3.  Water-based mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang
menjalani  sebagian  siklus  hidupnya  di  dalam  tubuh  vektor  atau  sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Penyakit yang masuk dalam golongan
ini adalah Schistosimiasis, cacing Guinea. 4.  Water-related insect vector mechanism
Penyakit yang disebabkan oleh insekta yang berkembangbiak atau memperoleh makanan di  sekitar air sehingga insiden
– insidennya dapat dihubungkan dengan dekatnya sumber air  yang cocok, misalnya penyakit malaria, DBD, filariasis dan
yellow fever. Hasil  penelitian  Mudmainah  2003,  menunjukkan  bahwa  ada  hubungan
penyediaan  air  bersih  dengan  infeksi  kecacingan  dengan  prevalensi  kecacingan lebih banyak ditemukan pada siswa Sekolah Dasar yang penyediaan air bersihnya
kurang  57.  Kurangnya  penyediaan  air  bersih  terutama  sebagai  penggelontor kotoran,  air  untuk  cebok  serta  cuci  tangan  sebelum  dan  sesudah  makan,  setelah
BAB  buang  air  besar  menimbulkan  infeksi  kecacingan.  Kecacingan  juga  dapat terjadi jika mengkonsumsi air yang telah tercemar kotoran manusia atau binatang
karena  di  dalam  kotoran  tersebut  terdapat  telur  cacing  PHBS  dan  Penyakit berbasis lingkungan.
2.2.2  Pembuangan Tinja Jamban
Pembuangan  kotoran  tinja  manusia  merupakan  bagian  yang  penting dalam kesehatan lingkungan. Di sebagian besar negara-negara, pembuangan tinja
yang  layak  merupakan  kebutuhan  kesehatan  masyarakat  yang  mendesak.
Universitas Sumatera Utara
Pembuangan yang tidak saniter dari tinja manusia dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi  terhadap  air  tanah  dan  sumber-sumber  air  bersih.  Kondisi  ini
mengakibatkan  agen  penyakit  dapat  berkembang  biak  dan  menyebarkan  infeksi terhadap manusia Chandra, 2007.
Pembuangan  tinja  yang  buruk  sering  sekali  berhubungan  dengan kurangnya penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi
demikian  ini  akan  berakibat  terhadap  kesehatan  serta  mempersulit  penilaian peranan  masing-masing  komponen  dalam  transmisi  penyakit  Kusnoputranto,
1986. Pembuangan tinja  yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai  macam
penyakit seperti :  Diare,  Cholera, Dysentri, Poliomyelitis,  Infeksi kecacingandan sebagainya.  Kotoran  manusia  merupakan  buangan  padat.  Selain  menimbulkan
bau,  mengotori  lingkungan  juga  merupakan  media  penularan  penyakit  pada masyarakat Chandra, 2007.
Penyebaran  penyakit  yang  bersumber  pada  tinja  dapat  melalui  berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat dilihat seperti gambar berkut ini :
Gambar  2.1.  Jalur  pemindahan  kuman  penyakit  dari  tinja  ke  pejamu  yang  baru Wagner  Lanoix, 1958 dalam Soeparman, 2001
Tinja Air
Mati
Pejamu
Sakit Tangan
Lalat Tanah
Makanan Minuman
Universitas Sumatera Utara
Dari  gambar  tersebut  tampak  jelas  bahwa  proses  pemindahan  kuman penyakit  dari  tinja  sebagai  pusat  infeksi  sampai  pejamu  dapat  melalui  berbagai
media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan dan minuman. Pembuangan  tinja  dan  limbah  cair  yang  saniter  akan  memutuskan  mata  rantai
penularan  penyakit  dengan  menghilangkan  faktor  ke  empat  dari  enam  faktor  itu dan merupakan penghalang sanitasi kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke
pejamu potensial Soeparman, 2001. Jamban  adalah  suatu  bangunan  yang  digunakan  untuk  membuang  dan
mengumpulkan kotorannajis yang lazim disebut WC, sehingga kotoran atau najis tersebut  berada  dalam  suatu  tempat  tertentu  dan  tidak  menjadi  penyebab  atau
penyebar  penyakit  dan  mengotori  lingkungan  pemukiman  Ditjen  P2M    PLP, 1998.
Dalam mendirikan jamban harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Azwar, 1995
1.  Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindungi dari pandangan orang lain,  terlindungi  dan  panas,  hujan,  syarat  ini  terpenuhi  apabila  diadakan
ruangan  tersendiri  untuk  kakus  di  rumah  atau  mendirikan  rumah  kakus  di pekarangan.
2.  Bangunan  kakus  ditempatkan  pada  lokasi  yang  tidak  sampai  mengganggu pemandangan,  tidak  menimbulkan  bau,  serta  tidak  menjadi  tempat  hidupnya
pelbagai macam binatang. 3.  Bangunan  kakus  mempunyai  lantai  yang  kuat,  mempunyai  tempat  berpijak
yang kuat, terutama jika mendirikan kakus model cemplung.
Universitas Sumatera Utara
4.  Mempunyai  lubang  closet  yang  kemudian  melalui  saluran  tertentu  dialirkan pada  sumur  penampung  dan  atau  sumur  rembesan,  terutama  disyaratkan  jika
mendirikan  kakus  model  pemisahan  bangunan  kakus  dengan  tempat penampungan dan atau rembesan.
5.  Menyediakan alat pembersih air ataupun kertas yang cukup, sedemikian rupa sehingga dapat segera dipakai setelah melakukan buang kotoran.
Menurut  Depkes  RI  tahun  2014  syarat-syarat  jamban  yang  memenuhi kesehatan, yaitu:
1.  Tidak mencemari  sumber air minum,  letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum
2.  Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Umtuk itu  tinja  harus  tertutup  rapat  misalnya  dengan  menggunakan  jamban  leher
angsa atau penutup lubang rapat 3.  Cukup  luas  dan  landaimiring  ke  arah  lubang  jongkok  sehingga  tidak
mencemari tanah di sekitarnya. 4.  Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
5.  Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang. 6.  Cukup penerangan.
7.  Lantai kedap air. 8.  Ventilasi cukup baik.
9.  Tersedia air dan alat pembersih Hasil penelitian Mudmainah 2003 menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pembuangan  kotoran  dengan  infeksi  kecacingan  52,4.  Pembuangan  tinja
Universitas Sumatera Utara
sembarangan  dapat  menimbulkan  infeksi  kecacingan.  Tinja  yang  dibuang sembangan tempat memberi peluang besar untuk cacing berkembang biak.
2.2.3.   Pengelolaan Sampah