kompetensinya, tetapi menurun ketika melihat kegagalan seorang rekan. Apabila orang lain tidak setara dengan kita, pemodelan
sosial hanya memberikan efek kecil saja bagi efikasi diri. Misalnya, Keberhasilan seorang pemuda anggota sirkus yang aktif
dan pemberani berjalan di atas tali yang ditonton seorang manula yang penakut hanya sedikit saja member pengaruh bagi efikasi diri
sang manula untuk meniru tindakan tersebut. c. Persuasi Verbal
Persuasi verbal meningkatkan kepercayaan seseorang mengenai hal-hal yang dimilikinya untuk berusaha lebih gigih
untuk mencapai tujuan dan keberhasilan atau kesuksesan. Persuasi verbal mempunyai pengaruh yang kuat pada peningkatan efikasi
diri individu dan menunjukkan perilaku yang digunakan secara efektif. Seseorang mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya
bahwa dirinya dapat mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal berhubungan dengan kondisi yang
tepat bagaimana dan kapan persuasi itu diberikan agar dapat meningkatkan efikasi diri seseorang.
d. Keadaan Fisiologis dan Emosional Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam
dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak
diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan
cenderung dihindari. Penilaian seseorang terhadap efikasi diri dipengaruhi oleh suasana hati. Suasana hati yang positif akan
meningkatkan efikasi diri sedangkan suasana hati yang buruk akan melemahkan efikasi diri. Mengurangi reaksi cemas, takut dan
stress individu akan mengubah kecenderungan emosi negatif dengan salah interpretasi terhadap keadaan fisik dirinya sehingga
akhirnya akan mempengaruhi efikasi diri yang positif terhadap diri seseorang.
3. Proses Pembentukan Efikasi Diri
Bandura 1997: 116, terdapat empat proses psikologis dalam efikasi diri, yaitu:
a. Proses Kognitif Proses kognitif merupakan proses berfikir, didalamya
termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan seseorang bermula dari sesuatu
yang dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan.
Sebaliknya individu yang efikasi dirinya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat
tercapainya kesuksesan. Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuan diri. Semakin seseorang
mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin
membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya.
b. Proses Motivasi Kebanyakan motivasi seseorang dibangkitkan melalui
kognitif. Individu memberi motivasidorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-
pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan
tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kegagalan. Menurut Bandura 1997: 122, terdapat tiga teori yang
menjelaskan tentang proses motivasi. Teori pertama adalah causal attributions
atribusi penyebab. Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu.
Individu yang memiliki efikasi diri tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan
usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya, individu yang efikasi dirinya rendah, cenderung menganggap kegagalanya
diakibatkan karena kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua yaitu, outcomes experience harapan akan hasil, yang menyatakan
bahwa motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang
apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga, goal theory teori tujuan, di mana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat
meningkatkan motivasi. c. Proses Afektif
Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Keyakinan individu akan coping mereka
turut mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi efikasi diri tentang
kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasaan. Individu yang percaya akan
kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang merasa tidak
mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang
lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang
sebenarnya jarang terjadi. d. Proses Seleksi
Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu
cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka
mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak