Siklus II Hasil Penelitian

dan siswa masih malu-malu untuk mengapresiasikan puisi hasil karyanya di depan kelas. Kekurangan-kekurangan ditemukan pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat dari sisi siswa maupun peneliti. Pada perencanaan siklus berikutnya kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki agar hasil yang diperoleh lebih baik dan target ketuntasan dapat tercapai. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan peneliti antara lain pada saat membuka pelajaran peneliti harus berusaha menimbulkan ketertarikan siswa pada materi yang akan diajarkan, pada saat menjelaskan materi pembelajaran sebaiknya peneliti mempertimbangkan kemampuan siswa dalam mengikuti dan memahami apa yang dijelaskan oleh peneliti, peneliti diminta untuk menjelaskan terlebih dahulu prosedur pengisian LKS Lembar Kerja Siswa sebelum LKS dibagikan kepada siswa pada pelaksanaan siklus berikutnya, penjelasan peneliti tentang cara menulis puisi dan contoh puisi yang baik ditekankan pada saat siswa diminta menulis puisi agar siswa tidak lagi mengalami kebingungan, alokasi waktu untuk setiap tahapan pembelajaran lebih diperhatikan, serta peneliti harus bisa memotivasi siswa untuk berani mengapresiasi puisi hasil karyanya di depan kelas.

4.1.2 Siklus II

a Hasil Tes Tertulis Siswa Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 9 April 2013. Jumlah yang terlibat adalah seluruh siswa kelas VIII F SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 yang berjumlah 28 siswa. Hasil tes tertulis menulis puisi siswa pada siklus II dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 4.3 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII F SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 20122013 Siklus II Berdasarkan data tersebut, pada aspek diksi terdapat 17 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 4 orang siswa. Siswa yang mendapat skor kurang sejumlah 7 orang siswa. Berdasarkan data tersebut, dapat disumpulkan bahwa dilihat dari aspek diksi kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes tertulis pada siklus I. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 8 orang siswa pada siklus I menjadi 17 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami penurunan dari 6 orang siswa pada siklus I menjadi 4 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang 8 17 7 9 10 6 4 9 7 5 14 7 12 12 13 2 4 6 8 10 12 14 16 18 DIKSI CITRAAN KATA-KATA KONKRET BAHASA KIASAN RIMA J u m la h S is w a Indikator Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik mengalami penurunan dari 14 orang siswa pada siklus I menjadi 7 orang siswa pada siklus II. Untuk aspek citraan, terdapat 17 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 3 orang siswa. Siswa yang mendapat skor kurang sejumlah 8 siswa. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek citraan kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami sedikit penurunan dibandingkan hasil tes tertulis pada Siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik stabil dari 17 orang siswa pada siklus I menjadi 17 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami penurunan dari 4 orang siswa pada siklus I menjadi 3 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami peningkatan dari 7 orang siswa pada siklus I menjadi 8 orang siswa pada siklus II. Untuk aspek kata-kata konkret, terdapat 12 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 8 orang siswa. Sebanyak 8 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek kata-kata konkret, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami sedikit peningkatan dibandingkan hasil tes tertulis pada siklus I. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 7 orang siswa pada siklus I menjadi 12 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup tidak mengalami perubahan dari 9 orang siswa pada siklus I menjadi 8 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 12 orang siswa pada siklus I menjadi 8 orang siswa pada siklus II. Untuk aspek bahasa kiasan, terdapat 14 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 8 orang siswa. Sebanyak 6 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek bahasa kiasan, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan hasil tes tertulis pada siklus I. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan dari 9 orang siswa pada siklus I menjadi 14 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami peningkatan dari 7 orang siswa pada siklus I menjadi 8 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 12 orang siswa pada siklus I menjadi 6 orang siswa pada siklus II. Untuk aspek rima, terdapat 17 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup sebanyak 7 orang siswa. Sebanyak 4 orang siswa mendapatkan skor dalam kategori kurang baik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek rima, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dibandingkan hasil tes tertulis pada siklus I. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori baik mengalami peningkatan yang signifikan dari 10 orang siswa pada siklus I menjadi 15 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup mengalami peningkatan dari 5 orang siswa pada siklus I menjadi 6 orang siswa pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang mengalami penurunan dari 13 orang siswa pada siklus I menjadi 7 orang siswa pada siklus II. Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa setelah tindakan pada siklus II dilakukan, kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan siswa menjadi lebih memahami bagaimana cara menulis puisi yang baik. Faktor- faktor yang mendukung peningkatan kemampuan menulis pusi siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1 hasil refleksi peneliti terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, 2 Lembar Kerja Siswa, 3 contoh-contoh puisi yang diberikan peneliti kepada siswa, 4 manajemen kelas yang lebih tertata dan 5 desain pembelajaran lebih variatif daripada siklus I. b Hasil Nontes Pada siklus II data nontes diperoleh sama seperti pada siklus I, yaitu dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut. a. Observasi Observasi dilaksanakan selama penelitian berlangsung dan difokuskan pada proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan multiple intelligences. Observasi dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan oleh observer. Tabel 4.2 Observasi Proses Pembelajaran pada Siklus II AKTIVITAS SISWA DI KELAS Sekolah : SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Kelas : VIII F Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia HariTanggal : Selasa, 9 April 2013 No. A s p e k Keterangan 1. Siswa menjawab pertanyaan guru. Siswa mau menjawab pertanyaan yang diajukan. 2. Siswa memahami puisi yang dibacakan guru. Siswa memahami puisi yang dibacakan guru. 3. Siswa dapat mengaitkan topik dengan pengalaman. Siswa dapat mengaitkan topik dengan pengalaman. 4. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri puisi. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri puisi. 5. Siswa dapat menyusun puisi. Siswa dapat menyusun puisi. 6. Siswa bertanya pada guru ketika menemui kesulitan. Siswa bertanya kepada guru. 7. Siswa bertanya pada teman ketika menemui kesulitan. Siswa bertanya pada teman ketika menemui kesulitan. 8. Siswa aktif mengungkapkan pendapat. Siswa sudah aktif mengungkapkan pendapat. 9. Perwakilan siswa membacakan hasil menulisnya. Siswa berani membacakan hasil menulisnya. 10. Siswa memberikan tanggapan dari hasil menulis teman lain. Siswa memberikan tanggapan dari hasil menulis teman lain. Dari hasil pengamatan observer, seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan penuh perhatian, artinya siswa sudah mengikuti proses pembelajaran dengan serius dan siswa mengikuti semua instruksi yang diberikan guru. Data yang diperoleh dari hasil observasi pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut. Peneliti membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi tentang puisi dan kaitannya dengan kehidupan siswa sebagai seorang pelajar. Respon siswa terhadap apersepsi yang diberikan antusias dan positif. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang memberikan respon positif dan antusiassaat guru membuka pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Peneliti menggunakan media untuk memudahkan penyampaian materi dan menarik perhatian siswa. Siswa terlihat bersemangat dan antusias saat peneliti menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media. Sebelum menyampaikan materi pembelajaran, peneliti terlebih dahulu memberitahukan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Suara peneliti masih terdengar jelas pada saat menjelaskan. Peneliti menjelaskan langkah- langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences. Keseluruhan siswa mampu memahami prosedur pelaksanaan pendekatan multiple intelligences dalam proses pembelajaran menulis puisi. Siswa memahami semua instruksi yang diberikan oleh peneliti berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan multiple intelligences dan mengikutinya dengan cukup antusias. Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran cukup. Setiap langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences terlaksana dengan baik dan efektif. b. Hasil Wawancara Siswa Pada siklus ini, wawancara dilakukan setelah peneliti selesai menganalisis hasil tes tertulis siswa pada siklus II. Wawancara ditujukan kepada siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences. Pertanyaan diajukan kepada para siswa adalah sebagai berikut: 1 apakah siswa senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences, 2 apakah yang menyebabkan siswa senang atau tidak senang dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences, 3 apakah siswa lebih mudah menulis puisi penerapan pendekatan pendekatan multiple intelligences dalam pembelajaran, 4 Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences, apakah siswa dapat menulis puisi secara lebih baik, 5 apakah kesulitan yang siswa alami selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah mengungkapkan rasa antusias dan senangnya terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan metode dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences, karena siswa merasa pembelajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan dan siswa dapat menangkap hal-hal pokok bagaimana menulis puisi yang baik dengan mudah. c. Hasil Dokumentasi Foto Setelah penelitian pada siklus I dilaksanakan dan hasil tes tertulis siswa telah diketahui, peneliti melanjutkan penelitian siklus II karena hasil tes tertulis pada siklus I belum mencapai target yang ditentukan. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran didokumentasikan sebagai bukti bahwa proses pembelajaran benar-benar dilaksanakan. Berikut adalah hasil dokumentasi kegiatan siswa pada siklus II. Gambar 4.4 Menjelaskan Materi Pembelajaran Menulis Puisi Gambar 4 tersebut diambil pada saat pelaksanaan siklus II. Pada siklus II, peneliti menekankan pemahaman siswa tentang puisi dan cara menulis puisi yang baik. Peneliti membagikan contoh puisi kepada setiap siswa. Aktivitas selanjutnya adalah siswa diminta menganalisis puisi yang dibagikan. Setelah para siswa selesai menganalisis contoh puisi yang dibagikan, peneliti kemudian menjelaskan materi tentang puisi secara lengkap. Pada saat peneliti menjelaskan materi pembelajaran, siswa diminta untuk mengoreksi jawaban dari hasil analisis puisi masing-masing siswa berdasarkan penjelasan yang disampaikan peneliti. Hal terakhir yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah siswa dibantu peneliti menarik kesimpulan dari keseluruhan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Gambar 4.5 Siswa Melakukan Kegiatan Menulis Puisi Gambar 5 tersebut diambil ketika siswa melakukan kegiatan menulis puisi. Terlihat siswa antusias dan serius dalam melakukan kegiatan menulis puisi. Terdapat beberapa siswa yang melakukan diskusi dengan teman untuk bertukar ide dalam menulis puisi. Gambar 4.6 Siswa Membacakan Puisi yang Telah Ditulis Gambar 6 tersebut diambil ketika siswa akan membacakan puisi yang telah ditulis. Terlihat siswa sangat antusias dan saling berebut untuk membacakan puisi hasil karyanya di depan kelas. c Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan siklus I berhasil diatasi, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan lebih baik. Pada siklus II permasalahan-permasalahan yang terdapat pada siklus I dapat diatasi setelah peneliti menetapkan berbagai langkah perbaikan sebelum siklus II dilaksanakan. Setelah langkah perbaikan diterapkan, siswa menjadi antusias dan tertarik terhadap pembelajaran menulis puisi karena peneliti memberikan motivasi pada apersepsi awal pembelajaran dimulai. Pada siklus II, peneliti tidak lagi menjelaskan materi pembelajaran tentang puisi, guru hanya memberikan penjelasan tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan multiple intelligences dan kriteria puisi yang baik tidak ada permasalahan dengan penjelasan praktikan. Pada siklus II, ada bagian LKS yang diperbaiki karena berdasarkan hasil refleksi dan diskusi bersama guru pamong terdapat bagian LKS yang sebaiknya dihilangkan dan diganti karena pada pelaksanaan siklus I terbukti kurang efektif. Pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi, karena guru sudah memberikan penjelasan lebih lanjut tentang cara menulis puisi yang baik dan benar. Pada siklus II, manajemen waktu untuk setiap tahapan dalam proses pembelajaran lebih efektif, karena aktivitas pembelajaran difokuskan pada upaya untuk meningkat kemampuan siswa menulis puisi yang baik. Pada siklus II, hasil pekerjaan siswa menanggapi isi puisi secara tertulis juga lebih rapi dan bersih dibandingkan hasil pekerjaan siswa pada siklus I. Secara keseluruhan, langkah perbaikan yang ditetapkan sebelum siklus II dilaksanakan telah membawa dampak positif terhadap proses pembelajaran di kelas, sehingga proses pembelajaran berjalan lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Pada saat puisi berjudul “Aku Ingin” ditayangkan, siswa mendengarkan dengan oenuh konsentrasi. Demikian pula saat diberikan tugas menulis puisi, siswa terlihat aktif dan serius dalam menulis puisi berdasarkan tema yang telah ditentukan. Sebagian besar siswa sudah dapat menulis puisi sesuai dengan yang diharapkan dan lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Suasana kelas saat proses pembelajaran berlangsung cukup kondusif, berbeda dari pertemuan sebelumnya. Sama seperti pertemuan sebelumnya, respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan multiple intelligences dalam proses pembelajaran sangat positif. Siswa terlihat bersemangat dan aktif dalam menjalankan setiap intruksi yang diberikan peneliti. Berdasarkan hasil refleksi dan pengamatan peneliti secara langsung di lapangan, penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan multiple intelligences telah berhasil membuat siswa tertarik dengan materi menulis puisi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Peningkatan apresiasi puisi dengan media Mind mapping pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010-2011 ptk di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

3 17 294

Pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X: eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong

6 37 118

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan penggunaan metode field trip pada siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok

0 7 58

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band Surga Cinta pada siswa kelas VIII MTS Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA) Ciputat, Tangerang.

0 7 147

Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siswa Kelas V MI Nurul Huda Kota Depok Tahun Pelajaran 2014/2015

0 6 0

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band "Surga Cinta" pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

2 14 147

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui media lagu Ada Band “Surga Cinta” pada siswa kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi’iyah (Yaspina) Ciputat, Tangerang

1 10 147