Hasil Kromatografi Kolom Pertama Untuk Fraksi 8 Hasil Kromatografi Kolom Kedua Untuk Fraksi 9

61

4.4.1 Hasil Kromatografi Kolom Pertama Untuk Fraksi 8

Hasil kromatografi kolom pertama untuk fraksi 8 menggunakan eluen n- heksana dan etil asetat 2:1 dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil fraksinasi kromatografi kolom 1 untuk fraksi 8 No Fraksi Fraksi Eluen Berat Ekstrak No Fraksi Fraksi Eluen Berat Ekstrak 1-6 2:1 0.00 g 27-30 Fraksi 8.3 2:1 0.16 g 7-8 Fraksi 8.1 2:1 0.12 g 31-34 2:1 0.00 g 9-14 2:1 0.00 g 35-42 Fraksi 8.4 2:1

0.46 g

15-21 Fraksi 8.2 2:1 0.09 g 43-50 2:1 0.00 g 22-26 2:1 0.00 g 51-69 Fraksi 8.5 2:1 0.05 g Kelima hasil fraksinasi kromatografi kolom tersebut selanjutnya di KLT ternyata diperoleh senyawa murni dengan Rf 0,26 dan diuji fitokimia memberikan reaksi positif terhadap reagen Dragendorff yang merupakan senyawa alkaloid. Hasil fraksinasi kromatografi kolom pertama untuk fraksi 8 diuji aktivitas antioksidannya dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil uji aktivitas antioksidan pada fraksi 8 No Fraksi Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak ppm 25 50 100 IC 50 1 Fraksi 8.1 16.69 33.73 55.91 86.79 2 Fraksi 8.2 12.72 25.32 41.93 119.56 3 Fraksi 8.3 18.02 31.89 52.85 92.72 4 Fraksi 8.4 36.08 60.78 79.78 42.30 5 Fraksi 8.5 23.28 40.93 66.66 69.54 Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa pada fraksi 8.4 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC 50 sebesar 42,30 ppm dan hasil uji aktivitas antikanker leukemia lini sel L 1210 diperoleh IC 50 sebesar 1,71 ppm Lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi 8.4 memiliki gugus fungsi yang dapat meredam radikal bebas serta dapat menghambat pertumbuhan sel kanker L 1210 . 62 Selanjutnya untuk fraksi 8.4 yang kemudian disebut dengan isolat 8.4.1 dilakukan penentuan struktur kimia berdasarkan interpretasi data spektroskopi UV, FT-IR, NMR, dan spektra MS.

4.4.2 Hasil Kromatografi Kolom Kedua Untuk Fraksi 9

Hasil kromatografi kolom kedua untuk fraksi 9 menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat 2:1 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil fraksinasi kromatografi kolom 2 untuk fraksi 9 No Fraksi Fraksi Eluen Berat Ekstrak No Fraksi Fraksi Eluen Berat Ekstrak 1-6 2:1 0.00 g 32-88 Fraksi 9.3 2:1 0.11 g 7-8 Fraksi 9.1 2:1 0.15 g 89-94 2:1 0.00 g 9-13 2:1 0.00 g 95-156 Fraksi 9.4 2:1

0.37 g

14-24 Fraksi 9.2 2:1 0.06 g 157-160 2:1 0.00 g 25-31 2:1 0.00 g 161-189 Fraksi 9.5 2:1 0.08 g Kelima hasil fraksinasi kromatografi kolom tersebut selanjutnya di KLT ternyata diperoleh senyawa murni dengan Rf 0,14 dan diuji fitokimia memberikan reaksi positif terhadap reagen Dragendorff yang merupakan senyawa alkaloid. Selanjutnya hasil fraksinasi kromatografi kolom kedua untuk fraksi 9 diuji kembali aktivitas antioksidannya dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil uji aktivitas antioksidan pada fraksi 9 No Fraksi Inhibisi pada Konsentrasi Ekstrak ppm 25 50 100 IC 50 1 Fraksi 9.1 17.31 30.69 56.43 87.51 2 Fraksi 9.2 27.60 44.55 77.34 58.59 3 Fraksi 9.3 11.53 22.79 50.56 99.65 4 Fraksi 9.4 32.54 49.21 82.63 51.16 5 Fraksi 9.5 19.69 33.61 64.56 76.15 63 Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa pada fraksi 9.4 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC 50 sebesar 51,16 ppm dan hasil uji aktivitas antikanker leukemia lini sel L 1210 diperoleh IC 50 sebesar 1,11 ppm Lampiran 5. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi 9.4 memiliki gugus fungsi yang dapat meredam radikal bebas serta dapat menghambat pertumbuhan sel kanker L 1210 . Sebagai kontrol positif untuk uji aktivitas antioksidan digunakan Vitamin C yang memliki IC 50 sebesar 7,95 ppm Lampiran 13. Berdasarkan hasil uji antikanker fraksi 9.4 memiliki aktivitas antikanker lebih tinggi dari fraksi 8.4, hal ini menunjukkan bahwa fraksi 9.4 memiliki kestabilan resonansi radikal bebas yang lebih tinggi dan lebih banyak dibandingkan dengan fraksi 8.4. Sebagai kontrol positif untuk uji aktifitas antikanker digunakan Doxorubisin seperti pada Gambar 4.1 memiliki IC 50 sebesar 0,18 ppm Lampiran 6. Doxorubisin biasa dipergunakan sebagai standart uji sel kanker sebagai anti poliferasi penggandaan sel. Gambar. 4.1 Struktur molekul Doxorubisin Selanjutnya dilakukan penentuan struktur kimia untuk fraksi 9.4 yang kemudian disebut dengan isolat 9.4.2 berdasarkan interpretasi data spektroskopi UV, FT-IR, NMR, dan spektra MS. 64

4.5 Identifikasi Struktur Kimia Isolat 8.4.1

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Kandungan Minyak Atsiri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella typhimorium dari Buah Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis .Becc)

4 16 94

Isolasi Senyawa Antibakteri dalam Kulit Batang Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 24 60

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

0 0 19

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

0 0 2

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

1 1 7

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

0 0 53

BAB 1 PENDAHULUAN - Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 1 6

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA BIOAKTIF ANTI KANKER DARI BUAH TUMBUHAN BAWANG HUTAN (Scorodocarpus borneensis Becc) DISERTASI

0 1 25

Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 0 40