dirinya, ia memiliki kecenderungan untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif dapat
mengembangkan dirinya dan melalui tahap remaja dengan baik. Remaja yang memiliki kepercayaan diri yang kurang, sebaliknya, cenderung
mengembangkan konsep diri yang negatif. Remaja yang memiliki konsep diri yang negatif rentan mengalami kegagalan dalam tahap remajanya.
Masalah lain terkait dengan isu yang rentan pada remaja obesitas adalah masalah sosial. Masyarakat umum menyukai seseorang dengan
bentuk tubuh yang ideal seperti ramping dan tinggi. Contoh konkrit yang dapat kita temui adalah pada iklan
– iklan di televisi dimana orang yang memiliki tubuh ideal sering diceritakan menjadi dambaan, sedangkan
orang yang kegemukan atau obese kurang diperhatikan. Begitu juga yang terjadi pada remaja pada umumnya. Remaja yang menderita obesitas
cenderung lebih sulit mendapatkan pasangan lawan jenis. Hal tersebut dapat mengembangkan rasa malu dalam diri remaja dan dapat berkembang
ke situasi sosial pada umumnya. Salah satu alasan yang paling umum dijumpai adalah seringnya remaja obesitas diejek mengenai bentuk
tubuhnya oleh teman sebayanya. Hal tersebut menyebabkan remaja mengembangkan perilaku menarik diri atau anti sosial. Dalam sebuah
penelitian, ditemukan bahwa individu yang mengalami obesitas menderita prasangka yang buruk dan diskriminasi ketika ingin masuk kuliah, mencari
kerja, atau mencari tempat tinggal Wadden et al, 2002. Penelitian yang
dilakukan oleh Wardle dkk juga menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang obesitas sering menghadapi stigmatisasi dan diskriminasi di
berbagai lingkungan hidupnya dan berpengaruh terhadap perkembangan psychological well-being mereka Wardle et al, 2005. Mustillo, Hendriz,
dan Schafer 2012 juga melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa obesitas dapat memberikan efek terhadap pembentukan konsep diri
seseorang. Banyaknya isu
–isu yang terjadi pada remaja yang mengalami obesitas serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita obesitas
pada usia remaja membuat beberapa peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian. Penelitian terkait dengan obesitas dan kondisi
psikologis sudah banyak dilakukan oleh peneliti lainnya Irei et al., 2005; Braet et al., 1997; Stunkard et al, 2003; Fabricatore et al, 2004; Wadden et
al, 2002; Eisenberg and Aalsma, 2005; Mustillo et al, 2012; Wardle et al, 2005. Pada penelitian ini, peneliti tertarik ingin melihat secara
mendalam bagaimana konsep diri pada remaja yang mengalami obesitas khususnya pada Informan dengan jenis kelamin laki-laki. Beberapa
peneliti di Indonesia telah melakukan penelitian dengan judul serupa sebelumnya,
namun jumlahnya
masih jarang
dan kebanyakan
menggunakan Informan dengan jenis kelamin perempuan Citra et al., 2009; Wulandari et al., 2007. Penelitian selama ini banyak memakai
Informan perempuan karena perempuan dianggap lebih menaruh perhatian
kepada bentuk tubuhnya, sedangkan di era modern ini laki-laki juga mulai memperhatikan bentuk tubuhnya. Dapat kita lihat saat ini banyak
bermunculan tempat kebugaran, salon, bahkan perawatan tubuh khusus laki-laki. Selain itu produk makanan dan minuman yang membantu
pembentukan tubuh laki-laki juga banyak dijual. Tidak ketinggalan, produk fashion serta kecantikan juga banyak yang menyasar segmen laki-
laki. Saat ini laki-laki juga memperhatikan bentuk tubuhnya sama seperti wanita. Oleh karena itu, peneliti ingin memfokuskan penelitian pada
Informan dengan jenis kelamin laki-laki.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah konsep diri pada remaja putra yang mengalami obesitas?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat konsep diri pada remaja putra yang mengalami obesitas dan melihat dinamika pada konsep
dirinya secara mendalam.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam teori psikologi. Dalam ilmu psikologi perkembangan, diharapkan
penelitian ini dapat memberi gambaran tentang perkembangan psikologis pada remaja putra yang memiliki bentuk tubuh yang
kurang ideal. Sedangkan dalam ilmu psikologi kesehatan diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
efek-efek obesitas terhadap perkembangan psikologis seseorang. 2.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dan
arahan untuk para praktisi pendidikan, para pembimbing konseling, serta orang tua untuk dapat lebih memahami remaja putra yang
mengalami obesitas, terutama mengetahui kecenderungan akan perkembangan konsep dirinya dan memberikan pengetahuan agar
bisa membantu remaja yang obesitas dalam mengembangkan konsep diri yang positif sehingga remaja dapat bertumbuh menjadi
orang dewasa yang sukses.
BAB II LANDASAN TEORI
A. KONSEP DIRI
1. Definisi Konsep Diri
Konsep diri dalam artian umum cenderung digunakan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengetahui, menilai, dan merasa
tentang dirinya sendiri. Menyadari dirinya sendiri dapat dikatakan memiliki konsep terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain jika
seseorang mengetahui siapa dirinya dengan baik, dapat dikatakan bahwa ia memiliki konsep diri.
Beberapa ahli mengungkapkan teori mereka tentang definisi serta dimensi konsep diri. Baumeister 1999 menyebutkan bahwa
konsep diri adalah pandangan atau keyakinan seseorang terhadap dirinya, termasuk segala sifatnya, siapa dirinya, dan apa dirinya.
Sementara Carl Rogers Calhoun Acocella, 1990, salah satu pakar psikologi mempercayai bahwa konsep diri terdiri dari tiga elemen
yaitu pandangan orang terhadap dirinya self image, seberapa penilaian orang terhadap dirinya self esteem, dan harapan yang
diharapkan seseorang terhadap dirinya ideal self. Calhoun dan Acocella 1990 mengartikan konsep diri sebagai
gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri
10
sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri. Centi Rola, 2006 juga mengatakan bahwa konsep diri adalah
gagasan tentang diri sendiri yang berisikan mengenai bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu
merasa tentang dirinya sendiri, dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.
Jadi dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seorang individu terhadap dirinya sendiri yang terdiri dari
bagaimana ia mengetahui tentang dirinya sendiri, bagaimana ia menilai dirinya sendiri, serta bagaimana ia memiliki harapan terhadap dirinya
sendiri. Peneliti akan menggunakan teori dari Calhoun dan Acocella sebab peneliti merasa teori tersebut mencakup aspek-aspek konsep diri
serta mudah untuk diaplikasikan ke dalam penelitian
2. Aspek-aspek Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki seorang individu. Menurut Calhoun Acocella 1990, gambaran mental yang
dimiliki oleh individu memiliki tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya, pengharapan yang dimiliki
individu untuk dirinya sendiri serta penilaian mengenai diri sendiri.
a. Pengetahuan individu mengenai dirinya
Pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya adalah hal-hal yang seorang individu ketahui tentang dirinya
sendiri, baik dari segi kualitas seberapa dalam maupun kuantitas seberapa banyak. Pengetahuan ini bisa diperoleh dengan
membandingkan diri dengan kelompok pembanding dan
lingkungan seperti teman sekolah, teman di komunitas, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Pengetahuan yang dimiliki tidak selalu sesuai dengan realitas yang ada, namun dapat juga merupakan gambaran diri yang
individu rasa ia miliki. Misalnya seseorang yang mengalami anorexia akan merasa dirinya gemuk, padahal dalam kenyataan
dirinya sangat kurus. Pengetahuan yang dimiliki individu dapat berupa hal-hal seperti deskripsi fisik, peran sosial, sifat-sifat,
hingga hal-hal yang bersifat sehari-hari seperti hobi, makanan dan minuman favorit, dan sebagainya.
Pengetahuan yang dimiliki individu bisa berubah-ubah seiring perkembangannya dan mendapat pengaruh dari lingkungan
sekitarnya. Semakin banyak dan dalam pengetahuan yang dimiliki individu terhadap dirinya atau semakin seorang individu
mengetahui dirinya, maka konsep dirinya dapat dikatakan positif. Sebaliknya, semakin sedikit dan dangkal pengetahuan yang
dimiliki individu terhadap dirinya, maka konsep dirinya dapat dikatakan negatif.
b. Harapan individu terhadap dirinya
Harapan individu terhadap dirinya adalah apa yang individu inginkan untuk dirinya dimasa yang akan datang dan bagaimana ia
merasa mampu untuk mencapai harapannya tersebut. Harapan dapat berupa keinginan untuk menjadi suatu figur di masa
mendatang misalnya menjadi seorang bapak, menjadi seorang pebisnis yang sukses ataupun menjadikan diri lebih baik lagi
dalam suatu prestasi misalnya saat ini statusnya adalah juara di tingkat daerah lalu ingin menjadi juara lomba di tingkat nasional.
Individu yang memiliki harapan besar dan bersifat baik bagi dirinya serta ia merasa mampu mencapainya dapat dikatakan
memiliki konsep diri yang positif Sedangkan individu yang tidak memiliki harapan atau
kurang memiliki harapan terhadap dirinya atau memiliki harapan namun merasa tidak mampu mencapainya dapat dikatakan
memiliki konsep diri yang negatif.
c. Penilaian individu mengenai dirinya
Penilaian individu mengenai dirinya adalah pengukuran
yang dilakukan individu tentang keadaan dirinya saat ini dengan