Sembilan Kecerdasan Ganda Multiple Intelligences

Esensi teori Multiple Intelligences menurut Gadner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dengan cara hampir tak terbatas untuk mengatualisasikan diri di dunia ini.

2.3.3 Sembilan Kecerdasan Ganda Multiple Intelligences

Teori Kecerdasan Ganda Multiple Intelligences adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar. Di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing, teori kecerdasan majemuk tidak hanya mengakui perbedaan-perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar bahkan menarik dan sangat berharga. Dengan teori multiple intelligences, Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui nilai batas IQ. Dengan serius dia mempertanyakan keabsahan penilaian kecerdasan individu melalui tes yang dilakukan di luar lingkungan belajar alamiah dan dilakukan dengan meminta seseorang untuk melakukan tindakan terisolasi yang belum pernah ia lakukan lagi. Sebagai gantinya Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas 1 memecahkan masalah, dan 2 menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi sembilan kategori yang komprehensif atau sembilan “Kecerdasan Dasar”. Teori Multiple Intelligences ini dikembangkan oleh Gardner, dengan mendeskripsikan sembilan kecerdasan manusia dalam Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Paul Suparno, 2004, yaitu: 1. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan yang paling universal diantara kesembilan kecerdasan dalam teori Multiple Intelligences. Orang yang kecerdasan linguistiknya bagus mempunyai kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan misalnya pendongeng, aktor atau politisi maupun tertulis misalnya sastrawan, penulis drama, editor, wartawan. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau penggunaan praktis bahasa, penggunaan bahasa ini antara lain mencakup retorika penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu, mnemonik atau hafalan penggunaan bahasa untuk mengingat informasi dan meta bahasa penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri. 2. Kecerdasan Matematik Logis Gardner merumuskan kecerdasan matematik-logis sebagai bentuk kepekaan dan kemampuan untuk membedakan pola logika atau numerik dan kemampuan menangani rangkaian penalaran yang panjang. Orang yang mempunyai kecerdasan matematik-logis mampu menggunakan angka yang baik misalnya ahli matematika, akuntansi, pajak, ahli statistik dan melakukan penalaran yang benar misalnya sebagai ilmuwan, pemrogram komputer atau ahli logika. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil jika-maka, sebab-akibat fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematik-logis ini antara lain kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, perhitungan dan pengujian hipotesis. 3. Kecerdasan Visual-Spatial Persepsi langsung dunia visual merupakan ciri sentral kecerdasan spatial, meskipun orang buta memiliki kecerdasan spatial kemampuan untuk betul- betul melihat dunia biasanya merupakan langkah penting pertama untuk memanfaatkan informasi spatial. Orang yang kecerdasan spatialnya tinggi mempunyai kemampuan mempersepsikan dunia spatial-visual secara akurat misalnya sebagai pemburu, pramuka, pemadu dan mentransformasikan persepsi duniaspatial-visual tersebut misalnya dekorator, interior, arsitek, seniman atau penemu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual. 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Teori multiple intelligences berusaha menghilangkan pemisahan antara tubuh dengan cara menghargai kegiatan jasmani yang penuh makna sebagai suatu kecerdasan yang berdiri sendiri. Orang yang kecerdasan kinestetik-jasmani tinggi mempunyai keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan misalnya sebagai aktor, pemain pantimim, atlet, atau penari dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu misalnya sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokterbedah. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik seperti koordiansi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan. 5. Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsikan misalkan sebagai penikmat musik, membedakan misalnya sebagai komentator musik, mengubah misalnya sebagai komposer, dan mengekspresikan misalnya sebagai penyanyi. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola warna suara suatu lagu. 6. Kecerdasan Interpersonal Menurut Gardner, primata yang berkelompok diharuskan menjadi makhluk yang dapat memperhitungkan akibat perilaku mereka sendiri, menghitung kemungkinan perilaku yang lain dan untuk menghitung manfaaat kerugiannya. Hanya organisme dengan keterampilan kognitif yang telah berkembang jauh yang dapat berhasil dalam konteks itu. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal mampu mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat, kemampuan untuk membedakan berbagai macam tanda interpersonal dan kemampuan menangggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu. 7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak berdasarkan pengenalan akan diri itu. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan berefleksi. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orangnya kebanyakan reflektif dan suka bekerja sendirian. Siswa yang menonjol dalam kecerdasan ini sering kelihatan pendiam, lebih suka bermenung di kelas. Ia lebih suka bekerja sendiri. Ia tidak tertarik bahwa teman-temannya mengerjakan tugas itu berkelompok. Guru yang tidak tahu sering memarahi siswa ini karena ia seperti tidak mendengarkan dan hanya melamun, padahal sebenarnya ia sedang berpikir. 8. Kecerdasan Naturalis lingkungan Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan naturalislingungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik. Orang yang punya kecerdasan lingkungan tinggi biasanya mampu untuk hidup di luar rumah, dapat berkawan dan enak dengan alam, mudah membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan binatang. Orang ini mempunyai kemampuan mengenal sifat dan tingkah laku binatang. Biasanya ia sangat mencintai lingkungan. Guru yang mengajar dengan kecerdasan lingkungan lebih suka mengajar di luar kelas, di alam terbuka, dimana siswa dapat aktif mengamati alam sekaligus memanfaatkan alam sebagai media pembelajaran. 9. Kecerdasan Eksistensial Menurut Gardner kecerdasan eksistensial lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan–persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keberadaaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawab yang terdalam. Pertanyaan ini antara lain : mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Guru yang mengajar dengan kecerdasan eksistensial biasanya memberikan pertanyaan untuk berefleksi dan berpikir bahwa keberadaan siswanya di dunia ini bukan utuk hidup saja, tapi juga untuk belajar. Dapat disimpulkan bahwa konsep kesembilan kecerdasan tersebut dapat menyadarkan kita bahwa setiap siswa memiliki potensi inteligensi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, siswa mampu mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimilikinya melalui teknik pembelajaran yang beragam.

2.3.4 Penerapan Multiple Intelligences dalam Pembelajaran Menulis Puisi

Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Peningkatan apresiasi puisi dengan media Mind mapping pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010-2011 ptk di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

3 17 294

Pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X: eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong

6 37 118

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan penggunaan metode field trip pada siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok

0 7 58

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band Surga Cinta pada siswa kelas VIII MTS Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA) Ciputat, Tangerang.

0 7 147

Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siswa Kelas V MI Nurul Huda Kota Depok Tahun Pelajaran 2014/2015

0 6 0

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band "Surga Cinta" pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

2 14 147

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

1 10 147