SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
53
Di tahun 2016 terdapat penambahan 62 unit embung sehingga menjadi 378 unit embung dengan rincian 247 embung tanah desa, 77 embung Solo
Valley, 18 embung Reservoir, 11 embung yang dibangun oleh Instansi PJT dan 25 embung Geomembran yang dibangun oleh Balai PSAW Bengawan Solo.
2.3.3 Kualitas Air Sungai
Kabupaten Bojonegoro merupakan kota kabupaten yang berada di daerah hulu, dimana mata air yang mengalir melalui sungai juga menghidupi
kabupatenkota lain di daerah hilir. Oleh karena itu komitmen untuk menjaga kualitas air sungai merupakan prioritas penting yang harus menjadi perhatian
pemerintah kabupatenkota yang dilaluinya. Seiring laju pembangunan dan sejalan dengan pertumbuhan kota dengan
segala perubahannya, maka bermunculan permukiman, industri, obyek wisata, hotel, pertanian dan lain-lain yang menyebabkan perubahan terhadap kualitas
air sungai di Kota Bojonegoro.
Pembangunan Bendung Gerak diatas Sungai Bengawan Solo
Aktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan telah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pencemaranperubahan
kualitas air sungai di Kabupaten Bojonegoro. Dengan menurunnya kualitas air, berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap struktur dan
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
54
fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Menurunnya kualitas air sungai akan menyebabkan terganggunya ekosistem terutama biota
air dan berkurangnya sumber air bersih yang aman untuk di konsumsi atau untuk aktivitas yang lainnya.
Pemantauan kualitas air badan sungai adalah bagian pokok dari strategi pengelolaan kualitas air badan sungai dalam mendukung pelestarian lingkungan
hidup dimasa mendatang. Tujuan dari pemantauan kualitas air adalah untuk memberikan informasi kondisi kualitas air badan sungai dari waktu ke waktu dan
dapat dijadikan acuan dalam menyusun strategi pengelolaan sungai. Tingkat pencemaran yang terjadi pada air dapat dilihat dari parameter
kandungan BOD dan COD. Kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan didalam air oleh mikroorganisme disebut Biological Oksygen Demand
BOD. Sedangkan kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam air disebut Chemical Oksygen Demand COD.
Hasil analisa pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang dilaksanakan 4 empat kali dalam setahun dengan lokasi pengambilan sampel di hulu, hilir dan
tengah di diperoleh data sebagai berikut : 1 SUHU TEMPERATUR
TemperaturSuhu merupakan salah satu variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik. Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya air
yang diukur pada skala definitif seperti derajat celsius C atau derajat
Fahrenheit F. TemperaturSuhu air normal adalah suhu air yang
memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air
tersebut berada. Dari hasil pengujian di beberapa titik dengan rentang periode tertentu diperoleh kesimpulan SuhuTemperatur air sungai di
Bojonegoro masih dalam kisaran normal, yaitu pada kisaran 28 – 32
C;
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
55
2 KEASAMAN pH Tingkat keasaman pH dari hasil pemantauan kualitas air sungai di
beberapa titik pantau masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu pada kisaran 6-9. Tingkat keasaman dalam perairan merupakan faktor
pembatas yang penting dan sangat berperan penting dalam kehidupan ikan. Derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh-
tumbuhan dan hewan-hewan air, sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan
hidup; 3 TOTAL SUSPENDED SOLID TSS
Zat padat tersuspensi atau yang biasa disebut Total Suspended Solid TSS adalah semua zat padat atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air
dan dapat berupa komponen hidup biotik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Kepadatan yang terlarut TSS pada 3 lokasi sungai dengan beberapa kali pengambilan sampling di waktu yang berbeda, hampir 50 tidak memenuhi
baku mutu air kelas II TSS50; 4 TOTAL DISOLVED SOLID TDS
Total padatan tersuspensi TDS merupakan agregat dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat dan garam-garam lainnya dari Ca,
Mg, Na, K, dan senyawa lainnya. Padatan tersuspensi dan kekeruhan TDS di 3 lokasi sungai yang dipantau masih memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan TDS1000. TDS sangat penting karena pengaruhnya terhadap palatabilitas dan efeknya untuk menyebabkan reaksi fisiologis
yang buruk. Padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki korelasi positif yaitu semakin tinggi nilai padatan tersuspensi maka semakin tinggi pula nilai
kekeruhan, akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan;
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
56
5 BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND BOD BOD Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah zat terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan-bahan buangan didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Kebutuhan oksigen
untuk mereduksi zat organik secara biologi BOD di 3 lokasi sungai yang dipantau rata-rata melebihi baku mutu air kelas II hampir 75, hal ini
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan didalam air oleh mikroorganisme;
6 CHEMICAL OXYGEN DEMAND COD COD Chemical Oxygen Demand yaitu suatu uji yang menentukan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air.
Kebutuhan oksigen untuk mengurangi zat organik secara kimiawi COD di 3 lokasi sungai yang dipantau dengan beberapa kali sampling hampir 75
masih memenuhi baku mutu air kelas II, hal ini berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan
buangan didalam air. BOD dan COD merupakan dua dari tiga parameter utama yang digunakan untuk mengukur kadar bahan pencemar. Parameter
utama lain yaitu DO Dissolved Oxygen; 7 DISSOLVED OXYGEN DO
Oksigen terlarut Dissolved Oxygen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu
kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
57
Kandungan oksigen terlarut Dissolved Oxygen di 3 lokasi sungai yang dipantau, 75 masih memenuhi baku mutu air kelas II BM DO min 4.
Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya baik tanaman maupun hewan air bergantung
pada oksigen yang terlarut. Keseimbangan oksigen terlarut dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan.
8 ASAM SULFIDA H
2
S Senyawa sulfat berasal dari limbah organik yang mengandung sulfur dan
terdegradasi secara anaerob membentuk H
2
S. Selanjutnya H
2
S teroksidasi menjadi sulfat yang berasal dari aktivitas fotosintesis bakteri. Disamping itu
juga berasal dari hasil proses penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Kandungan asam sulfida di 3 lokasi sungai yang dipantau
83 tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan hasil uji kualitas air badan sungai
bengawan Solo yang melintas diwilayah Kabupaten Bojonegoro di 3 lokasi yang mewakili hulu, hilir dan tengah dengan pengambilan sampling
sebanyak 4 kali dalam setahun sebagaimana grafik berikut :
Gambar 2.5 Grafik Hasil Uji Kualitas Air Sungai
Suhu 0C
pH TDS
mgL TSS
mgL DO
mgL BOD
mgL COD
mgL H2S
mgL Jembatan Glendeng
25,6 7,6
218 228
3,6 7,9
16,1 0,25
Bendung Gerak 27,4
8,05 122
377 3,5
13,2 30,67
0,26 Jembatan Padangan
29,1 7,8
192 480
3,5 12,1
29,764 0,21
Baku Mutu 30
9 1000
50 4
3 25
0,002
200 400
600 800
1000 1200
H a
si l
U ji
Kondisi Pebruari 2015
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
58
Suhu 0C
pH TDS
mgL TSS
mgL DO
mgL BOD
mgL COD
mgL H2S
mgL Jembatan Glendeng
29,8 8,1
306,2 8,2
2,9 2,5
6,9 0,799
Bendung Gerak 31,8
7,9 302
7,4 2,3
2,2 5,2
0,002 Jembatan Padangan
31,7 8,0
292 10,8
3,1 3,7
8,4 0,002
Baku Mutu 30
9 1000
50 4
3 25
0,002
200 400
600 800
1000 1200
H a
si l
U ji
Kondisi Mei 2015
Suhu 0C
pH TDS
mgL TSS
mgL DO
mgL BOD
mgL COD
mgL H2S
mgL Bendung Gerak
28,4 8,3
320 8,6
3,52 7,1
23,4 0,33
Jembatan Padangan 28,1
7,2 423
24,9 3,98
20,3 44,8
0,63 Jembatan Glendeng
26,8 7,9
272 17,1
4,3 8,5
14,1 0,5
Baku Mutu 30
9 1000
50 4
3 25
0,002
200 400
600 800
1000 1200
H a
si l
U ji
Kondisi Agustus 2015
Suhu 0C
pH TDS
mgL TSS
mgL DO
mgL BOD
mgL COD
mgL H2S
mgL Jembatan Padangan
31,2 7,2
336 775
5,2 3,3
7,5 2,1
Jembatan Glendeng 31,5
7,9 362
159,5 5,1
2,4 3,6
1,4 Bendung Gerak
31,7 7,7
274 154,5
5,4 3,7
10,6 2,2
Baku Mutu 30
9 1000
50 4
3 25
0,002
200 400
600 800
1000 1200
H a
si l
U ji
Kondisi Nopember 2015
SLHD Kabupaten Bojonegoro
Buku Laporan | Bab II
59
2.3.4 Kualitas Air DanauSituEmbung