Simulasi Model Model Dinamik Pengelolaan Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 Lim ba h_KJA Lim ba h_KJA Sk e na rio D a ya Ta m pung Lim ba h Tahun L im b a h K J A to n t a h u n Gambar 4.32 Grafik simulasi skenario model perkembangan KJA peningkatan unit KJA Berdasarkan grafik simulasi skenario model perkembangan KJA, tampak bahwa perkembangan unit KJA dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Namun demikian peningkatan unit KJA tersebut akan memberikan dampak berupa peningkatan limbah dari kegiatan KJA di dalam waduk. Grafik peningkatan limbah dari kegiatan KJA sebelum dan setelah skenario seperti pada Gambar 4.33 Peningkatan jumlah KJA tersebut akan meningkatkan limbah di waduk pada tahun 2020 sebesar 39,35 atau meningkat menjadi 183.005,44 ton dari 131.328,45 ton sebelum skenario dilakukan. Kenaikan limbah KJA sudah melewati daya tampung limbah 95.179,82 ton pada tahun 2019 sedang berdasarkan skenario sudah melewati daya tampung pada tahun 2017 Disisi lain, peningkatan unit KJA tersebut, akan memberikan peningkatan nilai ekonomi kegiatan KJA. Grafik pertambahan nilai ekonomi KJA disajikan pada Gambar 4.34 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2.200 2.400 Jm l KJA Jm l KJA Sk e nario Tahun K J A u n it Gambar 4.33 Grafik simulasi skenario model perkembangan KJA peningkatan nilai ekonomi Gambar 4.34 Grafik simulasi skenario model perkembangan KJA peningkatan nilai ekonomi Grafik simulasi peningkatan nilai ekonomi KJA mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2016 selanjutnya nilai ekonomi menjadi tetap. Pada tahun 2020 nilai ekonomi KJA akan diperoleh sebesar Rp.1,56 milyar dari sebelumnya Rp.908 juta atau meningkat sebanyak 71,8. Skenario yang juga dilakukan adalah meningkatkan nilai ekonomi kegiatan wisata. Skenario dilakukan dengan menaikkan jumlah wisatawan yang potensial sebesar 100 dari jumlah sebelumnya 13.140 orang menjadi 26.280 orang wisatawan. Secara grafik penambahan tersebut akan meningkatkan nilai ekonomi potensial kegiatan wisata. Lebih rinci seperti pada Gambar 4.35 Gambar 4.35 Grafik simulasi skenario model peningkatan wisatawan peningkatan nilai ekonomi Hasil simulasi model skenario seperti pada Gambar 4.35 diatas, menunjukkan peningkatan nilai tambah yang signifikan. Hal tersebut tampak bahwa pada tahun 2020 nilai ekonomi wisata akan meningkat menjadi 2,9 milyar rupiah dari sebelumnya 2,2 juta rupiah atau meningkat sebesar 1.344. 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 200.000.000 400.000.000 600.000.000 800.000.000 1.000.000.000 1.200.000.000 1.400.000.000 1.600.000.000 Nila i Ek onom i KJA Nila i Ek onom i KJA Sk e na rio Tahun N il a i E k o n o m i R p. 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 Nilai Ek onom i W isata Nilai Ek onom i W isata sk e nario Tahun N il a i E k o n o m i R p. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil identifikasi jasa ekosistem di Waduk Koto Panjang adalah jasa penyediaan yang terdiri dari perikanan budidaya KJA dan perikanan tangkap serta jasa kultural yaitu wisata. 2. Berdasarkan analisis kualitas air diperoleh bahwa perairan Waduk Koto Panjang masih berada dibawah baku mutu air kelas III, sehingga masih bisa dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dan wisata. Kualitas perairan Waduk Koto Panjang masih mendukung kehidupan fitoplankton, zooplanton dan nekton dilihat dari kesuburannya yang menyatakan bahwa Waduk Koto Panjang merupakan perairan yang subur. Kegiatan perikanan budidaya KJA dan wisata masih memiliki peluang untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisis daya dukung, sedangkan kegiatan perikanan tangkap sudah melewati daya dukung. 3. Nilai ekonomi dari ekosistem Waduk Koto Panjang diperoleh berturut turut untuk kegiatan budidaya sebesar adalah sebesar Rp. 334.233.226, kegiatan perikanan tangkap nelayan perahu mesin sebesar Rp. 1.264.469.391, kegiatan perikanan tangkap nelayan perahu dayung sebesar Rp. 232.924.194 dan kegiatan wisata sebesar Rp. 258.704.704 dengan nilai ekonomi total sebesar Rp. 2.090.331.515. 4. Model dinamik pengelolaan jasa-jasa ekosistem Waduk Koto Panjang berdasarkan daya dukung, diperoleh bahwa grafik pertumbuhan nilai ekonomi akan mencapai puncaknya pada nilai Rp.3,3 milyar. Nilai ekonomi tersebut merupakan nilai ekonomi total dari empat kegiatan utama pemanfaatan jasa- jasa ekosistem Waduk Koto Panjang, yakni; budidaya KJA sebesar Rp.1,1 milyar, wisata sebesar Rp.1,6 milyar penangkapan ikan oleh nelayan perahu dayung sebesar Rp.60 juta dan penangkapan ikan oleh nelayan perahu mesin sebesar Rp.489 juta. Model skenario yang dikembangkan dengan meningkatkan pertumbuhan KJA sebesar 30 dan wisatawan 100, berhasil meningkatkan nilai ekonomi total sebesar Rp.5,08 milyar dari sebelumnya yang hanya sekitar Rp.3,3 milyar atau meningkat sekitar 53,95. Kenaikan nilai ekonomi tersebut diperoleh dari peningkatan nilai ekonomi kegiatan KJA sebesar Rp.1,56 milyar dan peningkatan nilai ekonomi kegiatan wisata sebesar Rp.2,9 milyar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pentingnya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan jasa ekosistem lainnya seperti jasa regulasi dan jasa pendukung di Ekosistem Waduk Koto Panjang. 2. Berdasarkan hasil dari daya dukung ekosistem Waduk Koto Panjang terhadap kegiatan budidaya perikanan KJA maka budidaya perikanan KJA masih bisa ditingkatkan sampai kepada batas daya dukungnya yaitu sebesar 8.638,57 ton ikan atau setara dengan 1.481 petak KJA jika menggunakan FCR 1,62 dan padat tebar 28.355 ekor·KJA -1 ·tahun -1 .Lokasi budidaya KJA masih terkonsentrasi di daerah damsite jadi disarankan untuk pengembangan KJA dilakukan pada zona yang telah ditetapkan untuk budidaya perikanan KJA. 3. Berdasarkan hasil dari daya dukung ekosistem Waduk Koto Panjang terhadap kegiatan perikanan tangkap dimana penangkapan sudah melebihi daya dukungnya sehingga disarankan dilakukan penebaran benih sebagai restocking ikan dan pembatasan penggunaan alat tangkap baik ukuran mata kail atau mata jaring sehingga ikan yang masih kecil tidak tertangkap. 4. Berdasarkan hasil dari daya dukung kawasan wisata, kegiatan wisata di ekosistem Waduk Koto Panjang masih bisa dikembangkan sampai kepada batas daya dukungnya yaitu 33.672 orang. DAFTAR PUSTAKA Adrianto L. 2004. Ekonomi dan pengelolaan mangrove dan terumbu karang. Bogor: PKSPL. Adrianto L. 2006. Modul pengenalan konsep dan metodologi valuasi ekonomi sumberdaya pesisir dan laut. Bogor: PKSPL. Adrianto L. 2007. Pengantar penilaian ekonomi sumberdaya pesisir dan kelautan. Bogor: PKSPL. Akbar A. 2004. Dampak pembangunan PLTA Koto Panjang terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan XIII Koto Kampar Riau[Tesis]. Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Aliar. 2004. Perkembangan pembinaan lingkungan hidup kemasyarakat pasca pembangunan PLTA Koto Panjang dan dampaknya di Kabupaten Kampar dalam perspektif hukum lingkungan. Jurnal Hukum Respublica. Amelia CD, Hasan Z, Mulyani Y. 2012. Distribusi spasial komunitas plankton sebagai bioindikator kualitas perairan di Situ Bagendit Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 34:301 311. Adriani S.N, Krismono, Nurdawati, Syarifah T, Didik WH, Nurfiarini, Amula. 2006. Status terkini sumberdaya ikan di Waduk Koto Panjang Propinsi Riau. Jati Luhur : Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. [APHA] America Public Health Association. 1992. Standard method for the examination of water and wastewater. Ed ke-17. Washington DC. Barbier EB, Evamaria WK, Brian RS, Sally DH, Eric W, Jurgenne P, Elise FG, Stephen P, Shankar A, Lori AC, David MS, Chris JK, David B, Carrie VK, Gerardo MEP, Denise JR. 2008. Coastal ecosystem-based management with nonlinear ecological functions and values. Science 319:321-3. Bengen DG. 2002. Pengembangan konsep daya dukung dalam pengelolaan lingkungan pulau-pulau kecil. Bogor: Kantor Kementrian Lingkungan Hidup RI dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Beveridge MCM. 1984. Cage and pen fish farming carrying capacity models and environmental impact. FAO Fish. Tech. Pap. 255 : 131p. Beveridge MCM. 2004. Cage aquaculture, 3rd ed. Wiley-Blackwell, Oxford, UK, pp.368. Boardman AE, Greenberg DH, Vining AR, Weimer DL. 2006. Cost-benefit analysis: concepts and practice. 4th edition. Upper Saddle River NJ: Prentice Hall. Boediono. 1999. Teori pertumbuhan ekonomi, Yogyakarta: BPFE. Burnawi. 2011. Pengamatan fekunditas ikan motan Thynnichthys polylepis hasil tangkapan nelayan dari Waduk Koto Panjang Provinsi Riau. BTL:Vol 9 No 1 Juni 2011. [BPPPSPL] Badan Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya perairan dan Lingkungan Universitas Riau. 2006. Review zonasi waduk PLTA Koto Panjang. Pekanbaru: Universitas Riau. [BAPEDAL] Badan Pengelolaaan Dampak Lingkungan Provinsi Riau. 2006. Kajian kondisi parameter kualitas air dan lingkungan PLTA Koto Panjang. Pekanbaru: BAPEDAL. Caughley G. 1979. What it this thing called carrying capacity? Pages 2 –8 in MS Boyce and LD Hayden, editors. North American elk: ecology, behavior, and management. University of Wyoming Press. Laramie. Costanza R, Kubiszewski I, Ervin D, Bluffstone R, Boyd J, Brown D, Chang H, Dujon V, Granek E, Polasky S. 2011. Valuing ecological systems and services. F1000 Biology Reports. USA: Portland State University. David GS, Carvalho ED, Lemos D, Silveira AN, Dall ASM. 2015. Ecological carrying capacity for intensive tilapia Oreochromis niloticus cage aquaculture in a large hydroelectrical reservoir in Southeastern. J. Aquacultural Engineering. 66: 30 –40. De Groot RS, Wilson MA, Boumans RMJ, 2002. A Typology for the classification, description and valuation of ecosystem functions, Goods and Services. J.Ecological Economics. 41: 393 –408. Demir N, Kirkagac MU, Pulatsu S, Bekcan S. 2001. Influence of trout cage culture on water quality, plankton and benthos in an Anatolian dam Lake. The Israel Journal of Aquaculture-bamidgeh.533-4: 115-127 Desrita. 2011. Bioekologi ikan Bunga Air Clupeichthysgoniognathus, Bleeker 1855 di perairan inlet Waduk Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Dwiastuti R. 2006. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di daerah tangkapan air Bendungan Sutami dan Sengguruh: suatu pendekatan optimasi ekonomi [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjan. Institut Pertanian Bogor. Eriyatno. 1999. Ilmu sistem: meningkatkan mutu dan efektivitas manajemen. Jilid 1. Edisi Ketiga. Bogor. IPB Press. Eriyatno. 2003. Ilmu sistem: meningkatkan mutu dan efektivitas manajemen. Jilid Satu. Bogor. IPB Press. [FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2001. Inland fisheries ecology and management. Blackwell Science London. Fauzi A. 2000. An overview of economic valuation techniques : a highlight on information needen for their application in developing countries. Makalah disampaikan pada INCO-DEV International Workshop on Information System for Policy and Technical Support of Fisheries and Aquaculture, Los Banos, Philippines, 5-7 Juni 2000. Fauzi A. 2010. Ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk analisis kebijakan. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Garno YS. 2002. Kualitas perairan Waduk Cirata: dinamika kualitas air di dua lokasi yang berbeda jumlah keramba jaring apungnya. Jurnal Teknologi Lingkungan. 31: 50 60. Garrod G, Willis KG. 1999. Economic valuation of the environment: method and case studies. Chletenham UK: Edward Elgar. Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. McGrawHill Book Co. New York. Gufran HM. 2007. Pengelolaan kualitas air. Bineka Cipta. Jakarta Guo L, Li Z. 2003. Effect of nitrogen and phosphorus from fish cage-culture on the communities of a shallow lake in middle Yangtze River basin of China. Aquaculture. 226: 201-212