42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada subbab ini dipaparkan hasil penelitian terhadap kemampuan siswa kelas VIII F semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran
20122013 dalam pembelajaran menulis puisi. Hasil penelitian yang akan diuraikan meliputi data yang diperoleh dari instrumen tes dan nontes pada siklus I
dan siklus II. Data dari instrumen tes berupa puisi yang ditulis siswa, sedangkan data dari instrumen nontes berupa hasil observasi, wawancara, refleksi, dan
dokumentasi. Data tes disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan data nontes disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif. Sistem penyajian dalam
bentuk tabel, grafik, dan analisis yang berupa tafsiran terhadap isi tabel dan grafik tersebut. Selanjutnya, untuk data nontes dipaparkan dalam bentuk rangkaian
kalimat.
4.1.1 Siklus I
a Hasil Tes Tertulis Siswa
Sebelum tindakan pada siklus I dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan tes kemampuan awal pada hari Selasa, tanggal 2 April 2013.
Jumlah yang terlibat adalah seluruh siswa kelas VIII F SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 yang berjumlah 28 siswa. Tes tersebut
dilakukan peneliti untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum tindakan pada siklus I dan siklus II dilaksanakan. Hasil tes kemampuan awal
yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 4.1
Hasil Tes Kemampuan Awal Menulis Puisi Siswa Kelas VIII F SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 20122013
Dalam pedoman penelitian terhadap kemampuan menulis puisi siswa yang telah ditetapkan peneliti, ada lima aspek yang akan dinilai pada hasil tertulis
siswa, yaitu aspek diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa kiasan, dan rima. Setiap aspek akan diberikan nilai tertinggi 85 dan terendah 59. Skor yang
diperoleh siswa untuk masing-masing kategori akan dijumlahkan. Berdasarkan data tersebut, pada aspek diksi terdapat 6 orang siswa yang
mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 5 orang siswa. Siswa yang mendapat skor kurang cukup banyak,
sejumlah 17 orang siswa. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek diksi kemampuan siswa dalam menulis puisi masih kurang baik.
6 6
4 5
3 5
7 4
5 6
17 15
20 18
19
5 10
15 20
25
DIKSI CITRAAN KATA-KATA
KONKRET BAHASA
KIASAN RIMA
Ju m
la h
S is
w a
Indikator
Sangat Baik Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Tidak Baik
Siswa masih merasa kesulitan dalam pemilihan diksi untuk dimasukkan ke dalam puisi karyanya.
Untuk aspek citraan, terdapat 6 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 7 orang
siswa. Siswa yang mendapat skor kurang cukup banyak, sejumlah 15 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek citraan,
kemampuan siswa dalam menulis puisi masih kurang baik. Masih banyak siswa yang kurang maksimal menggunakan pencitraan ke dalam puisi yang ditulisnya.
Untuk aspek kata-kata konkret, hanya terdapat 4 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori
cukup sebanyak 4 orang siswa. Sebanyak 20 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat
dari aspek kata-kata konkret kemampuan siswa dalam menulis puisi masih kurang baik. Siswa masih mengalami kesulitan dalam pemilihan kata-kata konkret yang
dituliskan ke dalam puisi karangannnya. Untuk aspek bahasa kiasan, hanya terdapat 5 orang siswa yang mendapat
skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 5 orang siswa. Sebanyak 18 orang siswa mendapatkan skor dalam
kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek kata-kata konkret kemampuan siswa dalam menulis puisi masih kurang
baik. Siswa masih mengalami kesulitan dalam pemilihan kata-kata konkret yang dituliskan ke dalam puisi karangannnya.
Untuk aspek rima, hanya terdapat 3 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 6
orang siswa. Sebanyak 19 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek rima
kemampuan siswa dalam menulis puisi masih kurang baik. Siswa masih mengalami kesulitan dalam penggunaan rima yang tepat pada saat
mengapresiasikan puisinya. Dari keseluruhan data tersebut, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa
sebelum tindakan siklus I dilaksanakan, kemampuan menulis puisi siswa masih dalam kategori kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek diksi, citraan,
kata-kata konkret, bahasa kias, dan rima yang dituliskan siswa. Faktor penyebabnya antara lain karena siswa masih kesulitan dalam memilih kata-kata
yang akan dirangkai menjadi sebuah kesatuan dalam sebuah puisi. Akibatnya, siswa hanya menggunakan kata-kata sederhana dan memasukkannya ke dalam
puisi yang dibuat siswa. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada seluruh siswa, kemampuan siswa yang berbeda-beda memperlihatkan perbedaan yang cukup
signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menulis puisi. Beberapa siswa telah mampu menulis puisi dengan cukup baik, sementara siswa lainnya masih
mengalami kesulitan. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa terjadi pada aspek rima, kebanyakan siswa kurang menguasai penggunaan rima dengan baik.
Siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan, yaitu pada hari Sabtu, 6 April 2013. Jumlah siswa yang terlibat adalah seluruh siswa kelas VIII F SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 yang berjumlah 28 siswa.
Hasil tes tertulis menulis puisi siswa pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII F
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 20122013 Siklus I
Berdasarkan data tersebut, pada aspek diksi terdapat 8 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori
cukup sebanyak 6 orang siswa. Siswa yang mendapat skor kurang sejumlah 14 orang siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disumpulkan bahwa dilihat dari
aspek diksi, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes tertulis sebelum tindakan dilakukan. Peningkatan
kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 6 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 8 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami sedikit peningkatan dari 5 orang siswa pada kondisi
awal menjadi 6 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor
8 17
7 9
10 6
4 9
7 5
14
7 12
12 13
2 4
6 8
10 12
14 16
18
DIKSI CITRAAN KATA-KATA
KONKRET BAHASA
KIASAN RIMA
J u
m la
h S
is w
a
Indikator
Sangat Baik Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Tidak Baik
dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 17 orang siswa pada kondisi awal menjadi 14 orang siswa pada siklus I.
Untuk aspek citraan, terdapat 17 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 4 orang
siswa. Siswa yang mendapat skor kurang sejumlah 7 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek citraan, kemampuan siswa
dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan hasil tes tertulis sebelum tindakan dilakukan. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari
jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 6 orang siswa pada kondisi awal menjadi 17 orang siswa pada siklus I.
Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami penurunan dari 7 orang siswa pada kondisi awal menjadi 4 orang siswa pada siklus I. Jumlah
siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 15 orang siswa pada kondisi awal menjadi 7 orang siswa pada siklus I.
Untuk aspek kata-kata konkret, hanya terdapat 7 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori
cukup sebanyak 9 orang siswa. Sebanyak 12 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat
dari aspek kata-kata konkret, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami sedikit peningkatan dibandingkan hasil tes tertulis sebelum tindakan dilakukan.
Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 4 orang siswa pada kondisi
awal menjadi 7 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor
dalam kategori cukup mengalami peningkatan dari 4 orang siswa pada kondisi awal menjadi 9 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor
dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 20 orang siswa pada kondisi awal menjadi 12 orang siswa pada siklus I.
Untuk aspek bahasa kiasan, terdapat 9 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 7
orang siswa. Sebanyak 12 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek kata-
kata konkret kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan hasil tes tertulis sebelum tindakan dilakukan. Peningkatan
kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 5 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 9 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami penurunan dari 5 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 7 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 18 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 12 orang siswa pada siklus I. Untuk aspek rima, terdapat 10 orang siswa yang mendapat skor dalam
kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 5 orang siswa. Sebanyak 13 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek rima kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan
hasil tes tertulis sebelum tindakan dilakukan. Peningkatan kemampuan siswa
dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan yang signifikan dari 3 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 10 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami penurunan dari 6 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 5 orang siswa pada siklus I. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 19 orang siswa pada kondisi awal
menjadi 13 orang siswa pada siklus I. Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
setelah tindakan pada siklus I dilakukan, kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut
dikarenakan siswa telah mampu memahami bagaimana cara menulis puisi yang baik. Aspek yang dinilai masih kurang dan tidak mengalami peningkatan secara
signifikan adalah aspek kata-kata konkret dan bahas kiasan. Hal tersebut dilihat dari jumlah siswa mendapatkan skor dalam kategori baik dan banyaknya
kesalahan yang dilakukan siswa. b
Hasil Nontes Pada penelitian ini, selain meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran menulis puisi, peneliti juga mengamati bagaimana respon siswa terhadap metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan di kelas. Data tentang
keterlibatan dan respon siswa tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi foto.
a. Observasi
Observasi dilaksanakan selama penelitian berlangsung dan difokuskan pada proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan multiple intelligences.
Observasi dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan oleh observer. Tabel 4.1
Observasi Pembelajaran pada Siklus I AKTIVITAS SISWA DI KELAS
Sekolah : SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Kelas : VIII F
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
HariTanggal : Sabtu, 6 April 2013
No. A s p e k
Keterangan 1.
Siswa menjawab pertanyaan guru. Siswa masih malu menjawab
pertanyaan yang diajukan. 2.
Siswa memahami puisi yang dibacakan guru.
Siswa memahami puisiyang dibacakan guru.
3. Siswa dapat mengaitkan topik
dengan pengalaman. Siswa kesulitan dalam mengaitkan
topik dengan pengalaman. 4.
Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri puisi.
Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri puisi.
5. Siswa dapat menyusun puisi.
Siswa masih kesulitan menyusun puisi.
6. Siswa bertanya pada guru ketika
menemui kesulitan. Siswa enggan bertanya kepada guru.
7. Siswa bertanya pada teman ketika
menemui kesulitan. Siswa bertanya pada teman ketika
menemui kesulitan. 8.
Siswa aktif mengungkapkan pendapat.
Siswa masih pasif mengungkapkan pendapat.
9. Perwakilan siswa membacakan
hasil menulisnya. Siswa masih malu membacakan hasil
menulisnya. 10.
Siswa memberikan tanggapan dari hasil menulis teman lain.
Siswa memberikan tanggapan dari hasil menulis teman lain.
Dari hasil pengamatan observer, belum seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan penuh perhatian, artinya siswa masih belum
mengikuti proses pembelajaran dengan serius dan siswa mengikuti semua instruksi yang diberikan guru. Data yang diperoleh dari hasil observasi pada
proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut. Peneliti membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi tentang puisi
dan kaitannya dengan kehidupan siswa sebagai seorang pelajar. Respon siswa terhadap apersepsi yang diberikan positif. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang
memberikan respon positif saat guru membuka pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Peneliti menggunakan media untuk memudahkan penyampaian materi dan menarik perhatian siswa. Siswa terlihat bersemangat saat peneliti menjelaskan
materi pembelajaran dengan menggunakan media. Sebelum menyampaikan materi pembelajaran, peneliti terlebih dahulu memberitahukan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Suara peneliti masih terdengar kurang jelas pada saat menjelaskan materi karena ada beberapa siswa yang
menimbulkan kegaduhan di kelas. Peneliti menjelaskan langkah-langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
multiple intelligences. Sebagian besar siswa mampu memahami prosedur pelaksanaan pendekatan multiple intelligences dalam proses pembelajaran
menulis puisi. Siswa memahami semua instruksi yang diberikan oleh peneliti berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran bersadarkan pendekatan
multiple intelligences dan mengikutinya dengan cukup antusias. Alokasi waktu
yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran cukup. Setiap langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences terlaksana dengan baik
dan efektif. b.
Hasil Wawancara Siswa Pada siklus ini, wawancara dilakukan setelah peneliti selesai menganalisis
hasil tes tertulis siswa pada siklus I. Wawancara ditujukan kepada siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences. Pertanyaan diajukan
kepada para siswa adalah sebagai berikut: 1 apakah siswa senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple
intelligences, 2 apakah yang menyebabkan siswa senang atau tidak senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple
intelligences, 3 apakah siswa lebih mudah menulis puisi penerapan pendekatan multiple intelligences dalam pembelajaran, 4 Setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences, apakah siswa dapat menulis puisi secara lebih baik, 5 apakah kesulitan yang siswa alami
selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah mengungkapkan rasa senangnya
terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan metode dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences, karena siswa merasa
pembelajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan dan siswa dapat menangkap hal-hal pokok bagaimana menulis puisi yang baik dengan mudah.
Meskipun demikian, masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk melakukan perbaikan
terhadap rencana pembelajaran, agar pada penerapan siklus berikutnya jumlah siswa yang mengalami kesulitan dan siswa yang masih mendapatkan nilai rendah
dapat dikurangi. c.
Dokumentasi Foto Dokumentasi merupakan salah satu data yang penting sebagai bukti
terjadinya suau kegiatan, dalam hal ini proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan multiple intelligences. Dokumentasi bertujuan untuk memperkuat
hasil penelitian selain dengan wawancara dan observasi. Pendokumentasian dalam penelitian ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II
berlangsung. Berikut adalah hasil dokumentasi kegiatan siswa pada siklus I.
Gambar 4.1 Menjelaskan Materi Pembelajaran Menulis Puisi Gambar 1 tersebut diambil pada saat pelaksanaan siklus I. Pada siklus I,
peneliti menekankan penguasaan materi tentang puisi dan cara menulis puisi yang
baik. Peneliti membagikan contoh puisi kepada setiap siswa. Aktivitas selanjutnya adalah siswa diminta menganalisis puisi yang dibagikan. Setelah para siswa
selesai menganalisis contoh puisi yang dibagikan, peneliti kemudian menjelaskan materi puisi secara lengkap. Pada saat peneliti menjelaskan materi pembelajaran,
siswa diminta untuk mengoreksi jawaban dari hasil analisis puisi masing-masing siswa. Hal terakhir yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah siswa dibantu
peneliti menarik kesimpulan dari keseluruhan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Gambar 4.2 Siswa Melakukan Kegiatan Menulis Puisi Gambar 2 tersebut diambil ketika siswa melakukan kegiatan
menulis puisi. Terlihat siswa antusias dan serius dalam melakukan kegiatan menulis puisi. Terdapat beberapa siswa yang melakukan diskusi
dengan teman untuk bertukar ide dalam menulis puisi.
Gambar 4.3 Siswa Membacakan Puisi yang Telah Ditulis Gambar 3 tersebut diambil ketika siswa membacakan puisi yang telah ditulis.
Terlihat siswa masih malu untuk membacakan puisi hasil karyanya di depan kelas. c
Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung pada siklus I, peneliti menemukan beberapa hal yang masih perlu diperbaiki sebelum pelaksanaan siklus selanjutnya. Hal-hal yang menurut peneliti
perlu diperbaiki sebelum pelaksanaan siklus berikutnya antara lain rasa ketertarikan siswa pada materi yang akan diajarkan masih rendah, penjelasan
peneliti tentang materi pembelajaran tentang menulis puisi terlalu cepat, pada saat siswa mengerjakan LKS Lembar Kerja Siswa, peneliti kurang memberikan
informasi kepada siswa tentang prosedur pengisian LKS. Selain itu juga masih ada beberapa siswa yang belum memahami cara menulis puisi yang baik,
sehingga peneliti harus memberikan pendampingan ekstra kepada beberapa siswa yang belum mengerti cara menulis puisi yang baik, alokasi waktu untuk setiap
tahapan pembelajaran tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan di dalam RPP,
dan siswa masih malu-malu untuk mengapresiasikan puisi hasil karyanya di depan kelas.
Kekurangan-kekurangan ditemukan pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat dari sisi siswa maupun peneliti. Pada
perencanaan siklus berikutnya kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki agar hasil yang diperoleh lebih baik dan target ketuntasan dapat tercapai.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan peneliti antara lain pada saat membuka pelajaran peneliti harus berusaha
menimbulkan ketertarikan siswa pada materi yang akan diajarkan, pada saat menjelaskan materi pembelajaran sebaiknya peneliti mempertimbangkan
kemampuan siswa dalam mengikuti dan memahami apa yang dijelaskan oleh peneliti, peneliti diminta untuk menjelaskan terlebih dahulu prosedur pengisian
LKS Lembar Kerja Siswa sebelum LKS dibagikan kepada siswa pada pelaksanaan siklus berikutnya, penjelasan peneliti tentang cara menulis puisi dan
contoh puisi yang baik ditekankan pada saat siswa diminta menulis puisi agar siswa tidak lagi mengalami kebingungan, alokasi waktu untuk setiap tahapan
pembelajaran lebih diperhatikan, serta peneliti harus bisa memotivasi siswa untuk berani mengapresiasi puisi hasil karyanya di depan kelas.
4.1.2 Siklus II