PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tanggal 30Juni 2017 dan Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
- 150
-
Pemantauan terhadap perkembangan Profil Risiko Operasional dilakukan melalui identifikasi faktor-faktor penyebab kerugian operasional yang terjadi dan memberikan
rekomendasi kepada Satuan Kerja Operasional terkait dalam memitigasi kejadian risiko tersebut di masa mendatang.
Pengawasan oleh Dewan Komisaris dan Direksi Bank atas Profil Risiko Operasional dan pelaksanaan manajemen risiko dilakukan melalui rapat Komite Manajemen Risikodan
Komite Pemantau Risiko yang dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan Bank.
Bank telah melakukan pengukuran risiko operasional selama tahun berjalan dengan menggunakan metode Basic Indicator Approach BIA dengan berpedoman kepada
Peraturan Bank Indonesia No. 1512PBI2013 tanggal 12 Desember 2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
113DPNP tanggal 29 Januari 2009 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar
PID.
Secara bertahap Bank akan terus melakukan pengembangan metode pengukuran risiko operasional dengan penggunaan pengukuran yang lebih maju yaitu Standardized
Approach SA danatau Advanced Measurement Approach AMA.
Selain kebijakan dan metode tersebut di atas, Bank juga telah menerapkan upaya yang terus menerus dikembangkan untuk membangun lingkungan budaya risiko yang
mendukung pelaksanaan manajemen risiko operasional. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan pada tiga lini pertahanan three lines of defense yaitu pemberdayaan unit bisnis
sebagai lini pertahanan pertama, pembentukan fungsi manajemen risiko operasional sebagai lini pertahanan kedua dan koordinasi kerja dengan Internal Audit sebagai
pertahanan ketiga.
4. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
Kegagalan Bank dalam menjaga reputasinya di mata masyarakat dapat menimbulkan pandangan maupun persepsi negatif masyarakat terhadap Bank. Apabila risiko ini dihadapi
oleh Bank, maka dalam waktu singkat dapat terjadi penurunan atau hilangnya kepercayaan nasabah terhadap Bank yang pada akhirnya akan memberikan dampak negatif terhadap
pendapatan usaha dan volume aktivitas Bank.
Corporate SecretaryBank setiap hari melakukan monitoringterhadap pemberitaan media untuk memantau publikasi negatif atau keluhan nasabah yang muncul di media. Sedangkan
monitoring secara bank wide atas keluhan nasabah yang disampaikan langsung ke Bank dilakukan oleh Divisi Network and Sales Management untuk kemudian ditindaklanjuti
penyelesaiannya melalui cabang terkait sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk pemberitaan negatif dan keluhan nasabah yang muncul di media selanjutnya dibuatkan klarifikasi dan
tanggapan sesuai dengan langkah terbaik yang ditempuh Bank.
Upaya mitigasi risiko reputasi juga dilakukan saat Bank meluncurkanproduklayananprogram baru dengan menganalisis risiko reputasi yang mungkin timbul dan strategi mengantisipasi
risiko tersebut.Demikian pula, untuk informasi yang material atau yang penting untuk diketahui oleh nasabah, Corporate Secretary juga menyiapkan panduan untuk para
frontliner dan spokespersons agar mereka bisa menjelaskan informasi tersebut secara benar dan proporsional kepada nasabah Bank.
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tanggal 30Juni 2017 dan Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
- 151
-
42. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
III. Profil Risiko lanjutan
6. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis tersebut antara lain disebabkan adanya ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan dokumen yang tidak sempurna.
Sebagai sebuah perusahaan yang berdiri dalam yuridiksi hukum Indonesia, Bank harus selalu tunduk terhadap segala peraturan hukum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator industri perbankan di Indonesia dan instansi berwenang lainnya terkait dengan Bank. Selain itu, Bank juga harus mengikuti segala
bentuk peraturan perundangan yang berlaku di masyarakat baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha Bank. Kegagalan Bank dalam
mengikuti peraturan hukum yang berlaku dapat mengakibatkan pada timbulnya tuntutan hukum yang akan ditujukan kepada Bank.
Apabila tuntutan-tuntutan hukum yang diajukan kepada Bank memiliki nilai yang material, maka hal tersebut dapat memberikan dampak secara langsung terhadap kinerja
keuangan Bank.
Untuk memitigasi risiko hukum yang mungkin timbul akibat tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis, Bank memiliki Biro Hukum. Biro tersebut memiliki peranan
antara lain:
1 melakukan analisa hukum atas produk danatau aktivitas baru serta membuat standar
dokumen hukum yang terkait dengan produk danatau aktivitas tersebut; 2
memberikan analisis advis hukum kepada seluruh pegawai pada setiap jenjang organisasi;
3 memberikan advis atas eksposur hukum akibat perubahan ketentuan atau peraturan;
4 memeriksa segala perjanjian yang akan dibuat antara Bank dengan pihak ketiga;
5 melakukan pemeriksaan berkala atas perjanjian yang telah dibuat; dan
6 memantau risiko hukum yang ada di seluruh cabang dan unit kerja Bank.
Dengan adanya biro tersebut, maka Bank memiliki kebijakan hukum dan standar dokumen hukum baku yang terkait dengan produk atau fasilitas perbankan yang
ditawarkan oleh Bank kepada masyarakat, dimana kebijakan hukum dan standar dokumen hukum dimaksud dibuat dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku serta memperhatikan kepentingan aspek yuridis dari Bank. Selain itu, Biro Hukum Bank juga memiliki fungsi litigasi yang salah satu tugasnya adalah menangani
setiap permasalahan hukum yang terkait dengan litigasi agar risiko hukum yang mungkin timbul dapat diminimalisasi.
Pengelolaan risiko hukum dilakukan dengan memantau perkembangan kasus-kasus hukum yang terjadi dan mengambil lesson learnt dari kasus-kasus tersebut. Penanganan
kasus hukum yang dilakukan pada Bank senantiasa memperhitungkan potensi kerugian baik atas penyelesaian kasus secara musyawarah mufakatdamai ataupun melalui jalur
pengadilan. Bank juga memberikan perhatian khusus atas kasus hukum yang berpotensi menimbulkan kerugian secara signifikan.