Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Fokus pembahasan bab kedua ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama penulis membahas mengenai kompetensi pedagogik guru PAK yang terdiri dari Guru PAK, PAK, kompetensi guru, kompetensi pedagogik, dan kompetensi pedagogik guru PAK. Sedangkan bagian kedua membahas mengenai minat siswa dalam mengikuti PAK yang terdiri dari minat belajar, dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran PAK.

A. Guru Pendidikan Agama Katolik 1. Pendidikan Agama Katolik

a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah

Berkenaan dengan pendidikan agama Katolik, negara mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa negara dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa serta berakhlak mulia, dan Gereja mewujudkannya dalam rangka pewartaan Injil. Semua itu demi membantu orangtua selaku pendidik pertama dan utama putera-puteri mereka. Muara dari semua pemikiran itu ialah peserta didik Dapiyanta, 2008:1. Pendidikan agama Katolik secara operasional ialah komunikasi iman atau tukar pengalaman beriman penghayatan iman sebagai bentuk dari kesaksian 15 iman antara guru dan para siswa dan antar sesama siswa melalui proses pembelajaran berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi, metode, dan media, yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik. Melalui kesaksian hidup yang terjadi diharapkan baik guru maupun siswa dapat saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Tekanan utamanya terletak pada penghayatan iman, namun pengetahuan tidak dilupakan. Untuk itulah pembelajaran di kelas diadakan. Tujuan utama pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Pada akhirnya peserta didik diharapkan memiliki akhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama, serta peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. 16

b. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Katolik