Kajian Bromelia Analisis Risiko Produksi

15 ruangan, jenis ini dapat hidup sampai dengan usia 5 tahun dengan panjang mencapai 60 cm tetapi pada umumnya hanya berkisar 38-46 cm . Nidularium merupakan jenis bromelia yang jarang sekali ditemui. Seperti neogerelia, jenis ini pun memiliki bagian tengah dimana terdapat daun yang jauh lebih kecil ukurannya serta berwarna kekuningan. Nama tanaman ini berasal dari bahasa latin nidus yang berarti ‘sarang’ sehingga tanaman ini lebih dikenal dengan nama ‘bird’s nest’. Jenis tanaman bromelia ini dapat tumbuh hingga mencapai 30 cm dan memiliki bunga berwarna putih. Tillandisia merupakan jenis bromelia yang berbentuk menyerupai rerumputan dan bagian tengah dari tanaman yang berwarna merah muda dengan bunga yang menjulang keatas berwarna biru keunguan dengan ketinggian mencapai 30 cm. Tillandsia dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan merupakan tanaman epifit yang dapat hidup di bebatuan dan batang pohon. Sedangkan vriseria merupakan jenis tanaman bromelia yang cenderung lebih sulit dikembangkan dibandingkan dengan jenis lainnya dan bukan merupakan jenis epifit. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang runcing, berwarna hijau bergaris dan bertekstur kasar.

2.4 Kajian Bromelia

Elva 2010 dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan pasar tanaman hias bromelia di Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa perusahaan memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting untuk diatasi adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling mempengaruhi dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wawancara konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang harus diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi. Kemudian dengan menggunakan strategi arsitektur dihasilkan dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu: 1 16 Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; 2 Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; 3 Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyarakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu: 1 Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; 2 Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan agregat pasar potensial; 3 Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; dan 4 revitalisasi Promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.

2.5 Analisis Risiko Produksi

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan risiko produksi adalah penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti 2008. Penelitian ini meneliti tentang risiko produksi dan harga kentang dan kubis di Bandung. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko model GARCH 1,1 dan menghitung nilai varian. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input. Input pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Risiko pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan komoditas kubis sedangkan risiko harga pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk kedalam risk aversion dengan melakukan penggurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat pengurangan peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian juga pada peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang paling rendah. 17 Wisdya 2009 menganalisis tentang risiko produksi anggrek phaleonopsis pada PT Eka Graha Flora. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko paling tinggi terdapat pada tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,078. Sedangkan risiko produksi anggrek berdasarkan pendapatan bersih memiliki risiko yang tinggi pada anggrek dengan teknik seedling yaitu sebesar 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 1,319. Safitri 2009 meneliti tentang risiko produksi daun potong pada PT Pesona Daun Mas Asri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis spesialisasi produksi berdasarkan produktivitas pada Asparagus bintang dan Philodendron marbel diperoleh risiko yang paling tinggi dari kedua komoditas itu adalah Philodendron marbel yaitu sebesar 0,29 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,29. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yaitu sebesar 0,25 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0,25. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi adalah Philodendron marbel yaitu 0,40 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,40. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yakni 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Sembiring 2010 meneliti tentang risiko produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm. Tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis risiko produksi sayuran organik yang dihadapi perusahaan serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko produksi 18 tersebut. Analisis risiko yang dilakukan menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Kegiatan produksi sayuran organik ini dianalisis risiko produksinya berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi brokoli, caisin, sawi putih, dan tomat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan, risiko tertinggi dari keempat komoditi tersebut adalah brokoli sebesar 0,54 untuk risiko berdasarkan produktivitas dan 0,8 untuk risiko berdasarkan pndapatan bersih. Hal ini dikarenakan brokoli sangat rentan terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti. Selain itu, analisis risiko pada kegiatan portofolio yang dilakukan pada tomat dengan caisin, tomat dengan sawi putih, dan brokoli dengan tomat menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

2.6 Kajian Manajemen Risiko