Kecemasan Berbicara Landasan Teori

14 b. Sebab-Sebab Kecemasan Berbicara 1 Penyebab kecemasan berbicara pada individu menurut Ramaiah dalam Uji Utami 2009: 12, adalah: a Lingkungan mempengaruhi cara berfikir dalam arti bahwa cara berfikir dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sahabat, rekan sekerja, terutama pengalaman yang berkenaan rasa tidak aman terhadap lingkungan. b Emosi yang ditekan, yaitu kecemasan bisa terjadi karena tidak mampu menemukan jalur keluar dalam hubungan interpersonal, terutama jika menekan rasa marah atau frustasi jangka waktu lama. c Sebab-sebab fisik sebagai interaksi antara pikiran dan tubuh bisa menimbulkan kecemasan, misalnya pada kehamilan, semasa remaja, menghadapi ujian dan waktu pulih dari suatu penyakit. d Keturunan, yaitu kecemasan seseorang bisa timbul dalam keluarga yang sering mengalami kecemasan, walaupun keterikatan antara kecemasan seseorang dengan keadaan keluarga tidak meyakinkan. 2 Beberapa hal yang menyebabkan seseorang merasa cemas http:ruangpsikologi.comregulasi-emosi-untuk-mengurangi- kecemasan-berbicara-di-depan-umum: Hal lain yang menyebabkan seseorang merasa cemas seperti misalnya seseorang memiliki ekspektasi harapan yang tinggi terhadap apa yang harus ia dapatkan setelah presentasi. Seseorang tersebut ingin presentasinya sukses, semua berjalan sesuai dengan rencana, atau dapat membuat semua audiens kagum dengan apa yang ia bicarakan. Selain itu, pengalaman masa lalu dimana ketika gugup saat presentasi kemudian mendapatkan tertawaan 15 dan kritikan dari orang lain dapat mempengaruhi kecemasan seseorang saat melakukan prensentasi saat ini. c. Komponen Kecemasan Berbicara Komponen kecemasan berbicara dibagi menjadi tiga menurut Rogers dalam Astrid 2009: 14, yaitu: 1 Komponen fisik, yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan. Gejala fisik tersebut dapat berbeda setiap orangnya. Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang bergetar, kaki yang gemetar, kejang perut, sulit untuk bernafas, dan hidung sampai berlendir. 2 Komponen proses mental, misalnya: sering mengulang kata atau kalimat saat mengajar, hilang ingatan secara tiba-tiba saat akan menjelaskan materi, dan melupakan hal-hal penting yang seharusnya disampaikan. 3 Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak mampu dalam diri individu, rasa takut yang muncul sebelum tampil dan rasa kehilangan kendali. Biasanya karena hal-hal tersebut mendadak muncul rasa tidak berdaya untuk tampil di depan umum. Jadi, kecemasan berbicara terdiri dari tiga komponen yakni komponen fisik, proses mental, dan komponen emosional. d. Teknik Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Charles Sirait 2010: 36, resep kesuksesan yang perlu dipraktikan dalam penampilan kita di depan umum adalah: riset yang kuat, latihan penampilan, dan tidak tegang, dalam bahasa Inggrisnya adalah Research, Rehearse, and Relax 3R. Ada tiga hal yang penting untuk meningkatkan rasa percaya diri Charles Sirait, 2010: 88-89 yaitu: 16 1 Lakukan riset Lakukan analisis bagaimana situasi yang akan Anda hadapi saat ini. Siapa saja para audiensnya? Dari kalangan mana mereka berasal? Berapakah rata-rata usia audiens Anda? Apa tujuan mereka tersebut? Apakah persepsi yang timbul bagi orang yang pertama kali melihat penampilan Anda? Semakin dalam riset yang kita lakukan, semakin besar rasa percaya diri itu tumbuh dalam diri kita. Kalau acaranya adalah peluncuran sebuah produk, pengetahuan kita mengenai produk tidak boleh kalah dibandingkan sang product manager. Detail produk harus kita pahami, kuasai, dan cintai. Kalau harganya masih terjangkau bagi Anda beli produk itu, gunakan, rasakan dan ceritakan pada duniamu. 2 Latihan Berlatih harus dianggap sebagai pekerjaan yang harus kita cintai. Semakin sering Anda berlatih bicara, Anda akan semakin percaya diri saat naik ke atas panggung. 3 Visualisasi penampilan terakhir Apakah kita masih ingat atau memiliki dokumentasi penampilan terakhir kita? Keberhasilan dan kegagalan kita pada saat penampilan terakhir dapat meningkatkan kembali rasa percaya diri kita. 17 Lalu bagaimana jika Anda baru pertama kali tampil? Anda perlu merekam latihan penampilan menggunakan handycam beberapa kali sebelum tampil. Lalu, lakukan evaluasi bersama orang-orang terdekat, teman, orang tua, dan sahabat. Tanyakan kepada mereka apa kekurangan Anda.

3. Pengajaran Mikro Program Pengalaman Lapangan I

a. Pengertian Program Pengalaman Lapangan I Program Pengalaman Lapangan I atau biasa disebut Pengajaran Mikro Micro Teaching merupakan kuliah dimana para mahasiswa calon guru untuk pertama kalinya secara terstruktur belajar mengelola pembelajaran E.Catur Rismiati, dkk. 2007: iii. Sesuai dengan namanya, latihan tersebut melibatkan rekan- rekannya mahasiswa yang berperan sebagai murid sekolah dalam jumlah yang terbatas. Kuliah ini merupakan persiapan untuk latihan di dalam situasi sesungguhnya di sekolah yaitu Program Pengalaman Lapangan II PPL II. Melalui latihan-latihan yang terarah dan umpan balik dari dosen serta rekan mahasiswa yang konstruktif, diharapkan secara bertahap sebagai keterampilan yang diperlukan untuk mengelola pembelajaran mahasiswa berkembang mencapai taraf siap untuk melakukan latihan pembelajaran dala situasi yang sesungguhnya. 18 Tentu saja, pengembangan keterampilan mahasiswa calon guru perlu ditempatkan dalam konteks bahwa pada akhirnya yang harus mengalami manfaat terbesar dari pembelajaran itu adalah para murid. Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh keberhasilan belajar para murid. b. Rasional Pengajaran Mikro PPL I E.Catur Rismiati, dkk 2007: 1, mengemukakan bahwa sifat “mikro” dalam pengajaran mikro ini berusaha mengisolasi secara sistematis bagian-bagian dari keseluruhan proses belajar mengajar yang sedemikian kompleks. Usaha penyederhanaan ini didasari atas pertimbangan: 1 Bahwa dengan menguasai terlebih dahulu komponen kegiatan mengajar, akan dapat dilaksanakan kegiatan mengajar secara keseluruhan yang bersifat kompleks itu. 2 Bahwa dengan menyederhanakan situasi maka perhatian dapat ditujukan sepenuhnya kepada pembinaan keterampilan tertentu khusus yang merupakan komponen dari kegiatan mengajar. 3 Bahwa dengan menyederhanakan situasi latihan maka lebih dimungkinkan untuk mengadakan observasi yang lebih seksama dengan pencatatan yang lebih teliti. Selanjutnya, hasilnya dapat digunakan sebagai bahan diskusi tentang penampilan yang bersangkutan. Hasil diskusi tersebut dapat digunakan sebagai umpan balik refleksi bagi praktikan sehingga mereka dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan dengan cepat pada kesempatan latihan mengajar ulang reteach. Meskipun berbagai penelitian telah membuktikan manfaat pengajaran mikro, masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan pokok yang terdapat dalam pengajaran mikro terutama bersumber pada kenyataan bahwa pengajaran mikro memang merupakan “real 19 teaching”, tapi bukan “real classroom teaching”. Dengan demikian, bukan hanya diperlukan penyesuaian kembali dari keterampilan yang telah dikuasai dengan situasi kelas yang sebenarnya, tetapi juga harus diperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan kompetensi pengelolaan kelas, disiplin murid di kelas, dan sebagainya yang tidak tercakup dalam pengajaran mikro. Oleh karena itu, latihan praktik mengajar di kelas yang sebenarnya tetap diperlukan dan latihan melalui pengajaran mikro hanyalah persiapan kearah praktik di kelas yang sebenarnya real classroom teaching tersebut. Salah satu karakteristik pengajaran mikro adalah dimungkinkannya pemberian balikan secara cepat bagi calon guru yang sedang berlatih. Untuk itu diperlukan pencatatan yang akurat dengan disediakannya lembar-lembar observasi, tersedianya alat rekam, antara lain video-tape recorder VTR-unit, atau audio-tape recorder ATR. Penggunaan alat rekam tersebut memudahkan mahasiswa dan dosen untuk melakukan observasi. Sehubungan dengan penggunaan alat-alat rekam dalam pengajaran mikro, faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan, yaitu faktor banyak sedikitnya calon guru yang akan dilatih, alokasi waktu yang tersedia, sumber dana, di samping relevansi alat dengan jenis keterampilan yang akan dilatih. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengajaran mikro adalah mata kuliah yang bersifat praktikum dalam situasi laboratoris yang mudah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL OSCE MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

3 27 71

Hubungan antara Peran Guru Pamong dan Minat Mahasiswa Menjadi Guru dengan Prestasi Program Pengalaman Lapangan (PPL) :Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKIP-UMS

0 4 7

PRESTASI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DAN MINAT MAHASISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2006 FKIP UMS TAHUN 2009.

0 0 10

PENGARUH PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI GURU : Studi Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2010 FPEB UPI.

7 16 47

Penilaian mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap pelaksanaan program pengalaman lapangan : studi kasus mahasiswa aktif angkatan 2010-2012 yang sudah mengambil mata kuliah PPL II.

0 0 2

Hubungan antara sikap guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar, dan nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan : studi kasus mahasiswa peserta PPL II, program studi pendidikan akuntansi, USD Yogyakarta.

0 0 124

Persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan, sosial, dan profesional : studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi dan mahasiswa FE progr

0 3 131

LAPORAN PPL 1413031034

3 14 78

Hubungan antara sikap guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar, dan nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan : studi kasus mahasiswa peserta PPL II, program studi pendidikan akuntansi, USD Yogyakarta -

0 0 122

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL, KECEMASAN BERBICARA, DAN NILAI PPL I DENGAN NILAI PPL II MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

0 1 122