TRANSPORTASI PARIWISATA DAN PERHOTELAN

SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 103 Konsumsi LPG untuk keperluan rumah tangga mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari 507.639 kg di tahun 2014 menjadi 25.369.000 di tahun 2015. Sedangkan minyak tanah mengalami penurunan yang cukup drastis dari 42.708 liter di tahun 2014 turun menjadi 2.290 liter di tahun 2015. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat yang sebelumnya menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar banyak beralih ke LPG.

3.8.2 Emisi Gas Karbondioksida

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Penggunaan energi untuk berbagai kebutuhan transportasi, Industri dan rumah tangga, secara langsung akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dikarenakan sisa pembakaran bahan bakar akan menghasilkan gas CO 2 . Dimana hal tersebut akan menimbulkan tekanan terhadap atmosfer dan dalam tingkat lokal menyebabkan polusi udara yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Data dari Dinas Kesehatan menunjukkan penyakit utama yang diderita penduduk Bojonegoro tahun 2015 adalah Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas dengan jumlah penderita mencapai 111.995 orang, jumlah ini relatif besar dibandingkan tahun 2014 yang hanya berjumlah 106.184 orang penderita, atau meningkat sebesar 5,2 dari tahun sebelumnya.

3.9 TRANSPORTASI

Sarana transportasi yang ada di Kabupaten Bojonegoro adalah sarana angkutan darat, sedangkan untuk pelabuhan udara masih dalam tahap perencanaan pembangunan. Tidak ada pelabuhan laut di Kabupaten Bojonegoro dikarenakan Bojonegoro tidak mempunyai wilayah laut. Ada 6 terminal angkutan darat di Kabupaten Bojonegoro. Terminal tersebut sebagian besar adalah terminal tipe B, sedangkan untuk terminal tipe A hanya ada satu yaitu terminal SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 104 Rajekwesi, dengan luas kawasan 2,29 Ha. Sedangkan untuk pelabuhan udara direncanakan dibangun di Desa Kunci Kecamatan Dander dengan nama Bandar Udara Khusus Bojonegoro dan sudah dilaksanakan pembahasan dokumen Amdalnya. Perkiraan volume limbah padat dari tempat sarana transportasi yang ada di Kabupaten Bojonegoro kurang lebih 8,35 m 3 per hari, dengan rincian sebagaimana tabel berikut : Tabel 3.3 Perkiraan Volume Limbah Padat Berdasarkan Sarana Transportasi Tahun 2015 No. Nama Tempat Sarana Transportasi Luas Kawasan Ha Volume Limbah Padat m 3 hari 1 Terminal Rajekwesi Bojonegoro 2,29 3,25 2 Terminal Padangan 0,15 0,75 3 Terminal Betek 0,11 0,75 4 Terminal Temayang 0,06 1 5 Terminal Kedewan 0,09 0,6 6 Stasiun KA Bojonegoro 2,00 2,0 Jumlah 4,70 8,35

3.10 PARIWISATA DAN PERHOTELAN

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bojonegoro, jenis obyek wisata yang ada di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari wisata alam, wisata budaya, dan wisata religi. Obyek wisata alam seperti Kayangan Api, Tirtawana Dander, dan Waduk Pacal, merupakan yang paling banyak diminati. Dari ketiga obyek wisata tersebut, yang paling banyak dikunjungi adalah Kayangan Api dengan jumlah pengunjung di tahun 2015 mencapai 27.845 orang, jumlah ini lebih besar dibandingkan jumlah pengunjung di tahun 2014 yang hanya berjumlah 21.800 orang pengunjung. Hal ini dikarenakan media massa mengangkat Kayangan Api masuk tujuh keajaiban di Jawa Timur. Api SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 105 abadi yang terus menyala, pernah diambil untuk menyalakan pembukaan Pekan Olahraga Nasional ke XV di Surabaya. Peta Kawasan Wisata di Kab. Bojonegoro Obyek Wisata Kayangan Api Selain Kayangan Api obyek wisata alam yang menduduki peringkat ke dua paling banyak diminati adalah Waduk Pacal, dengan jumlah pengunjung di tahun 2015 mencapai 12.835 orang, jumlah ini juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 11.085 orang pengunjung. Obyek wisata Waduk Pacal dibangun pemerintah Belanda untuk mengaliri lahan pertanian ketika musim kemarau tiba, karena letak dan kondisi alam yang strategis berada ditengah-tengah hutan, menarik wisatawan lokal maupun luar daerah untuk berkunjung. SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 106 Wisata Waduk Pacal di Kabupaten Bojonegoro Daya tarik wisata ini adalah kemegahan dan kekokohan bangunan peninggalan zaman Belanda dan hamparan air yang melimpah dengan panorama alam dan hutan jati yang mempesona, karena di kelilingi oleh bukit- bukit yang sangat indah. Bendungan yang di bangun pada tahun 1933 pada jaman Belanda ini dinamakan Waduk Pacal Bendungan Pacal karena berada di desa Pacal. Di tempat ini, setiap bulan Oktober bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Bojonegoro, digelar acara ritual Larung Sengkolo dan Jamasan Waranggono Tayub. Fasilitas yang tersedia di lokasi wisata ini adalah pesanggrahan tempat menginap, arena memancing, perahu dayung dan beberapa warung atau restoran. Selain Kayangan Api dan Waduk Pacal, obyek wisata andalan yang cukup potensi untuk dikembangkan adalah Taman Wisata Tirta Wana Dander. Obyek wisata Tirtawana Dander merupakan wisata alam yang berada di kawasan hutan jati dengan panorama indah dan sejuk, yang didalamnya terdapat lapangan golf, penginapanpondok wisata, gedung pertemuan, arena bermain anak-anak dan kolam renang. Terletak kurang lebih 13 km arah selatan kota Bojonegoro. Berbeda dari Kayangan Api dan Waduk Pacal yang mengalami kenaikan jumlah pengunjung, di tahun 2015 ini Wana Wisata Dander justru mengalami penurunan jumlah pengunjung yang cukup signifikan yaitu hampir 45, hal ini dimungkinkan karena adanya rehabpembangunan di kawasan obyek wisata tersebut sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi para pengunjung. SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 107 Adapun volume limbah padat yang dihasilkan oleh ke tiga obyek wisata tersebut kurang lebih 5.840 m 3 per tahun, dengan rata-rata volume limbah padat 16 m 3 per hari. Wana Wisata Tirtawana Dander Selain ketiga obyek wisata tersebut masih ada obyek wisata budaya Museum Rajekwesi dan obyek wisata religi Situs Kubur Kalang, dan saat ini Kabupaten Bojonegoro juga sedang bergiat mengembangkan obyek wisata baru yang dikenal dengan kawasan Kadeka Kapas, Dander dan Kalitidu. Untuk Kecamatan Kapas saja ada 9 Sembilan obyek yang terdiri dari desa wisata petik salak di Desa Tanjungharjo, desa wisata petik pepaya kalina di Desa Bakalan, desa wisata jamur tiram di Desa Klampok, desa wisata waduk dan tubing sungai di Desa Bendo, desa wisata industri kreatif di Desa Mojodeso, desa wisata pande besi di Desa Kedaton, desa wisata plesungan dan Agroguna mandiri Desa Kalianyar dan Agro wisata salak di Desa Wedi, Kalianyar dan Tapelan. Sedangkan obyek wisata yang nantinya ada di Kecamatan Dander antara lain Water Park The Dander, Kampung Kreatif di Desa Dander, Wisata Kuliner ikan di Desa Sumodikaran dan Tempuran. Desa Wisata Outbond dan Tubing di Desa Ngunut, Agrowisata mangga dan Outbond di Desa Kunci, wisata pemancingan di Desa Kedungrejo dan wisata air di Desa Sumberarum dan Kunci serta wisata gua. SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 108 The Dander, Wisata Andalan Bojonegoro Untuk wilayah Kalitidu objek wisata yang akan digarap antara lain agro wisata belimbing di Desa Mojo, agrowisata belimbing dan wisata perahu di desa Mojo menuju Trucuk. Agro wisata jambu biji merah di desa Mayanggeneng. Wisata pemancangan di Desa Panjunan, wisata waduk dayaan di desa Wotanngare dan wisata religi yang masih berlokasi di Wotanngare juga. Tidak hanya tiga wilayah itu namun akan dikembangkan pula di wilayah Kecamatan Trucuk yakni Agro wisata jambu kristal di Desa Pagerwesi dan Padang. Dengan berkembangnya sektor pariwisata dan industri migas di Kabupaten Bojonegoro secara tidak langsung turut mengembangkan sektor perhotelan. Ditahun 2014 saja tercatat ada 15 hotel penginapan, dari jumlah tersebut mengalami peningkatan menjadi 20 hotel di tahun 2015. Adapun Hotel dengan tingkat hunian paling tinggi adalah Hotel Bojonegoro dengan presentase tingkat hunian mencapai 89 per tahun dengan jumlah kamar hanya 26 unit, setelah itu Home Stay Dr. Soetomo dengan tingkat hunian hampir 65 per tahun dengan jumlah kamar hanya 14 unit, kemudian disusul hotel Nirwana dan Griya MCM dengan tingkat hunian berturut-turut 62 dan 46 per tahun. Semakin tinggi prosentase tingkat hunian sarana hotelpenginapan semakin besar pula beban limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan grafik berikut ini ; SLHD Kabupaten Bojonegoro Buku Laporan | Bab III 109 Gambar 3.17 Perkiraan Beban Limbah Padat dan Limbah Cair Berdasarkan Tingkat Hunian Sarana HotelPenginapan

3.11 LIMBAH B3