi ikan Q, kemudian digunakan untuk membangun kurva permintaan dan surplus konsumen kegiatan perikanan tangkap nelayan mesin yang kemudian menjadi nilai ekonomi perikanan tangkap nelayan mesin kawasan ini. Dari hasil regresi maka diperoleh model permintaan sebagai berikut: Tingkat signifikansi hubungan nilai produksi ikan dengan beberapa variabel lain ditunjukkan dengan nila R-square sebesar 98.09 dan P-value sebesar 1,1x10 -47 Persamaan 2, berarti peubah bebas yang digunakan dalam model harga ikan tertimbang, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan mampu menjelaskan keragaman peubah tak bebas, yaitu produksi ikan sebesar 98.09. Model permintaan yang diperoleh juga dapat menunjukkan hubungan yang berlawanan antara produksi ikan dengan harga tertimbang, pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Tanda negatif menunjukkan bahwa pada fungsi permintaan tersebut terdapat hubungan terbalik antara harga tertimbang, pendidikan dan jumlah anggota keluarga dengan produksi ikan. Apabila terjadi kenaikan produksi ikan, maka akan menyebabkan penurunan harga ikan y = 19.356.635.322,46x -1,59 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 P Rpk g Q kg LnQ = 3,66675 -0,98669X 1 + 0,070067X 2 -0,00699X 3 -0,00375X 4 + 0,78545X 5 1,15E-43 0,06 0,85 0,91 7,42-49 R 2 = 98.09, P-value= 1,1x 10 -47 Persamaan 2