2. PT Saung Mirwan
PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agroindustri yang bertugas untuk mengolah sayuran Edamame dari petani untuk dikirim ke ritel
atau pelanggan.
3. Ritel
Ritel atau yang biasa disebut oleh PT Saung Mirwan customer adalah pihak yang melakukan kerjasama dengan PT Saung Mirwan,
dalam hal pembeliaan sayuran Edamame dari PT Saung Mirwan dan untuk dijual tanpa diolah terlebih dahulu oleh konsumen.
4.2.4 Analytic Hierarchy Process AHP
Analytic Hierarchy Process AHP merupakan suatu teknis analisis keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan
dalam suatu diagram bertingkat yang umumnya dimulai dari tujuan sasaran, kemudian kriteria level pertama, lalu sub kriteria dan
seterusnya. Gambar 8 menunjukan kerangka umum AHP yang terdiri dari 4 empat level. Level pertama menunjukkan tujuan atau ultimate
goal, yaitu “Menentukan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Level kedua pada
struktur hirarki menunjukkan proses bisnis rantai pasokan, yang terdiri dari Plan, Source, Make, Process, dan Deliver. Level ketiga pada
struktur hirarki menunjukkan risiko rantai pasokan yang dibedakan menjadi tiga bagian yaitu risiko operasional, risiko pemasaran, dan
risiko keuangan. Level keempat pada struktur hirarki menunjukkan alternatif prioritas dari anggota rantai pasokan sayuran Edamame. Hasil
dari analisis ini akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan anggota rantai pasok sayuran Edamame dan risiko rantai pasok sayuran
Edamame yang akan ditelaah secara mendalam.
4.2.5 Hasil Analytic Hierarchy Process AHP
Berdasarkan hasil kuesioner pakar dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process AHP diperolah perbandingan
berpasangan antara tujuan utama sebagai kontrol dan kriteria proses bisnis, akan dilihat yang memiliki pengaruh yang paling besar.
Gambar 9 menunjukkan matriks dari perbandingan pasangan tersebut. Hasil pengolahan prioritas adalah proses Plan perencanaan
mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.264 sehingga proses perencanaan memiliki pengaruh paling besar diantara keempat
proses yang lain. Nilai CR sebesar 0.047 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1 Gambar 10. Setelah
menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada tujuan terhadap proses bisnis, maka dilakukan penilaian pada perbandingan
berpasangan pada Plan terhadap risiko rantai pasok. Matriks Gambar 8. Struktur Hierarki Penentukan Prioritas Dari Anggota Rantai
Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan
Menentukan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung
Mirwan Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan
Plan perencanaan
Source pengadaan
Make budidaya
Process pengolahan
Deliver pengiriman
Risiko Operasional
Risiko Pemasaran
Risiko Keuangan
Petani PT Saung
Mirwan Ritel
perbandingan berpasangan Plan terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Gambar 9. Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis
Gambar 10. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis
Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.363 sehingga risiko
operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Plan. Nilai CR sebesar 0.0005 yang berarti
penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1 Gambar 12. Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Plan
terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Source terhadap risiko rantai pasok.
Matriks pembandingan berpasangan Source terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 13 dan
Gambar 14.
Gambar 11. Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 12. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai
Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai
nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.610 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga
risiko lain terhadap Source. Nilai CR sebesar 0.005 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1 Gambar 14.
Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Source terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada
perbandingan berpasangan pada Make terhadap risiko rantai pasok.
Matriks perbandingan berpasangan Make terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 15 dan
Gambar 16.
Gambar 13.Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 14. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai
Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai
nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.518 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga
risiko lain terhadap Make. Nilai CR sebesar 0.010 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1 Gambar 16.
Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Make terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada
perbandingan berpasangan pada Process terhadap risiko rantai pasok. Matriks perbandingan berpasangan Process terhadap risiko rantai pasok
dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.
Gambar 15. Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 16. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai
Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai
nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.365 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga
risiko lain terhadap Process. Nilai CR sebesar 0.060 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1 Gambar 18.
Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Procces terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada
perbandingan berpasangan pada Deliver terhadap risiko rantai pasok. Matriks perbandingan berpasangan Deliver terhadap risiko rantai pasok
dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20.
Gambar 17. Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 18. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai
Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai
nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.367 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga
risiko lain terhadap Deliver. Nilai CR sebesar 0.016 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1 Gambar 20.
Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Deliver terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada
perbandingan berpasangan pada Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan
Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22.
Gambar 19. Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 20. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai
Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai
nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.693 sehingga PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara
ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.036 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1
Gambar 22. Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok
Sayuran Edamame, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok
Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame dan
prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24.
Gambar 21. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
Gambar 22. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap
anggota rantai pasok Sayuran Edamame Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai
nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.436 sehingga PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara
ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.087 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR 0.1
Gambar 24. Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok
Sayuran Edamame, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok
Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame dan
prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 25 dan Gambar 26.
Gambar 23. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
Gambar 24. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap
anggota rantai pasok Sayuran Edamame Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai
nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.446 sehingga PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara
ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.087 yang berarti penilaian dianggap konsisten karena nilai CR 0.1
Gambar 26.
Gambar 25. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
Gambar 26. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap
anggota rantai pasok Sayuran Edamame Prioritas akhir AHP terbesar pada proses bisnis adalah pada
proses Plan perencanaan yaitu sebesar 0,264, pada risiko rantai pasok adalah risiko operasional yaitu sebesar 0.454, dan pada anggota rantai
pasok sayuran Edamame adalah PT Saung Mirwan yaitu sebesar 0,556 Tabel 5. Hasil sintesis AHP dapat dilihat pada Gambar 27.
Setelah dilakukan penilaian prioritas dengan mengggunakan kemudian Analytic Hierarchy Process AHP, kemudian dilakukan
penilaian prioritas dengan mengggunakan Analytic Network Process ANP. Penilaian prioritas dengan mengggunakan Analytic Network
Process ANP bertujuan untuk melihat apakah prioritas yang dihasilkan dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process AHP
sama dengan prioritas yang dihasilkan dengan mengggunakan Analytic Network Process ANP.
Tabel 5. Prioritas akhir AHP
Keterangan Normalized by
cluster Limiting
PROSES BISNIS
1. Plan
0.26413
0.088043 2. Source
0.24070 0.080233
3. Make 0.19908
0.066359 4. Process
0.20469 0.068230
5. Deliver 0.09141
0.030469
RISIKO RANTAI PASOK
1. Risiko Operasional
0.45410
0.151366 2. Risiko Pemasaran 0.21750
0.072501 3. Risiko Keuangan
0.32840 0.109466
ANGGOTA RANTAI PASOK
1. Petani 0.22492
0.074972 2. PT Saung Mirwan
0.55592
0.185306 3. Ritel
0.21917 0.073055
Gambar 27. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada AHP
4.2.6 Kerangka Umum ANP