SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab III
90
penderita 48.171 orang, di tahun 2015 ini turun ke peringkat empat dengan jumlah penderita 57.612 orang. Sedangkan peringkat ke tiga diambil alih
penyakit capek dan pegal-pegal dengan jumlah penderita 57.907 orang atau 7. Sedangkan sisanya adalah penyakit lain diluar 10 besar dengan jumlah
penderita hampir 44.
3.4 PERTANIAN
3.4.1 Padi dan Palawija
Seiring dengan pertambahan penduduk, akan semakin meningkat pula permintaan akan kebutuhan pangan, yang mana pemenuhan kebutuhan
tersebut tentunya akan mengambil dan memanfaatkan sumberdaya alam, khususnya sektor pertanian. Hingga saat ini pertanian merupakan sektor utama
yang membentuk pola hidup masyarakat Bojonegoro baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
Penetapan kawasan yang dijadikan sebagai lahan pertanian abadi di Kabupaten Bojonegoro direncanakan sampai dengan tahun 2030, sebagaimana
yang tertuang dalam KLHS Kabupaten Bojonegoro adalah seluas 32.430,4 Ha 14,05 dari luas wilayah. Fungsi penetapan lahan abadi pertanian adalah
untuk menjaga kuantitas dan kualitas swasembada pangan diwilayah Kabupaten Bojonegoro. Selain fungsi tersebut, kawasan lahan pertanian abadi juga
diarahkan sebagai Ruang Terbuka Hijau RTH yang difungsikan sebagai daerah tangkapan air hujan.
Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah yang subur karena dilewati oleh Bengawan Solo, dan terdapat 17 sungai besar yang bermuara di bengawan
Solo. Dengan banyaknya sungai tersebut memperlihatkan bahwa ketersediaan air di Kabupaten Bojonegoro lebih dari cukup, disamping ketersediaan air dari
sungai juga tergantung intensitas curah hujan rata-rata per tahun dan area tangkapan hujan. Oleh sebab itu daerah dataran rendah yang terletak
disepanjang aliran Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu lumbung padi di Kabupaten Bojonegoro.
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab III
91
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, pada tahun 2015 luas lahan sawah tercatat 77.887 Ha atau 34 dari luas wilayah
Kabupaten Bojonegoro, dengan luas lahan sawah terbesar berada di Kecamatan Kepohbaru dan Kedungadem dengan luas masing-masing 6.476 Ha dan 6.428
Ha atau sebesar 8,3 dari luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan luas lahan sawah terkecil berada diwilayah Kecamatan
Bubulan yakni seluas 497 Ha atau hanya 0,6 persen dari luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
Kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Bojonegoro merupakan yang terbesar diantara sektor-sektor perekonomian lainnya.
Demikian juga penduduk yang bergiat di sektor pertanian jumlahnya cukup dominan. Pengelolaan sektor ini sangat berpengaruh pada upaya meningkatkan
kesejahteraan bagi mereka yang bergiat di sektor ini. Frekuensi tanam lahan sawah yang ada di Kabupaten Bojonegoro sebagian besar atau hampir 69
53.191Ha dua kali dalam setahun, disusul dengan frekuensi penanaman satu kali dalam setahun sebanyak 22 17.266Ha dan frekuensi penanaman tiga
kali dalam setahun sebanyak 9 7.179Ha.
Lahan Pertanian
Adapun Kecamatan yang memiliki lahan sawah dengan dominasi frekuensi tanam dua kali dalam setahun adalah Kecamatan Kepohbaru dan
Kedungadem, dengan produksi masing-masing 6,6 ton per Ha dan 6,8 ton per Ha. Sedangkan kecamatan dengan produksi per hektar paling besar adalah
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab III
92
Kecamatan Gondang dengan produksi 7,5 ton per Ha, kemudian disusul Kecamatan Sumberrejo dengan produksi per Ha 7,4 ton.
Gambar 3.9 Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman
Disamping padi, di Kabupaten Bojonegoro juga terdapat produksi tanaman palawija yang cukup potensial yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi
kayu, kacang hijau dan ubi jalar. Produktivitas tanaman padi dan palawija tidak terlepas dari pemakaian pupuk. Setiap tanaman memerlukan paling tidak 16
unsur atau zat untuk pertumbuhannya yang normal, dari 16 unsur tersebut, tiga unsur C,O,H diperoleh dari udara, dan 13 unsur lainnya diperoleh dari tanah.
Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman tetapi jumlah atau ketersediaanya sering kurang atau tidak mencukupi didalam tanah ialah N, P,
dan K. Oleh karena itu ketiga unsur ini ditambahkan dalam bentuk pupuk. Sektor pertanian merupakan penyumbang emisi gas metana CH
4
dan emisi gas karbondioksida CO
2
yang cukup besar akibat dari pemakaian pupuk urea. Aplikasi pupuk kimia yang berlebih dan terus menerus dapat membawa
dampak negatif terhadap kondisi tanah dan lingkungan. Namun kenyataannya pertanian modern sangat bergantung pada penggunaan bahan-bahan kimia,
seperti; pupuk dan pestisida untuk meningkatkan hasil panen mereka. Pemakaian pupuk urea pada kegiatan pertanian berpotensi menimbulkan gas
rumah kaca CO
2
, disamping itu proses dekomposisi pada lahan sawah juga menghasilkan gas metana CH
4
.
17.266 53.191
7.179 Luas Ha 1 kali
Luas Ha 2 kali Luas Ha 3 kali
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab III
93
Gambar 3.10 Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa, pemakaian pupuk untuk tanaman padi dan palawija yang sering digunakan adalah Urea, SP 36, ZA, NPK
dan pupuk organik dengan persentase penggunaan pupuk terbanyak adalah Urea yaitu sebesar 36, disusul NPK 25, pupuk Organik 17, ZA 12
dan SP 36 10.
3.4.2 Perkebunan