Rata- rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Dikatakan obesitas apabila perbandingan yang
normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25- 30 pada wanita dan 18-23 pada pria. Wanita dengan lemak
tubuh lebih dari 30 dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan
20 lebih tinggi dari berat badan yang normal dianggap mengalami obesitas Fathoni, 2009.
WHO mengklasifikasikan IMT menjadi 8 kelompok yang dapat dilihat pada Tabel berikut Supariasa, 2001:
Tabel 1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh IMT
IMT kgm2 Klasifikasi
16.0 Kurang Energi Protein III
16.0 - 16.9 Kurang Energi Protein II
17.0 - 18.5 Kurang Energi Protein I Underweight
18.5 - 24.9 Normal
25.0 - 29.9 Kelebihan berat badan Overweight
30.0 - 34.9 Obesitas I
35.0 - 39.9 Obesitas II
40.0 Obesitas III
Tabel 2. Rumus Menghitung Indeks Massa Tubuh IMT IMT = BBTB
2
Keterangan: IMT: Indeks Massa Tubuh
BB : Berat Badan dalam kg TB : Tinggi Badan dalam meter
2. Penyebab Obesitas
Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mu’tadin
2002 mengatakan obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak atau
kurang olahraga, gangguan emosi, dan faktor lingkungan. Faktor lain yang menyebabkan obesitas adalah akibat trend gaya hidup yang tidak
sehat. Pada jaman modern ini, perkembangan teknologi, infrastruktur, life expectation, serta status ekonomi memiliki dampak yg sangat besar
pada gaya hidup. Manusia modern cenderung dimanjakan oleh fasilitas yang lebih baik yang memudahkan dalam melakukan banyak hal. Hal
tersebut membuat manusia modern cenderung kurang dalam melakukan aktifitas fisik. Wadden dkk 2002 menemukan bahwa
adanya peningkatan jumlah penderita obesitas akibat kondisi
lingkungan yang secara implisit membuat aktivitas fisik berkurang dan secara eksplisit mendorong untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
akan kadar lemak dan gulanya. Wadden dkk juga menemukan bahwa saat ini banyak makanan yang tidak sehat dan memiliki kualitas buruk
serta minuman soda yang ada di sekolah membuat remaja lebih rentan terkena obesitas Wadden et al, 2002.
3. Dampak Obesitas
Obesitas memiliki beberapa dampak, baik secara fisik maupun psikologis. Dampak fisik dari obesitas secara umum terbagi menjadi
dua yaitu dampak secara penampilan dan dampak kepada kesehatan. Dampak pada penampilan yang ditimbulkan oleh obesitas adalah
penampilan dan bentuk tubuh yang kurang ideal. Dampak pada kesehatan adalah peningkatan tingkat kerentanan dalam menderita
penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, jantung, kolestrol, stroke, dan sebagainya.
Sedangkan pada dampak psikologis, subjek cenderung merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya sebab ia merasa
memiliki bentuk tubuh yang berbeda dan kurang disukai yang kemudian akan berpengaruh kepada kondisi psikologisnya. Penelitian
Daniel dalam Dampak Obesitas, Bethesda Stroke Center, 2011 memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
psikopatologi dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk
depresi. Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar. Apabila
lingkungannya menjauhinya, maka remaja akan mengembangkan konsep diri yang negatif karena merasa dirinya kurang disukai oleh
orang lain. Jadi obesitas memberikan dapat memberikan dampak terhadap kondisi psikologis, termasuk dalam proses pembentukan
konsep diri seseorang.
D. Konsep Diri Pada Remaja Putra yang Mengalami Obesitas
Remaja putra yang mengalami obesitas memiliki tugas perkembangan yang sama halnya seperti remaja kebanyakan. Seorang
remaja sedang berada dalam proses untuk mencari identitas dirinya, mencari bagaimana jati dirinya yang akan digunakan untuk beranjak
dewasa. Dalam proses tersebut, remaja mengambil informasi dari lingkungan dimana ia beraktifitas sehari-hari. Proses pertukaran informasi
tersebut dapat membentuk bagaimana identitas diri seorang remaja, yang kemudian akan berpengaruh terhadap bagaimana perkembangan konsep
dirinya. Remaja berada dalam usia dimana ia cenderung memperhatikan
penampilan diri, sebab pada usia ini seorang remaja mulai mengembangkan ketertarikan dan hubungan social dengan lawan jenis.
Penampilan yang dianggap ideal di kalangan masyarakat dan budaya secara umum, termasuk di Indonesia, adalah bentuk tubuh yang cenderung