33
teladan bagi siswa, mampu memberi nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu
menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya Oemar Hamalik, 2008: 40.
a. Kompetensi Pedagogik Guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
pegagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Mengelola pembelajaran mengandung arti bahwa guru yang memiliki kompetensi
pedadogik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara interaktif, efektif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik Daryanto, 2009: 208. Janawi 2011: 65-96 mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik
berhubungan dengan menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, mengembangkan kurikulum dan rancangan
pembelajaran, menyelenggarakan
pembelajaran yang
mendidik dengan
memanfaatkan Tujuan Instruksional Khusus TIK untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, mampu
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar, memanfaatkan
34
hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Secara rinci setiap
sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial, sebagai berikut:
1 Menguasai Karakteristik Peserta Didik
Menguasai karakteristik peserta didik berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi anak didik. Peserta didik dalam dunia pendidikan
harus diposisikan subyek dalam proses pembelajaran. Diposisikan sebagai subyek berarti bahwa anak merupakan sosok individu yang membutuhkan perhatian dan
sekaligus berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi
minat, bakat, motivasi, dayas erap mengikuti pelajaran, tingkat perkembangan,
tingkat inteligensi, dan perkembangan sosial tersendiri Janawi, 2011: 66-67.
Menurut Conny R. Semiawan, manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang diperolehnya. Setiap anak dilahirkan dengan perbedaan
kemampuan, bakat, minat. Faktor-faktor ini ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Untuk itu, jika anak diberi kesempatan untuk mendapatkan apa yang
diinginkan dalam belajar, anak dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya masing-masing. Untuk itu guru harus
memahami dan menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Kedua bidang keilmuan yang saling berkaitan tersebut dapat membantu
guru untuk mengetahui dan memahami tentang anak dan tahap-tahap perkembangannya. Pada setiap tahap perkembangan, anak memiliki karakteristik
tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan inilah yang
35
menjadi landasan mengapa guru harus menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar, guru harus
menempatkan peserta didik sebagai fokus perhatiannya sekaligus menjadi individu yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran Janawi, 2011: 67.
2 Menguasai Teori dan Prinsip-prinsip Pembelajaran
Janawi 2011:68 menjelaskan bahwa tujuan mengajar ialah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak. Dengan
pengajaran, dapat membuat seorang anak menjadi orang lain, dalam hal apa yang ia lakukan dan yang dapat dicapainya. Perubahan ini biasanya disebabkan oleh
orang yang berada di luar dirinya, seperti seorang guru. Oleh karena peserta didik memiliki tahap perkembangan yang berbeda-
beda, maka diharapkan guru dapat menggunakan pendekatan yang berbeda untuk setiap peserta didik. Di satu sisi guru harus memberikan perhatian kepada seluruh
anak yang ada dalam proses pembelajaran di kelas, namun di sisi lain guru harus memberikan perhatian khusus kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya.
Oleh karena itu guru harus menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik Janawi,
69. Janawi menegaskan bahwa, beberapa asas yang perlu dikuasai oleh guru,
diantaranya adalah asas perhatian, asas aktivitas, asas apersepsi, asas peragaan, asas ulangan, asas korelasi, asas konsentrasi, asas individualisasi, asas sosialisasi,
dan asas evaluasi.
36
1 Asas Perhatian Asas perhatian adalah asas membangkitkan perhatian peserta didik pada
pelajaran yang disampaikan guru di kelas atau di luar kelas. Asas ini digunakan untuk membangkitkan minat belajar anak, karena tidak semua anak memiliki
perhatian yang sama terhadap materi pelajaran yang sama. Dalam asas ini dikenal dua jenis perhatian, yakni perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian
sengaja, dan perhatian yang timbul dari peserta didik disebut perhatian spontan. Dasar dilakukannya perhatian terhadap peserta didik adalah dasar
psikologis. Perhatian adalah suatu gejala kejiwaaan yang ada hubungannya dengan dorongan minat dan aktivitas itu sendiri. Kemudian perhatian adalah suatu
keadaan, sikap untuk memusatkan kesadaran yang diarahkan pada suatu obyek tertentu yang disertai reaksi-reaksi organis yang selanjutnya dapat memungkinkan
pengamatan secara tajam dan jelas terhadap obyek tersebut. Perhatian memungkinkan adanya kesan, tanggapan, pengertian, dan pendapat yang semakin
tajam dan jelas Janawi, 2011: 69-70. 2 Asas Aktivitas
Asas aktivitas adalah asas yang mengaktifkan jasmani dan rohani peserta didik. Proses belajar dianggap baik apabila interaksi belajar terjalin antara
pendidik dan peserta didik dan antar sesama peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya tidak bersifat verbalis tetapi peserta
didik harus dilatih untuk beraktifitas baik jasmani maupun rohani. Piaget dalam Tim Didaktik Metodik Malang 1987: 25 menjelaskan bahwa seorang anak
37
berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar ia berpikir sendiri ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Secara psikologis, segala pengetahuan harus diperoleh siswa dari pengamatan sendiri dan pengalamannya sendiri. Karena jiwa bersifat dinamis,
memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif yang didorong oleh kebutuhan- kebutuhan. Dalam hal ini peran guru adalah merangsang keaktifan dengan cara
menyajikan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik sendiri sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang masing-
masing. Hal ini sebabkan karena belajar adalah suatu proses di mana anak-anak harus aktif Janawi, 2011: 70-71.
3 Asas Apersepsi Asas apersepsi adalah asas yang digunakan guru ketika guru akan memulai
proses pembelajaran. Apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa yang dialami sebagai proses kesadaran dengan kesan baru yang diterima. Dalam hal ini peran
guru adalah menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan peserta didik sebelumnnya.
Dari sudut pandang psikologis, apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa lama dengan gejala jiwa baru. Kesan lama dinamakan bahan apersepsi dan
bahan apersepsi itu membangkitkan minat peserta didik. Aplikasinya, sebelum memberi materi pelajaran yang baru, guru harus memperhatikan materi yang
menghubungkan sesuatu dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya Janawi, 2011: 71-72.
38
4 Asas Peragaan Asas peragaan adalah asas memperagakan. Asas ini selalu dikaitkan
dengan media atau teknologi pendidikan baik dengan memanfaatkan miniatur dengan cara mendemonstrasikan gerak tangan, tubuh dan lainnya dalam proses
pembelajaran. Agar peserta didik dapat mengerti dengan baik materi yang hendak disampaikan, maka materi pelajaran haruslah diperagakan sekonkrit mungkin bagi
pengamatan mereka. Peragaan dapat dengan peragaan langsung maupun peragaan tak langsung. Peragaan langsung dapat ditampilkan dengan cara memperlihatkan
sesuatu yang akan diperagakan, sedangkan peragaan tak langsung dengan cara menunjukkan benda-benda tiruan, misalnya gambar, film, dan lainnya. Melalui
asas peragaan, pembelajaran akan berawal dari pengalaman dan pengamatan yang membutuhkan alat-alat indera Janawi, 2011: 72.
5 Asas Ulangan Asas ulangan adalah asas mengadakan latihan-latihan secara periodik yang
mempermudah reproduksi tanggapan yang membutuhkan asosiasi antar tanggapan-tanggapan yang muncul. Latihan-latihan ini dapat berupa ulangan
harian, pekerjaan rumah, atau tugas lainnya. Asas ini perlu dipertimbangkan secara matang dan dilakukan secara teratur, agar peserta didik tidak merasa jenuh
dengan tugas-tugas yang diberikan guru. Ulangan dibagi dalam dua kategori yaitu: ulangan okasional
bersifat kebetulan dan ulangan sistematisJanawi, 2011: 72- 73.
39
6 Asas Korelasi Asas korelasi merupakan asas mengadakan hubungan dengan pelajaran
lain. Guru dalam hal ini harus mampu menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya. Misalnya pelajaran agama dengan pelajaran
kewarganegaraan, pengetahuan sosial, dan sebagainya. Secara psikologis, asosiasi dan apersepsi menggali kesadaran anak agar
dapat membangkitkan minat belajar anak. Aplikasinya, pelajaran akan mudah diterima bila guru menghubungkan pelajaran dengan masalah-masalah pokok
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. 7 Asas Konsentrasi
Asas konsentrasi adalah pemusatan pada pokok suatu permasalahan tertentu. Fokus tertentu mendorong munculnya perhatian pemusatan pada pokok
masalah tertentu. Asas ini memiliki tiga tahap, yaitu tahap inisisasi, pengembangan,
dan kulminasi. Pada tahap inisisasi, guru berusaha menstimulasi peserta didik melalui alat peraga untuk menarik perhatian peserta didik dan
peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Tahap pengembangan, masing- masing kelompok mengumpulkan data sesuai dengan data yang ingin
dikumpulkan, dan tahap kulminasi, masing-masing kelompok menyampaikan laporannya dan diberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk menanggapinya
Janawi, 2011: 73. 8 Asas Individualisasi
Asas individualisasi merupakan asas penyesuaian pada minat dan bakat masing-masing peserta didik. Seorang guru dalam proses pembelajaran, harus
40
mampu memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik, karena pesera didik memiliki minat, bakat, dan irama perkembangan sendiri. Proses pembelajaran
hendaknya disesuaikan dengan keadaan sifat, bakat, minat, kemampuan peserta didik masing-masing.
9 Asas Sosialisasi Asas sosialisasi adalah asas menciptakan atau menyesuaikan pada
lingkungan sekitar. Sosialisasi dibutuhkan karena, selain peserta didik sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan sesamanya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membutuhkan suasana hidup bersama, bekerja bersama, dan berinteraksi dengan
sesamanya. Dalam hal ini, guru hendaknya membantu para siswa unutk mengembangkan sifat sosialnya melalui pembentukan kelompok sehingga suasana
soail dapat tercipta. 10 Asas Evaluasi
Asas evaluasi merupakan asas pengadaan penilaian yang obyektif. Evaluasi dilakukan secara periodik dan menjadi feed back umpan balik dalam
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan cara yang bervariasi sesuai dengan tuntutan zaman dan evaluasi yang dibutuhkan. Evaluasi dapat berguna
bagi guru, yakni sebagai dasar penilaian mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap proses pembelajaran tertentu, dan juga bagi peserta didik yakni
mereka dapat menilai kemampuannya sehingga dapat menilai dirinya. Secara psikologis, evaluasi dan penilaian diberikan secara obyektif guna
mengetahui daya serap penguasaan anak terhadap pelajaran yang disampaikan
41
oleh gurunya. Evaluasi dapat dilakukan dengan memberi tes ujian agar peserta didik mengetahui hasil belajarnya. Hasil penilaian perlu didokumentasikan demi
kepentingan melihat sejauh mana tingkat perkembangan kemampuan anak Janawi, 2011: 74-75.
3 Mengembangkan Kurikulum
Menurut Zamroni, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah mempertimbangkan dua model, yaitu memperkuat hidden
curriculum dan mengembangkan teknik refleksi diri self-reflection Zamroni,
2000: 79. Hidden curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai dan sifat-sifat pada diri peserta didik. Proses tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu dalam hal ini guru hendaknya melakukan proses pembelajaran yang baik, menjadi panutan bagi peserta didik,
dan rekan sejawat. Sedangkan self-reflection adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk memperoleh
umpan balik Janawi, 2011: 75-76. Guru dalam melaksanakan pembelajaran, harus sungguh-sungguh
mencermati kurikulum yang berlaku dan bersiap menghadapi perubahan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Perubahan kurikulum menuntut
guru untuk selalu menerima perubahan yang membawa perbaikan dalam berbagai aspek pembelajaran. Oleh karena perubahan zaman lebih cepat dibandingkan
dengan proses penyesuaian dan dinamika pendidikan, maka dunia pendidikan
42
harus mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan zaman, terutama tuntutan dan kebutuhan zaman Janawi, 2011: 80.
Perubahan kurikulum selalu menimbulkan rumor di masyarakat bahwa “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum”. Bahkan perubahan kurikulum
kadang-kadang cenderung menjadi konsumsi politis. Sebagai konsekuensinya perubahan kurikulum menuntut penyediaan anggaran yang cukup besar. Namun,
bila perubahan kurikulum dilihat dari sudut pandang non-politis, pergantian kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu kemutlakan dalam rangka
merespon perkembangan masyarakat yang cepat.
4 Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik
Buber dalam Conny R. Semiawan 2002: 5 menyatakan bahwa paham psikologi kontemporer memahami belajar sebagai sebuah proses konstruktivisme.
Belajar adalah mengkonstruksikan pengetahuan yang terjadi from within. Belajar dilakukan dengan proses dialog dan bercirikan pengalaman dua sisi two sided
experiences . Belajar tidak semata-mata mentransformasikan pengetahuan ke
dalam kepala anak. Artinya, penekanan belajar tidak lagi pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar anak mampu menggunakan peralatan mentalnya
otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif Janawi, 2011: 85.
Goleman mengisyaratkan bahwa manusia memiliki dua segi mental: pertama,
berasal dari kepala head dengan ciri kognitif, dan kedua, berasal dari hati sanubarinya heart, dengan ciri afektif. Antara kehidupan kognitif dan
43
kehidupan afektif ada hubungan erat. Dalam struktur otak neuron sel otak yang menghubungkan dua kehidupan ini disebut extended amygdala. Penggunaan
fungsi otak yang efektif dan efisien merupakan hasil dari proses interaktif yang dinamis dengan lingkungan. Ciri-cirinya mencakup segi fisik, mental dan
emosional yang mengakibatkan integrasi yang terakselerasikan dari fungsi otak dan berakibat terhadap pemekaran kemampuan manusia secara optimal.
Secara makro Semiawan 2002:6, pembelajaran ditinjau dari adanya analisis dua jalur dalam pendekatan sistemnya yang disebut analisis dua jalur two
road analysis . Jalur pertama front-end: muka belakang yaitu mencakup tiga
komponen; target group analysis siapa dan context analysis. Berkaitan dengan bagaimana upaya menyelaraskan sasaran dan relevansinya, analisis pekerjaan
dapat dilakukan dari muka front, ke belakang end, atau sebalikya. Oleh karena itu untuk menyeimbangkan proses pembelajaran perlu dilakukan rancangan
pembelajaran instructional planning. Faktanya menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan dan persiapan
guru menjadi pusat yang paling penting dan tantangan permasalahan yang paling serius. Muhammad Hamid 1980: 116 dalam tulisannya menyatakan bahwa “the
ed ucation and preparation of teachers’ is the central, most crucial and most
challengging problem involved in the reconstruction of any educational system”. Permasalahan pembelajaran identik dengan persiapan guru dalam merekonstruksi
sistem pendidikan. Lebih khusus lagi, guru memiliki peran besar dalam proses pembelajaran yang dimulai dari proses pembelajaran di kelas.
44
Proses pembelajaran yang mendidik adalah proses yang selalu berorientasi pada pengembangan potensi anak. Kegiatan belajar mengajar tersebut menurut
Masnur Muslich 2007: 48-50 menitikberatkan pada proses pemberdayaan potensi anak. Prinsip-prinsip yang perlu dipertahankan seperti: Pertama, kegiatan
yang berpusat pada anak; kedua, belajar melalui berbuat; ketiga, mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial; dan keempat, belajar
sepanjang hayat.
5 Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik berarti membantu pengembangan diri dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Conny R.
Semiawan mengulas, bahwa manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang diperolehnya melalui kehidupan di mana ia berada Semiawan,
2002: 10. Namun perkembangan manusia tidak dimulai dari perkembangan tabularasa, melainkan mengandung sumber daya yang memiliki kondisi sosial
kultural, fisik dan biologis yang berbeda-beda, yang tidak dapat dilihat terlepas dari kondisi sosial, kultural, dan biologis dalam lingkungannya. Dengan kata lain
dalam dunia persekolahan, guru dan sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkembangkan potensi anak.
Anak merupakan sentral dari seluruh proses pendidikan. pemahaman ini dapat dilacak dari teori-teori yang telah dikembangkan oleh pendidikan Erop
Kontinental. Teori-teori yang berkembang sampai sekarang ini terdapat kesamaan pandangan yakni pada esensinya, yitu usaha pendidikan yang berfungsi
45
mengantarkan anak agar tumbuh dan berkembang menuju kematangan, kemandirian, kedewasaan Supriadi, 2005: 40.
6 Berkomunikasi Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik
Dalam proses pembelajaran, komunikasi dibutuhkan ketika seorang guru akan menyampaikan pesan the body of materials kepada anak didik. Levine dan
Adelman dalam Deddy Mulyana mengartikan komunikasi sebagai “proses berbagi makna melalu
i perilaku verbal dan nonverbal” Mulyana, 2005: 3. Jalaludin Rakhmat 1991: 4-6, mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian
energi dari alat indera ke otak. Pesan yang diberikan menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu yang lain. komunikasi ditujukan untuk
memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi. Di samping itu, komunikasi merupakan peristiwa sosial
– peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.
Defini tersebut menggambarkan bahwa komunikasi dapat bersifat intrapersona
dan ekstrapersona. Deddy Mulyana menyebutkan, komunikasi terjadi setidaknya melalui suatu sumber yang dapat membangkitkan respon pada
penerima melalui penyampaian suatu pesan. Bentuknya berupa tanda atau simbol, baik bentuk verbal kata-kata atau bentuk non-verbal non kata-kata, tanpa harus
mamastikan terlebih dahulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama Mulyana, 2007: 3. Dengan demikian,
komunikasi dapat terjadi antar pribadi, kelompok, masyarakat, bahkan lintas
46
budaya. Komunikasi juga terjadi melalui suatu proses, berdasarkan suatu tujuan, dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu.
Menurut Bobbi de Porter dkk, ada empat prinsip komunikasi ampuh, yaitu timbulkan citra munculkan kesan, arahkan fokus, inklusif, dan spesifik De
Porter, 2000:
117. Komunikasi
dalam proses
pembelajaran perlu
mempertimbangkan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menimbulkan kesan pada anak. Ketika komunikasi telah menimbulkan kesan, maka perhatian
siswa akan terfokus. Proses seperti inilah yang dimaksud dengan memindahkan energi.
Berkomunikasi efektif, empatik dan santun terhadap anak didik merupakan komunikasi yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Bahasa yang
empatik dan santun membuat suasana pembelajaran lebih harmonis. Guru tidak diperbolehkan menggunakan bahasa yang tidak mendidik, karena guru
sebagaimana diungkapkan sebelumnya adalah sosok yang digugu dan ditiru. Oleh karena itu guru harus menjadi teladan. Sebagai teladan, komunikasi yang
dibangun dalam proses pembelajaran adalah komunikasi simpatik dan persuasif. Perkataan guru menimbulkan asosiasi spesifik.
Dalam proses belajar mengajar, komunikasi empatik, persuasif, dan menarik akan berdampak pada terjadinya proses pembelajaran yang kontruktif.
Komunikasi antara pendidik dan peserta didik diharapkan berlangsung menarik. Komunikasi dalam proses pembelajaran perlu mengadopsi lebih dari satu arah
one way tetapi multi ways communication. Komunikasi tersebut terjadi antara
47
guru dan anak didik. Siklus ini perlu dipertahankan dan disesuaikan dengan konteks waktu dan kebutuhan.
7 Menyelenggarakan dan Memanfaatkan Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil
kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik Supranata dan Hatta, 2004: 3. Evaluasi dapat dijadikan sebagai proses umpan
balik feedback process. Pertama, evaluasi menadi dasar untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses pembelajran,
semester, dan tahunan. Melalui evaluasi inilah, tujuan pembelajaran dapat diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai sasaran atau tidak. Kedua, evaluasi
menjadi umpan balik baik bagi pendidik maupun anak didik. Howard Kingsley dalam Nana Sudjana membagi hasil belajar ke dalam
tiga kategori, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne menguraikan hasil belajar dalam lima
kategori yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Dalam proses pelaksanaannya, evaluasi tujuan
pendidikan nasional tetap berorientasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris Sudjana, 2006: 22.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dapat dikelompokkan menjadi enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Dua aspek pertama disebut
48
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya digolongkan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek masuk dalam raah psikomotoris yaitu gerakan
reflek, keterampilan
gerakan dasar,
kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan imperatif.
Tabel: Ranah Penilaian dan Aspeknya Kognitif
Afektif Psikomotoris
tahuanIngatan rimaan
k mahaman
banreaksi ampilan
gerakan dasar
Aplikasi ian
mampuan perseptual sis
nisasi rmonisan
atau ketepatan
sis rnalisasi
an keterampilan
kompleks luasi
an ekspresif
Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil. Evaluasi program bertujuan untuk menilai efektivitas program yang dilaksanakan. Evaluasi
proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.
49
8 Melakukan Tindakan Reflektif
Tindakan reflektif sesungguhnya adalah kelanjutan dari proses evaluasi sebagai akhir proses pembelajaran. Reflektif dapat dipahami sebagai tindakan
introspeksi dan me-review proses belajar mengajar yang telah dilakukan dan berakhir dengan memunculkan perubahan-perubahan baik pada tataran paradigma
pendidikan, konsep pendidikan, strategi dan pendekatan yang lebih edukatif dilaksanakan di dunia pendidikan, perubahan paradigma kurikulum, dan lainnya.
Melalui tindakan reflektif, semua komponen harus menyadari bahwa perubahan dan peningkatan mutu pendidikan tidak dilakukan secara parsial.
Akhir dari tindakan reflektif adalah proses evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh dan berpegang pada prinsip kontinuitas. Dalam makna yang
sederhana tindakan reflektif merupakan proses perenungan kegiatan belajar mengajar. Tindakan ini sebagai akhir proses pembelajaran menjadi ciri proses
akhir belajar mengajar – selain eksplorasi, interaksi, dan komunikasi – yang
diarahkan pada proses membangun gagasan dan menciptakan suasana berpikir Janawi, 2012: 96.
b. Kompetensi Kepribadian