Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
dan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan lain-lain. Program Pengalaman Lapangan II PPL II menuntut seorang mahasiswa FKIP mempraktikkan
langsung kemampuan mengajarnya di depan peserta didik. Dalam pelaksanaan PPL II yang berperan penting dalam penilaian PPL
II adalah guru pamong di sekolah dan dosen pembimbing. Sarkim 2007: 17 menyatakan bahwa guru pamong sebagai penilai harus menilai beberapa
komponen diantaranya, komponen pembelajaran, komponen tugas-tugas lain, serta penampilan personal dan sosial mahasiswa FKIP. Sedangkan dosen
pembimbing sebagai penilai harus menilai beberapa komponen diantaranya, menilai komponen praktik pembelajaran di sekolah minimal 1 kali, aspek
personal dan sosial mahasiswa, laporan akhir pertanggungjawaban, dan menguji serta menentukan nilai final mahasiswa FKIP.
Dalam mencapai nilai PPL II juga tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri
sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman disebut dengan emotional
intelligence atau kecerdasan emosional. Penguasaan kecerdasan emosi mahasiswa FKIP dapat mempengaruhi
kemampuan berbicara saat tampil di depan kelas. Apabila kemampuan berbicaranya baik dan dapat membuat peserta didiknya paham atas materi
yang dibahas, maka pengelolaan emosi mahasiswa FKIP sudah tercapai dengan baik. Sebaliknya, pengelolaan emosinya kurang baik maka akan
menimbulkan kecemasan berbicara di depan kelas sehingga pembelajaran
4
tidak berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, beberapa prasyarat mata kuliah yang harus dituntaskan sebelum melaksanakan PPL II, seharusnya
dapat menjadi patokan apakah mahasiswa FKIP sudah layak melaksanakan PPL II atau tidak.
Ketuntasan mata kuliah prasyarat dan nilai yang dicapai dalam kategori baik seharusnya dapat menjamin pelaksanaan PPL juga baik, terutama untuk
mencapai nilai PPL II. Dalam pelaksanaan PPL II ini dapat ditemukan masalah-masalah yang nyata dari sebuah sistem pembelajaran. Hasil PPL II
sangat menentukan apakah mahasiswa FKIP pantas menjadi seorang guru atau tidak. Nilai dari mata kuliah prasyarat tersebut juga mempengaruhi
kesiapan mahasiswa FKIP untuk dapat terjun langsung ke lapangan. Kemungkinan pertanyaan yang timbul adalah, ”Jika nilai yang diperoleh
baik, apakah nilai PPL II juga baik?”. Pada kenyataannya, mahasiswa FKIP yang lulus dari beberapa mata
kuliah prasyarat dengan nilai yang “baik”, saat tampil di depan kelas tidak sebaik saat mempelajari teori dari mata kuliah prasyarat. Jadi teori dengan
praktiknya sangat jauh berbeda. Masalah yang timbul tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut misalnya, kurangnya
kesiapan diri mental maupun materi dari mahasiswa FKIP, adanya ketakutan saat tampil di depan kelas, adanya rasa cemas hingga menimbulkan
rasa ketidaknyamanan dan tidak percaya diri, dan yang lebih kompleks adalah mahasiswa FKIP kurang mampu mengelola emosi saat di depan kelas.
5
Apabila mahasiswa FKIP memiliki kemampuan mengelola emosinya dengan baik, maka faktor penghambat yang tingkatnya lebih rendah dapat
dikendalikan. Oleh karena itu, pengelolaan kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam pelaksanaan pembelajaran PPL II.
Dari faktor-faktor penghambat memperoleh nilai PPL II tersebut, membuat orang mulai sadar bahwa saat ini tidak hanya kemampuan kerja
yang sempurna saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan tetapi diperlukan sejenis keterampilan lain untuk menjadi yang terdepan yaitu
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional yang dikelola dengan baik dapat mengurangi kecemasan berbicara di depan kelas serta menambah
kepercayaan diri dari mahasiswa FKIP saat melaksanakan PPL II. Maka berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, Kecemasan Berbicara, dan Nilai PPL I dengan Nilai PPL II Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma”.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada mahasiswa yang sudah melaksanakan PPL II Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
6