4.3.2 Pengukuran dan Pemetaan Risiko Operasional Rantai Pasokan
Sayuran Edamame Pada PT Saung Mirwan
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitas risiko dan faktor kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait
dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul.
Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Pengukuran risiko dilakukan dengan menentukan dampak
dan frekuensi dari masing-masing peubah. Pengukuran risiko berdasarkan nilai modus frekuensi dan dampak risiko dari responden.
Masing-masing nilai modus peubah risiko dipetakan pada peta risiko yang terdiri dari empat kuadran. Kuadran risiko I merupakan kuadran
risiko dengan frekuensi tinggi dan dampak tinggi. Kuadran risiko II merupakan kuadran risiko dengan frekuensi rendah dan dampak tinggi.
Kuadran risiko III merupakan kuadran risiko dengan frekuensi tinggi dan dampak rendah. Kuadran IV merupakan kuadran risiko frekuensi
rendah dan dampak rendah. Pemetaan risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 34 dan keterangan pemetaan risiko operasional dapat
dilihat pada Tabel 8. Risiko yang terdapat pada kuadran I adalah risiko yang
mempunyai potensi mengancam pencapaian tujuan perusahaan, karena mempunyai frekuensi dan dampak yang tinggi. Risiko-risiko yang
terdapat pada kuadran 1 yang dapat membahayakan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu kelangkaan bahan baku benih dan
pupuk, jumlah produksi tidak sesuai target, bahan baku yang terlambat datang, petani terlambat atau tidak tepat waktu dalam mendistribusikan
Edamame dari lahan ke perusahaan, kesalahan petani atau pekerja Human Error, kesalahan dalam memilih benih, pupuk, obat-obatan,
penggunaan alat, kesalahan dalam menafsir jumlah produksi Edamame, musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu efek Global
Warming, dan fluktuasi curah hujan yang tinggi efek Global Warming.
Kelangkaan bahan baku mengakibatkan petani mitra tidak dapat melakukan produksi sayuran Edamame. Solusinya adalah memproduksi
sendiri benih Edamame, karena perusahaan lain atau pemasok lain tidak memberikan benih Edamame yang sesuai standar kualitas benih
PT Saung Mirwan. Kesalahan dalam memilih benih, pupuk, dan human error lainnya pun menjadi pemicu risiko, sehingga diperlukan
keuletan, sikap selektif untuk dapat meminimalisir risiko tersebut. Risiko di bagian hulu menyebabkan hasil yang diperoleh di
bagian hilir tidak optimal, sehingga muncul risiko jumlah produksi tidak sesuai target dan risiko waktu pengiriman sayuran Edamame dari
perusahaan ke ritel tidak tepat waktu. Tujuan manajemen rantai pasok adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan
perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan, sehingga diperlukan tindakan korektif mulai dari hulu sampai hilir rantai pasok.
Kejadian yang disebabkan dari luar perusahaan atau lingkungan eksternal perusahaan, seperti musim kemarau dan musim hujan yang
tidak menentu dan fluktuasi curah hujan yang tinggi saat ini sulit untuk diprediksi, karena adanya efek Global Warming.
Kuadran II berisi risiko yang jarang terjadi tetapi mempunyai dampak yang sangat tinggi. Kuadran II merupakan kuadran yang
beranggotakan risiko-risiko yang mampu dikelola oleh PT Saung Mirwan. Contoh risiko yang terdapat pada kuadran II yaitu
mutu bahan baku tidak sesuai standar, tindakan penggudangan yang tidak tepat, petani kurang memahami cara penanaman yang baik,
pegawai kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel, dan bencana alam banjir, gempa bumi.
Risiko-risiko tersebut sudah dapat dikelola oleh PT Saung Mirwan. PT Saung Mirwan selalu memberikan pelatihan, penyuluhan, dan
pengarahan kepada petani mitra dan karyawan mengenai upaya untuk menjaga kestabilan mutu sayuran Edamame, seperti dalam hal
penggudangan sayuran Edamame yang tepat dan penanganan pasca panen sayuran Edamame yang tepat.
Kuadran III berisi risiko-risiko yang sering terjadi dan sering dialami oleh PT Saung Mirwan. Risiko tersebut yaitu jumlah Edamame
yang didistribusikan ke ritel tidak sesuai. Frekuensi risiko tersebut cenderung sering, tetapi dampaknya tidak terlalu besar. Meskipun
demikian, pemicu-pemicu risiko tersebut harus dikelola, agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Risiko yang diidentifikasi pada kuadran IV adalah risiko-risiko yang tidak berbahaya. Risiko-risiko tersebut adalah mutu peralatan alat
budidaya pertanian yang tidak sesuai standar, waktu pengiriman dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu, lokasi penanaman kurang ideal,
distorsi informasi tidak ada jaringan komunikasi, saluran telepon yang tidak berfungsi, dan sistem pemantauan proses pelaksanaan di lahan
Edamame-perusahaan-ritel yang kurang berjalan dengan baik.
1.00
Gambar 34. Peta Risiko Operasional
43 45
Frekuensi Dampak
3.00 5.00
1.00 3.00
5.00
1 6
2 3
4 9
42
11,44, 47,49
12 13
14 15
16 18
19 20
22 23
25 27
28 29
31 32
33 35
36 37
38 39
40 41
46
Kuadran 1 Kuadran 11
Kuadran 111 Kuadran 1V
Tabel 8. Keterangan Peta Risiko Operasional
No Variabel Risiko
1 Kelangkaan bahan baku benih dan pupuk
2 Bahan baku terlambat
3 Mutu bahan baku tidak sesuai standar
4 Mutu peralatan alat budidaya pertanian yang tidak sesuai standar
6 Jumlah produksi Edamame dari petani tidak sesuai target
9 Penanganan pasca panen yang tidak sesuai standar mis: kegiatan
penggudangan, pengemasan, dll 11
Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi
12 Tindakan penggudangan yang tidak tepat
13 Waktu pengiriman dari petani ke perusahaan tidak tepat waktu
14 Waktu pengiriman dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu
15 Jumlah Edamame yang didistribusikan ke ritel tidak sesuai
16 Petani kurang memahami cara penanaman yang baik
18 Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman Edamame
19 Kesalahan Petani atau Pekerja kesalahan dalam memilih bibit, pupuk, obat-
obatan, penggunaan alat, kesalahan dalam menafsir jumlah produksi Edamame
20 Petani atau Pekerja kurang memahami penanganan pasca panen yang baik
22 Kinerjaproduktivitas karyawan rendah
23 Kelalaian dalam penanganan pasca penen
25 Pegawai kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan
ke ritel 27
Petani dan pegawai tidak peduli dengan kualitas Edamame dengan baik 28
Kesalahan dalam memilih alat distribusi Edamame lahan-perusahaan-ritel 29
Petani terlambat atau tidak tepat waktu dalam mendistribusikan Edamame dari lahan ke perusahaan
31 Sistem penentuan harga Edamame antara pemasok-perusahaan-ritel yang
tidak jelas 32
Sistem pemesanan dan pembayaran yang kurang jelas 33
Lokasi penanaman kurang ideal 34
Informasi budidaya Edamame yang baik masih terbatas 35
Penerapan teknologi tidak sesuai standar kecanggihan alat dan mesin proses budidaya belum tersedia
36 Distorsi Informasi
tidak ada jaringan komunikasi, saluran telepon yang tidak berfungsi 37
Sistem informasi yang kurang jelas 38
Sistem pemantauan proses pelaksanaan di lahan Edamame-perusahaan-ritel yang kurang berjalan dengan baik
39 Sistem pelaporan pelaksanaan suatu program yang tidak berlangsung dengan
baik 40
Sistem perencanaan produksi yang tidak berjalan dengan baik 41
SOP penerapan program perusahaan yang kurang jelas dan tegas 42
Sistem transportasi belum memadai mis: alat transportasi dan mekanisme transportasi
43 Musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu efek Global
Warming 44
Iklim yang tidak menentu 45
Fluktuasi curah hujan yang tinggi 46
Bencana alam banjir, gempa bumi 47
Krisis global yang menyebabkan permintaan dan harga Edamame tidak stabil
49 Jarak distribusi yang terlalu jauh
4.3.3 Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame