Tingkat efikasi diri dalam belajar siswa SMK (studi deskriptif pada siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar).

(1)

ABSTRAK

TINGKAT EFIKASI DIRI DALAM BELAJAR SISWA SMK

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar) Resa Kristina

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan mengidentifikasi butir instrumen yang tergolong rendah untuk dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 108 siswa. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tingkat efikasi diri dalam belajar siswa yang terdiri dari 34 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

Hasil penelitan yang diperoleh adalah, (1) Tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi berjumlah 5 siswa (5%), yang termasuk dalam kategori tinggi berjumlah 72 siswa (67%), yang termasuk dalam kategori sedang berjumlah 31 siswa (29%), dan tidak ada seorangpun siswa (0%) yang termasuk dalam kategori rendah maupun sangat rendah. (2) Berdasarkan analisis butir-butir efikasi diri dalam belajar siswa, diperoleh 2 butir item yang masuk dalam kategori rendah yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar yang implikatif untuk meningkatkan efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.


(2)

ABSTRACT

THE LEVEL OF SELF-EFFICACY IN LEARNING OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS

(A Descriptive Study on the Tenth Grade Students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015 and its Implication of both

Personal-Social and Learning Guidance) Resa Kristina

Universitas Sanata Dharma 2015

This research is a descriptive research which aims to find out the description about the level of students self efficacy in learning of the tenth grade students of beauty class in SMKN 4 Yogyakarta academic year 2014/2015. It also aims to identify the low instrument points in order to be considered as the foundation in arranging personal-social and learning guidance topics.

The type of this research is qualitative research. The subjects are the tenth grade students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015 which consists of 108 students. The research uses questionnaires as the research instrument. The questionnaire is formed to find out the level of students self-efficacy in learning. It consists of 34 items which are developed based on the Likert scale arrangement. The data analysis technique used is categorisation. There are 5 categories; very high, high, average, low, and very low.

The result shows that (1) The level of students self-efficacy in learning of the tenth grade students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015 are the followings; 5 students (5%) are considered in very high category, 72 students (67%) are in considered high category, 31 students (29%) are considered in average category, and none of them (0%) is considered in low or very low category, and (2) Based on the analysis of students self-efficacy in learning items, there are 2 items included in low category. This is used as a basis in arranging both personal-social and learning guidance topics to improve students self-efficacy in learning for the tenth grade students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015.


(3)

TINGKAT EFIKASI DIRI DALAM BELAJAR SISWA SMK

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Resa Kristina NIM: 111114049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

TINGKAT EFIKASI DIRI DALAM BELAJAR SISWA SMK

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Resa Kristina NIM: 111114049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!

(2 Tawarikh 15:7)

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”

(Evelyn Underhill)

Just Be’ Your Self

!!

Skripsi ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus Universitas Sanata Dharma Program Studi Bimbingan dan Konseling Orangtuaku Bapak Jumari dan Ibu Sri Sugiyati Kakakku Fransiska Krisna, Adikku Putri Karunia, dan Dendy Setyadi Sahabat-sahabatku serta teman-teman BK angkatan 2011 SMKN 4 Yogyakarta


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2015 Penulis


(9)

vi

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Resa Kristina NIM : 111114049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT EFIKASI DIRI DALAM BELAJAR SISWA SMK

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 25 Agustus 2015 Yang menyatakan


(10)

ABSTRAK

TINGKAT EFIKASI DIRI DALAM BELAJAR SISWA SMK

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar) Resa Kristina

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan mengidentifikasi butir instrumen yang tergolong rendah untuk dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 108 siswa. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tingkat efikasi diri dalam belajar siswa yang terdiri dari 34 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

Hasil penelitan yang diperoleh adalah, (1) Tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi berjumlah 5 siswa (5%), yang termasuk dalam kategori tinggi berjumlah 72 siswa (67%), yang termasuk dalam kategori sedang berjumlah 31 siswa (29%), dan tidak ada seorangpun siswa (0%) yang termasuk dalam kategori rendah maupun sangat rendah. (2) Berdasarkan analisis butir-butir efikasi diri dalam belajar siswa, diperoleh 2 butir item yang masuk dalam kategori rendah yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar yang implikatif untuk meningkatkan efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.


(11)

viii ABSTRACT

THE LEVEL OF SELF-EFFICACY IN LEARNING OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS

(A Descriptive Study on the Tenth Grade Students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015 and its Implication of both

Personal-Social and Learning Guidance) Resa Kristina

Universitas Sanata Dharma 2015

This research is a descriptive research which aims to find out the description about the level of students self efficacy in learning of the tenth grade students of beauty class in SMKN 4 Yogyakarta academic year 2014/2015. It also aims to identify the low instrument points in order to be considered as the foundation in arranging personal-social and learning guidance topics.

The type of this research is qualitative research. The subjects are the tenth grade students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015 which consists of 108 students. The research uses questionnaires as the research instrument. The questionnaire is formed to find out the level of students self-efficacy in learning. It consists of 34 items which are developed based on the Likert scale arrangement. The data analysis technique used is categorisation. There are 5 categories; very high, high, average, low, and very low.

The result shows that (1) The level of students self-efficacy in learning of the tenth grade students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015 are the followings; 5 students (5%) are considered in very high category, 72 students (67%) are in considered high category, 31 students (29%) are considered in average category, and none of them (0%) is considered in low or very low category, and (2) Based on the analysis of students self-efficacy in learning items, there are 2 items included in low category. This is used as a basis in arranging both personal-social and learning guidance topics to improve students self-efficacy in learning for the tenth grade students of Beauty Class in SMKN 4 Yogyakarta Academic Year 2014/2015.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, perlindungan, pertolongan, serta penyertaanNya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sangat tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penilisan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini, sehingga berguna bagi penulis.

4. Bapak Drs. Sentot Hargiardi, M.M., selaku Kepala Sekolah SMKN 4 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.


(13)

x

5. Ibu Prashanti Ashtriyani, S.Pd, selaku guru Bimbingan dan Konseling SMKN 4 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas X Tata Kecantikan.

6. Para siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 atas kesediaannya mengisi kuesioner.

7. Kedua orangtuaku Bapak Jumari dan Ibu Sri Sugiyati yang telah memberikan dukungan, doa, perhatian, kasih sayang, serta biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma. 8. Kakakku Fransiska Krisnaningtyas dan Adikku Putri Karunia

Krishutami yang selalu memberikan perhatian, doa, dan semangat. 9. Dendy Setyadi yang dengan tulus memberikan doa dan semangat. 10.Sahabat dan teman-teman BK 2011 B (Hannita, Fika, Cicil, Tari,

Ating, Nurul, Riska, Reta, Linggar, Frida, Adven, Desta, Metta, Irma, Lilis, Sr. Kiki, Sr. Laura, Sr. Vero, Sulis, Ridam, Andri, Aji, Rino, Bayu, Yosua, Piter, Noel, atas doa, motivasi yang diberikan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

11.Teman-teman satu bimbingan (Ating, Nurul, Grace, Tari, Sr.Kiki, Danty, Sugeng, Kak Sandy, Hikmat, Andri) atas doa dan motivasinya. 12.Sahabat-sahabat alumni SMKN 6 Yogyakarta (Tyas, Indra, Diar, Dina,


(14)

13.Mas Moko, yang telah bersedia membantu penulis dalam mengurus administrasi selama berproses dan belajar di Prodi Bimbingan dan Konseling.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini dangat diperlukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 Agustus 2015


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Definisi Oprasional Variabel ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Efikasi Diri ... 8

1. Pengertian Efikasi Diri ... 8

2. Sumber Efikasi Diri... 10

3. Proses Pembentukan Efikasi Diri ... 13

4. Aspek-aspek Efikasi Diri ... 16


(16)

B. Konsep Belajar ... 18

1. Pengertian Belajar ... 18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 19

3. Peran Efikasi Diri dalam Belajar... 20

C. Konsep Remaja ... 22

1. Pengertian Remaja ... 22

2. Tugas Perkembangan Remaja ... 22

3. Remaja dan Efikasi Dirinya dalam Belajar ... 30

D. Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar/Akademik ... 32

1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 32

2. Bimbingan Belajar ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Validitas ... 41

2. Reliabilitas ... 45

F. Teknik Analisis Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 55

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar ... 60

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Kelemahan ... 63

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi dan Rendah ... 17

Tabel 2. Waktu Penelitian ... 37

Tabel 3. Subjek Peneitian ... 38

Tabel 4. Norma Skoring Inventori Efikasi Diri dalam Belajar Siswa... 39

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 (Sebelum Uji Coba) ... 40

Tabel 6. Rincian Intem yang Valid dan Tidak Valid ... 43

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 (Setelah Uji Coba) ... 44

Tabel 8. Kriteria Guilford ... 45

Tabel 9. Norma Kategorisasi Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa ... 47

Tabel 10. Norma Kategorisasi Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta ... 49

Tabel 11. Norma Kategorisasi Skor Item Instrumen Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta ... 50

Tabel 12. Kategorisasi Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta ... 51

Tabel 13. Kategorisasi Item Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta ... 53

Tabel 14. Item-item Pernyataan yang Tegolong dalam Kategori Rendah ... 55

Tabel 15. Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar yang Relevan untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 ... 61


(18)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan

SMKN 4 Yogyakarta ... 52 Grafik 2. Kategorisasi Item Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X

Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta ... 54


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Kuesioner Efikasi Diri dalam Belajar Siswa ... 68

Lampiran 2. Kuesioner Efikasi Diri dalam Belajar Siswa ... 73

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 79

Lampiran 4. Uji Validitas ... 89

Lampiran 5. Uji Reliabilitas ... 95


(20)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu mengalami perubahan dalam fase-fase perkembangan, salah satunya adalah remaja. Remaja adalah individu yang berada pada masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini remaja dihadapkan pada berbagai perubahan yang terjadi dalam fase perkembangannya.

Menurut Jahja (2011), salah satu perubahan yang terjadi pada masa remaja yaitu munculnya sikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut. Selain itu, masa remaja juga dihadapkan dengan banyak tuntutan dan tekanan. Tuntutan terbesar yang biasanya dihadapi oleh remaja yaitu tuntutan dari masalah akademik atau belajarnya. Masih banyak remaja yang malas-malasan ketika dihadapkan oleh tugas-tugas sekolah, mengeluh ketika guru memberikan tugas, merasa bahwa tugas yang sulit itu tidak bisa dikerjakan. Hal tersebut menandakan bahwa mereka tidak


(21)

yakin akan kemampuan mereka sendiri. Keyakinan akan dirinya sendiri itulah yang disebut dengan efikasi diri.

Efikasi diri merupakan keyakinan tentang apa yang mampu dilakukan oleh seseorang. Bandura (1997), menjelaskan self-efficacy

merupakan kunci untuk meningkatkan perasaan sebagai seorang pelaku dalam diri individu; perasaan bahwa ia dapat memenuhi hidup mereka sendiri. Individu dengan efikasi diri tinggi akan memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah. Efikasi diri juga mempunyai peran penting pada pengaturan motivasi seseorang, mereka yang percaya akan kemampuannya akan memiliki motivasi tinggi dan berusaha untuk sukses.

Terkait dengan belajar, efikasi diri merupakan keyakinan seseorang pada kemampuan dirinya dalam menyelesaikan dan mengatasi tugas-tugas belajarnya. Remaja yang memiliki efikasi diri tinggi dalam belajar akan lebih aktif, berani, serta giat dalam berusaha dan menetapkan tujuan yang ingin mereka capai. Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih memiliki keberanian dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai sehingga mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Namun sebaliknya remaja yang memiliki efikasi diri rendah dalam belajar bisa jadi mereka menghindari tugas dan mudah menyerah ketika dihadapkan dengan tugas yang sulit.

Berkaitan dengan efikasi diri dalam belajar, beberapa remaja/siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta diindikasikan belum memiliki efikasi diri. Tanda-tandanya tampak pada sebagian siswa yang


(22)

mengeluh ketika guru memberikan tugas, mereka mengatakan bahwa tugas itu sulit bagi mereka sebelum mereka mengerjakannya, siswa juga mudah menyerah dan bosan dalam menyelesaikan tugas, beberapa siswa juga terlihat kurang antusias saat mengikuti proses belajar di kelas. Data ini diperoleh peneliti dari wawancara guru Bimbingan dan Konseling (BK). Selain memperoleh data dari guru BK, peneliti juga melakukan pengamatan saat melakukan bimbingan klasikal pada kelas X Tata Kecantikan. Ketika peneliti meminta siswa untuk menuliskan refleksi, beberapa siswa mengeluh tidak bisa menuliskan refleksi dan ada beberapa dari mereka yang lebih memilih untuk diam. Selain itu, mereka juga mengalihkannya dengan bermain HP dan mengobrol dengan temannya.

Kemungkinan hal di atas juga yang mempengaruhi prestasi belajar beberapa siswa kelas X Tata Kecantikan, karena pada saat melakukan wawancara dengan guru BK, beliau juga menyinggung tentang prestasi belajar siswa kelas X Tata Kecantikan. Di kelas tersebut ada beberapa siswa yang memiliki prestasi belajar rendah. Untuk meningkatkan efikasi diri dalam belajar siswa, diperlukan usaha dari masing-masing siswa. Misalnya, siswa aktif di kelas saat pelajaran sekolah, memiliki semangat saat belajar, menyukai dan menikmati semua pelajaran di sekolah. Jika hal tersebut dilakukan oleh siswa, maka siswa tersebut akan memiliki efikasi belajar yang tinggi. Penting bagi siswa untuk memiliki efikasi diri dalam belajar, karena jika ia memiliki hal tersebut maka prestasi belajar siswa juga akan terpengaruh. Siswa yang memiliki efikasi belajar tinggi,


(23)

cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki efikasi diri belajar yang rendah, prestasi belajarnya juga rendah. Selain itu, efikasi diri dalam belajar penting bagi siswa SMK, karena nantinya siswa akan menjadi tenaga yang siap kerja. Jika tidak ditanamkan dari SMK maka saat memasuki dunia kerja nanti akan berpengaruh bagi siswa.

Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa SMK (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)”.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1. Beberapa siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta

teridentifikasi kurang memiliki efikasi diri dalam belajarnya.

2. Beberapa siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta mengeluh ketika diberi tugas oleh guru.

3. Beberapa siswa terlihat kurang antusias saat mengikuti pelajaran proses belajar di kelas.

4. Beberapa siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta memiliki prestasi rendah.


(24)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai seberapa tinggi tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta?

2. Item-item instrumen skala efikasi diri dalam belajar mana saja yang capaian skornya teridentifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi item-item instrumen skala efikasi diri dalam belajar yang capaian skornya teridentifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan belajar.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:


(25)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan mengenai efikasi diri dalam belajar dan mampu mengidentifikasi kegiatan apa yang mampu membuat anak memiliki efikasi diri yang tinggi terkait dengan belajarnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh guru BK untuk melihat seberapa tinggi tingkat efikasi diri siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta terkait dengan belajarnya.

b. Bagi Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta

Siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa tinggi tingkat efikasi diri dalam belajar mereka dan memikirkan kiat-kiat untuk mengembangkannya.

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Efikasi diri dalam belajar adalah keyakinan diri seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam menyelesaikan dan mengatasi tugas-tugas belajarnya. Efikasi diri dalam penelitian ini memiliki aspek-aspek:


(26)

Level (tingkat kesulitan tugas), Strength (kekuatan keyakinan), dan

Generality (generalitas).

2. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.

3. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak, yang bertumbuh dan berkembang secara fisik, emosional, mental, dan sosial.

4. Siswa kelas X Tata Kecantikan SMK

Siswa kelas X Tata Kecantikan SMK adalah mereka yang terdaftar di SMKN 4 Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015 dan mengambil jurusan khusus kecantikan (rambut dan kulit).


(27)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan mengenai teori efikasi diri, teori konsep belajar, teori konsep remaja, teori bimbingan pribadi-sosial, belajar.

A. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Efikasi diri mengacu pada keyakinan-keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya untuk belajar atau melakukan tindakan-tindakan pada level yang ditentukan (Schunk, 2012). Efikasi diri adalah keyakinan tentang apa yang mampu dilakukan oleh seseorang. Dalam mengukur efikasi diri, seseorang menilai keterampilan-keterampilan mereka untuk menerjemahkan keterampilan tersebut ke dalam tindakan-tindakan.

Bandura (Feist dan Feist 2010: 212), mendefinisikan efikasi sebagai “keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura beranggapan bahwa “keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari agen manusia”. Manusia yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian di lingkungannya, akan lebih


(28)

mungkin untuk bertindak dan lebih mungkin untuk menjadi sukses daripada manusia yang mempunyai efikasi diri rendah.

Efikasi diri bukan merupakan ekspetasi dari hasil tindakan kita. Bandura membedakan antara ekspetasi mengenai efikasi diri dan ekspetasi mengenai hasil. Efikasi merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perilaku, sementara ekspetasi hasil merujuk pada prediksi dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. Hasil tidak boleh digabungkan dengan keberhasilan dalam melakukan perilaku tersebut; hasil merujuk pada konsekuensi dari perilaku, bukan penyelesaian melakukan tindakan tersebut.

Sebagai contoh, seorang pelamar kerja harus mempunyai kepercayaan diri bahwa dia dapat memberikan performa yang baik saat melakukan wawancara kerja, mempunyai kemampuan untuk menjawab berbagai kemungkinan pertanyaan, tetap santai dan terkontrol, serta menunjukkan perilaku bersahabat dengan kadar yang tepat. Oleh karena itu, dia mempunyai efikasi diri yang tinggi mengenai wawancara kerja. Akan tetapi, walaupun mempunyai ekspetasi efikasi yang tinggi, ia mungkin mempunyai ekspetasi atas hasil yang rendah. Ekspetasi akan hasil yang rendah dapat terjadi apabila ia yakin bahwa ia hanya memiliki sedikit kemungkinan untuk ditawarkan posisi tersebut. Penilaian ini mungkin terjadi akibat kodisi lingkungan yang tidak menjanjikan, seperti tingginya taraf


(29)

penggangguran, depresi ekonomi, atau lawan yang lebih superior. Selain itu faktor pribadi lainnya, seperti usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan kesehatan fisik dapat memberikan dampak negatif terhadap ekspetasi atas hasil.

2. Sumber Efikasi Diri

Menurut Bandura, (Feist dan Feist 2008: 416-418), efikasi diri pribadi itu didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau kombinasi dari empat sumber, yaitu pengalaman menyelesaikan masalah (mastery experience), pengalaman orang lain (various experience), persuasi verbal, dan keadaan fisiologis dan emosional. a. Pengalaman Menyelesaikan Masalah (Mastery Experience)

Pengalaman menyelesaikan masalah adalah sumber yang paling penting mempengaruhi efikasi diri seseorang. Mastery experience memberikan bukti yang paling akurat dari tindakan apa saja yang diambil untuk meraih suatu keberhasilan atau kesuksesan, dan keberhasilan tersebut dibangun dari kepercayaan yang kuat didalam keyakinan individu. Kegagalan akan menentukan efikasi diri individu terutama bila perasaan keyakinannya belum terbentuk dengan baik. Pernyataan umum ini memiliki enam konsekuensi praktis.

Pertama, performa yang berhasil akan meningkatkan efikasi diri secara proporsional dengan kesulitan dari tugas tersebut. Contohnya, Pemain tenis dengan keterampilan yang


(30)

tinggi akan mengalami peningkatan efikasi diri yang sedikit saat mengalahkan lawan yang jelas-jelas inferior, tetapi pemain tersebut akan lebih mengalami peningkatan efikasi diri dengan menunjukkan performa yang baik menghadapi lawan yang lebih superior. Kedua, tugas yang diselesaikan dengan baik oleh diri sendiri akan lebih efektif daripada yang diselesaikan dengan bantuan orangalain. Dalam olahraga, pencapaian dalam tim tidak akan meningkatkan efikasi diri sebanyak pada pencapaian prestasi secara individual. Ketiga, kegagalan tampaknya lebih banyak menurunkan efikasi diri, terutama jika kita sadar sudah mengupayakan yang terbaik; sebaliknya, kegagalan karena tidak berupaya maksimal tidak begitu menurunkan efikasi diri. Keempat, kegagalan di bawah kondisi emosi yang tinggi atau tingkatan stress tinggi efikasi dirinya tidak selemah daripada kegagalan di bawah kondisi maksimal. Kelima, kegagalan sebelum memperoleh pengalaman tentang penguasaan lebih merusak efikasi dirinya daripada kegagalan sesudah memperolehnya. Keenam, kegagalan pekerjaan memiliki efek yang kecil saja bagi efikasi diri, khususnya bagi mereka yang memiliki ekspetasi kesuksesan tinggi. b. Pengalaman Orang Lain (Various Experience)

Pengalaman orang lain adalah pengalaman pengganti yang disediakan untuk model sosial. Efikasi diri meningkat ketika manusia mengamati pencapaian orang lain yang setara


(31)

kompetensinya, tetapi menurun ketika melihat kegagalan seorang rekan. Apabila orang lain tidak setara dengan kita, pemodelan sosial hanya memberikan efek kecil saja bagi efikasi diri. Misalnya, Keberhasilan seorang pemuda anggota sirkus yang aktif dan pemberani berjalan di atas tali yang ditonton seorang manula yang penakut hanya sedikit saja member pengaruh bagi efikasi diri sang manula untuk meniru tindakan tersebut.

c. Persuasi Verbal

Persuasi verbal meningkatkan kepercayaan seseorang mengenai hal-hal yang dimilikinya untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan keberhasilan atau kesuksesan. Persuasi verbal mempunyai pengaruh yang kuat pada peningkatan efikasi diri individu dan menunjukkan perilaku yang digunakan secara efektif. Seseorang mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa dirinya dapat mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal berhubungan dengan kondisi yang tepat bagaimana dan kapan persuasi itu diberikan agar dapat meningkatkan efikasi diri seseorang.

d. Keadaan Fisiologis dan Emosional

Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan


(32)

cenderung dihindari. Penilaian seseorang terhadap efikasi diri dipengaruhi oleh suasana hati. Suasana hati yang positif akan meningkatkan efikasi diri sedangkan suasana hati yang buruk akan melemahkan efikasi diri. Mengurangi reaksi cemas, takut dan stress individu akan mengubah kecenderungan emosi negatif dengan salah interpretasi terhadap keadaan fisik dirinya sehingga akhirnya akan mempengaruhi efikasi diri yang positif terhadap diri seseorang.

3. Proses Pembentukan Efikasi Diri

Bandura (1997: 116), terdapat empat proses psikologis dalam efikasi diri, yaitu:

a. Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan seseorang bermula dari sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang efikasi dirinya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan. Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuan diri. Semakin seseorang mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin


(33)

membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya.

b. Proses Motivasi

Kebanyakan motivasi seseorang dibangkitkan melalui kognitif. Individu memberi motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kegagalan.

Menurut Bandura (1997: 122), terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang proses motivasi. Teori pertama adalah causal attributions (atribusi penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya, individu yang efikasi dirinya rendah, cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan karena kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua yaitu, outcomes experience (harapan akan hasil), yang menyatakan bahwa motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang


(34)

apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga, goal theory (teori tujuan), di mana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.

c. Proses Afektif

Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Keyakinan individu akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi efikasi diri tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasaan. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi.

d. Proses Seleksi

Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak


(35)

menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka.

4. Aspek-aspek Efikasi Diri

a. Level (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasarkan ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya. b. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu aspek yang berkaitan dengan

kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya. Ada individu yang memiliki keyakinan kuat bahwa mereka akan berhasil walaupun dalam tugas yang berat, sebaliknya ada juga yang memiliki keyakinan rendah apakah dapat melakukan tugas tersebut. Individu dengan efikasi diri rendah akan mudah menyerah apabila mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan, sementara individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuannya akan tekun berusaha menghadapi kesulitan dan rintangan.

c. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan tingkah laku diyakini oleh individu mampu dilaksanakan.


(36)

Keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya bergantung pada pemahaman kemampuan dirinya, baik yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu maupun pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

5. Karaktristik Siswa yang Memiliki Efikasi Diri

Bandura (dalam Widodo, 2007) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki efikasi diri tinggi dan rendah sebagai berikut:

Tabel 1

Ciri-ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi dan Rendah Efikasi Diri Tinggi Efikasi Diri Rendah Mendekati tugas-tugas yang sulit

sebagai tantangan untuk dimenangkan

Menjauhi tugas-tugas yang sulit

Menyusun tujuan-tujuan yang menantang dan memelihara komitmen

Berhenti dengan cepat jika menemui kesulitan

Mempunyai usaha yang tinggi/gigih

Memiliki cita-cita yang rendah dan komitmen buruk untuk tujuan yang dipilihnya

Berpikir strategis Berfokus pada kegagalan Berpikir bahwa kegagalan yang

dialami disebabkan karena usaha yang tidak cukup sehingga diperlukan usaha yang tinggi dalam menghadapi kesulitan Cepat memperbaiki keadaan setelah mengalami kegagalan

Mengurangi usaha karena lambat memperbaiki keadaan dari kegagalan yang dialami Yakin akan berhasil sehingga

dapat mengkontrol stress saat tujuan belum tercapai

(mengurangi stress)

Berfokus pada perasaan tidak mampu sehingga cenderung mudah mengalami stress dan depresi (mudah stress dan depresi)


(37)

B. Konsep Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya baik sengaja maupun tidak sengaja. Menurut Winkle (1997) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap.

Cronbach (Djamarah, 2002: 12) berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar diartikan sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Belajar adalah suatu tahapan perubahan tingkah laku individu yang relalif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2008).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa belajar merupakan sebuah proses panjang yang dilakukan oleh individu yang di didalamnya terdapat perubahan tingkah laku, sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Proses perubahan ini terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan di sekitarnya serta dari pengalaman yang didapatkan melalui proses tersebut.


(38)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Djamarah (2002: 14) terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:

a. Faktor Internal, yaitu yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal terdiri dari:

1) Faktor fisiologis, berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, struktur tubuh, cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, terdiri dari faktor intelektual, berupa intelegensi dan bakat khusus.

3) Faktor non-intelektual, berupa konsep diri, sikap, motivasi, penyesuaian diri, kemandirian, dan lain-lain.

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal terdiri dari:

1) Faktor lingkungan sosial, terdiri dari: keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

2) Faktor lingkungan budaya, terdiri dari: adat istiadat, IPTEK, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, terdiri dari: fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan lain-lain.


(39)

3. Peran Efikasi Diri dalam Belajar

Menurut Bandura (Alwisol, 2009), efikasi diri belajar mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan seorang siswa untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas studi dengan hasil dan waktu yang telah ditentukan. Efikasi diri belajar mengacu pada pertimbangan seberapa besar keyakinan seseorang tentang kemampuannya melakukan sejumlah aktivitas belajar dan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas belajar. Efikasi diri belajar merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas akademik yang didasarkan atas kesadaran diri tentang pentingnya pendidikan, nilai dan harapan hasil yang akan dicapai kegiatan belajar.

Sebelumnya, Bandura telah menyinggung empat sumber dari efikasi diri yaitu; pengalaman menyelesaikan masalah (mastery experience), pengalaman orang lain (various experience), persuasi verbal, dan keadaan fisiologis dan emosional. Riset terbaru Nan Zhang Hampton dan Emanuel Mason (Feist dan Feist 2008: 428), menyatakan bahwa siswa-siswa dengan kemampuan belajar rendah dapat memiliki

self efficacay yang redah terutama karena akses menuju empat sumber kemampuan diri ini. Selain itu, kegagalan berulang-ulang dalam pengalaman penguasaan akademik akan mengarah pada self efficacy

yang rendah pada siswa dengan kemampuan belajar rendah. Di titik ini, siswa terperangkap dalam lingkaran setan upaya yang semakin


(40)

mengendur dan kegagalan yang semakin banyak: persepsi semakin diperkuat oleh pengalaman. Pemodelan sosial para siswa memiliki kemampuan belajar rendah menjadi semakin rendah karena mereka tidak berani menjadikan siswa-siswa pandai sebagai acuan identifikasi dirinya.

Riset-riset mereka terdahulu mengenai korelasi self efficacy

dan kemampuan belajar rendah sudah mengabaikan mekanisme yang paling memungkinkan untuk menjelaskan hubungan kedua faktor ini. Dengan memasukkan gender dan sumber efikasi diri, Hampton dan Mason berharap dapat menjelaskan hubungan yang paling memungkinkan antara pembelajaran dan kemampuan ini. Di titik ini, efikasi diri akan bisa dilihat memberikan pengaruh paling besar bagi peforma akademis.

Untuk mengetes model mereka, Hampton dan Mason (Feist dan Feist 2008: 428) mengumpulkan data hampir 300 siswa SMA, kira-kira separuhnya didiagnosis kemampuan belajar rendah. Hasil menunjukkan bahwa, jika dbandingkan dengan siswa berkemampuan tinggi, para siswa berkemampuan rendah kekurangan pengalaman penguasaan, kekurangan peran model, hanya sedikit mendapat penguatan positif dari orang lain, dan memiliki tingkat kecemasan tinggi. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa, pengaruh tidak langsung kepercayaan terhadap sumber efikasi diri hanya melekat pada status kemampuan belajar rendah, bukannya bias gender. Dengan kata


(41)

lain, kemampuan belajar rendah tidak berasal langsung dari efikasi diri melainkan lebih terkait dengan sumber-sumber efikasi diri yang mempengaruhi performa akademis.

C. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja berasal dari bahasa Latin adolescence yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Jadi dapat dikatakan bahwa remaja adalah individu yang sedang bertumbuh untuk mencapai kematangan baik secara mental, emosional, sosial, dan fisik.

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentan usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini, umumnya remaja sedang duduk di bangku sekolah menengah.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.


(42)

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Huvighurst (Ali, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

1) Hakikat tugas

Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa di antara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain

2) Dasar biologis

Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. Daya tarik seksual menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh kematangan fisik yang telah dicapai.

3) Dasar psikologis

Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagaimana orang dewasa. Adapun dalam kelompok lain jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putrid umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung lebih tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa tahun lebih tua. Kecenderungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan


(43)

membawa penyesuaian sosial yang lebih baik sepanjang kehidupannya.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita 1) Hakikat tugas

Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita.

2) Dasar biologis

Ditinjau dari kekuatan fisik, remaja putri menjadi orang yang lebih lemah dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain meskipun memiliki kelemahan fisik.

3) Dasar psikologis

Peranan pria dan wanita memang berbeda. Remaja putra perlu menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putrid perlu menerima peranan sebagai seorang wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja puti, kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya pada karier, cenderung mengagumi ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri atau ibu yang memerlukan dukungan suami.


(44)

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif 1) Hakikat tugas

Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif.

2) Dasar biologis

Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba bagi si remaja untuk mempelajari sebagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi, pendek, besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun, tubuhnya mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai sekitar usia 18 tahun. 3) Dasar psikologis

Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan bentuk tubuh yang sedang dialaminya sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya manakala dia sudah mulai menstruasi.


(45)

d. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

1) Hakikat tugas

Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa menggantungkan diri padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa menggantungkan diri padanya.

2) Dasar biologis

Kematangan seksual individu. Individu yang tidak memperoleh kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa mengubah ikatan emosional yang meningkat terhadap orang tua.

3) Dasar psikologis

Pada masa ini, remaja mengalami sikap ambivalen terhadap orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia dewasa itu cukup rumit dan asing baginya. Dalam keadaan semacam ini, remaja masih mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya orang tua menginginkan anaknya berkembang menjadi lebih dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah salah satu tempat bertumpu. Di sinilah peranan guru cukup besar


(46)

dalam proses penyapihan psikologis remaja. Kegagalan dalam melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan kegagalan dalam membina hubungan yang bersifat dewasa dengan teman sebaya.

e. Mencapai jaminan kebebasan ekonomi 1) Hakikat tugas

Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri. 2) Dasar biologis

Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanaan tugas ini, meskipun kekuatan dan keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk mencapai tugas ini.

3) Dasar psikologis

Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri. f. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan

1) Hakikat tugas

Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.

2) Dasar biologis

Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan.


(47)

3) Dasar psikologis

Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-citakannya, ke mana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminatinya.

g. Persiapan untuk memasuki kehidupan keluarga 1) Hakikat tugas

Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak.

2) Dasar biologis

Kematangan seksual yang normal menumbuhkan ketertarikan antar jenis kelamin.

3) Dasar psikologis

Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan.


(48)

1) Hakikat tugas

Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.

2) Dasar biologis

Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya insting sosial pada manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan seksual.

3) Dasar psikologis

Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah berlangsung sejak individu dilahirkan. Sejak kecil anak diminta untuk belajar menjaga hubungan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya, dan belajar bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja.

i. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan system etika sebagai pedoman tingkah laku.

1) Hakikat tugas

Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja mengembangkan dan merealisasikan


(49)

nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain. 2) Dasar psikologis

Banyak remaja menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Problem ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis tentang nilai. 3. Remaja dan Efikasi Dirinya dalam Belajar.

Masa remaja memanglah masa yang mudah untuk diselesaikan bagi sebagian orang, namun tidak semua remaja mampu menyeleaikan masa tersebut karena berbagai faktor. Bagi sebagian orang yang mampu menyelesaikan masa tersebut akan terbantu untuk menghadapi dan menyelesaikan masa selanjutnya yang mempunyai dampak positif terhadap keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya (efikasi diri). Namun bagi sebagian lainya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masa tersebut akan mengalami hambatan dan perkembangannya termasuk dalam menjalani masa selanjutnya. Kesulitan ini mempunyai dampak bagi perkembangan diri dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya dalam akademik siswa.

Remaja yang memiliki efikasi diri dalam belajar tinggi akan lebih aktif, berani, serta giat dalam berusaha menetapkan tujuan yang ingin mereka capai. Remaja yang memiliki efikasi dalam belajar tinggi akan lebih memiliki keberanian dalam menetapkan tujuan yang ingin


(50)

dicapai sehingga memiliki prestasi akademik yang tinggi. Namun sebaliknya, remaja yang memiliki efikasi diri dalam belajar rendah mereka lebih sering menghindari tugas dan mudah menyerah ketika dihadapkan dengan tugas yang sulit. Rendahnya efikasi diri dalam belajar mungkin terjadi karena lingkungan sosial yang kurang mendukung; misalnya remaja tersebut tinggal dalam lingkungan yang selalu memandang kekurangan seseorang, merendahkan kemampuan seseorang, lingkungan yang tidak pernah memberikaan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan, serta lingkungan yang tidak pernah member penghargan atau pujian atas prestasi yang diperoleh. Remaja yang tinggal dalam situasi tersebut akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Apabila situasi tersebut dibiarkan begitu saja dan tanpa ada bantuan dari orang lain, tentu akan menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Dampak negatif bagi diri sendiri adalah membentuk pribadi yang minder, pasif, mudah menyerah, kurang proaktif, dan kurang tanggap terhadap lingkungan. Sedangkan dampak negatif bagi orang lain adalah munculnya sikap ketergantungan kepada orang lain yang tentunya menghambat perkembangan orang tersebut.


(51)

D. Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar/Akademik 1. Bimbingan Pribadi-Sosial

a. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.

Menurut Winkle & Sri Hastuti (2012: 118), bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.

b. Tujuan Bimbingan Pribadi-sosial

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya


(52)

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersikap fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat. 7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau

menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahim dengan sesama manusia

10) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.


(53)

2. Bimbingan Belajar

a. Pengertian Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu intuisi pendidikan (Winkel dan Sri Hastuti, 2012: 115). Sebagian besar waktu dan perhatian orang muda tercurahkan pada kepentingan belajar di sekolah. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar akademik berarti sekali bagi orang muda; seandainya dia sendiri tidak mengambil pusing, paling sedikit keluarganya akan merasa prihatin. Prosedur belajar yang salah mengakibatkan, bahwa materi program studi terpilih tidak dikuasai dengan baik, sehingga dalam mengikuti program studi lanjut akan timbul kesulitan.

b. Tujuan Bimbingan Belajar

1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.


(54)

4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.


(55)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas kuesioner, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/stasistik (Sugiyono, 2012: 14). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Tempat dan Waktu Penelitian.

Tempat penelitian di SMKN 4 Yogyakarta, berikut adalah waktu pelaksanaan penelitian:


(56)

Tabel 2 Waktu Penelitian

No Waktu Agenda Keterangan

1 Januari 2015 Observasi di sekolah Terlaksana 2 Februari-April 2015 Pembuatan kuesioner Terlaksana 3 20 Mei 2015 Menyebarkan kuesioner pada siswa

kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran

2014/2015

Terlaksana

4 Mei-Juni 2015 Mengolah data dan menguji validitas

Terlaksana

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 110 dari 4 kelas. Dalam penelitian ini peneliti mengambil semua siswa sebagai subjek penelitian, sehingga penelitian ini penelitan populasi.

Menurut Sugiono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik terterntu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 110 siswa. Metode pengambilan data yang


(57)

digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji terpakai. Berikut adalah tabel jumlah masing-masing kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta:

Tabel 3 Subjek Peneitian

No Kelas Jumlah

1 X Tata Kecantikan 1 (Kecantikan Kulit) 30 2 X Tata Kecantikan 2 (Kecantikan Kulit) 25 3 X Tata Kecantikan 3 (Kecantikan Rambut) 28 4 X Tata Kecantikan 4 (Kecantikan Rambut) 27 Total 110

Pada saat dilakukan penyebaran kuesioner, siswa yang hadir hanya berjumlah 108 orang, sedangkan siswa yang tidak hadir berjumlah 2 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket. Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada prinsip-prinsip skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012: 134).

Pernyataan yang terdapat dalam Inventori Efikasi Diri dalam Belajar ini terdiri dari pernyataan positif atau favourable dan pernyataan negatif atau


(58)

keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Sedangkan pernyataan negatif atau unfavorable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai/tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Kuesioner/Inventori Efikasi Diri dalam Belajar dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang (). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui tingkat Efikasi Diri dalam Belajar pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat Efikasi Diri dalam Belajar. Sebaliknya, semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat Efikasi Diri dalam Belajar.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:

Tabel 4

Norma Skoring Inventori Efikasi Diri dalam Belajar Alternatif Jawaban Skor

Favourable

Skor Unfovourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3


(59)

Kuesioner dikonstruk berdasarkan aspek-aspek Efikasi Diri dalam Belajar Siswa. Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan lebih jauh dalam konstruk instrumen sebagai berikut:

Tabel 5

Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran

2014/2015 (Sebelum Uji Coba)

No Aspek Indikator Item Jumlah

Favorable Unfavorable 1 Level

(tingkat kesulitan tugas) 1.1Remaja/ siswa mengatasi tugas sesulit apapun demi mencapai tujuan yang maksimal.

1, 2, 5, 9, 13, 18

3, 6, 10, 17, 19, 41 12 1.2Remaja/ siswa menerima tugas yang sulit.

4, 28 7, 11, 20 5

Strength (kekuatan keyakinan 2.1Remaja/ siswa memiliki kekuatan keyakinan untuk mencapai suatu tujuan .

8, 12, 21, 22, 24, 25, 30, 31, 35, 36, 38, 42

14, 15, 26, 27, 29, 33, 34


(60)

Generality

(generalitas)

3.1Remaja/ siswa mampu memiliki keyakinan diri dalam banyak situasi atau situasi-situasi tertentu.

16, 23, 32 37, 39, 40 6

Jumlah 23 19 42

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas

Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Menurut Azwar (2005:5) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional judgement (Azwar 2004:45). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Pengujian judgment expert dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu J. Donal Sinaga, M.Pd. memberi penilaian terkait


(61)

dengan kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian, dan rumusan kalimat pernyataan atau item kuesioner.

Untuk menguji validitas instrumen secara empirik dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan rumus korelasi Product-Moment dari pearson. Adapun perhitungan rumus Product-Moment

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Rxy : korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir. N : Jumlah subyek

X : Skor sub total kuesioner Y : Skor total butir-butir kuesioner

XY : hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. perhitungan dengan SPSS menggunakan patokan 0,300. Jika koefisien korelasinya >0.300 maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Sedangkan jika koefisien korelasinya <0,300 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan peneliti, diperoleh 34 item yang dinyatakan valid dan 8 item dinyatakan tidak valid. Jumlah item yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:


(62)

Tabel 6

Rincian Item yang Valid dan Tidak Valid

No Aspek Indikator No. Item

Valid

No. Item Tidak

Valid

1 Level

(tingkat kesulitan tugas)

1.1.Remaja/ siswa mengatasi tugas sesulit apapun demi mencapai tujuan yang maksimal.

1, 2, 3, 6, 10, 13, 18, 19,

41

5, 9, 18 12

1.2.Remaja/ siswa menerima tugas yang sulit.

4, 7, 11, 20,

28 5

2 Strength

(kekuatan keyakinan

2.1Remaja/ siswa memiliki kekuatan keyakinan untuk mencapai suatu tujuan .

8, 12, 15, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 34,

35, 38

14, 33, 36,

42 19

3 Generality

(generalitas)

3.1Remaja/ siswa mampu memiliki keyakinan diri dalam banyak situasi atau situasi-situasi tertentu.

16, 23, 37,

39, 40 32 6

Jumlah 34 8 42

Setelah perhitungan validitas secara empirik kisi-kisi instrument final tampak seperti tabel berikut:


(63)

Tabel 7

Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran

2014/2015 (Setelah Uji Coba)

No Aspek Indikator Item-item

Favorable Unfavorable 1 Level (tingkat

kesulitan tugas) Remaja/ siswa mengatasi tugas sesulit apapun demi mencapai tujuan yang maksimal.

1,2,11 3,6,8,14,15,34 9

Remaja/ siswa menerima tugas yang sulit.

4,24 6,9,16 5

2 Strength

(kekuatan keyakinan) Remaja/ siswa memiliki kekuatan keyakinan untuk mencapai suatu tujuan .

7,10,17,18,20 ,21,26,27,29,

31

12,22,23,25,28 15

3 Generality

(generalitas) Remaja/ siswa mampu memiliki keyakinan diri dalam banyak situasi atau situasi-situasi tertentu

13,19 30,32,33 5


(64)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176).

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun

rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

S 2 2 S + 2 S

x i x

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209).

Tabel 8 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah


(65)

Hasil uji pada siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta dengan subjek 108 siswa, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas

AlphaCronbach (α) sebesar 0,839. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil

perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrument masuk dalam kriteria tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Menentukan skor dan pengolahan data

Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable

atau unfavorable, selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.


(66)

2. Menentukan Kategori

Pengkategorian tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009:107). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai sangat tinggi.

Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009:108) yang mengelompokan tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta ke dalam lima kategori: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 9

Norma Kategorisasi Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa

Norma/ Kriteria Skor Kategori

µ- 1,5 σ Sangat Rendah µ- 1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ Rendah µ- 0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ Sedang µ+0,5 σ < X ≤ µ +1,5 σ Tinggi


(67)

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian berdasarkan perhitungan skala Standar deviasi (σ/ sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam

6 satuan deviasi sebaran.

µ (mean teoretik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum.

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat efikasi dalam belajar siswa kelas X Tata kecantikan SMKN 4 Yogyakarta dengan jumlah item 34, diperoleh unsur perhitungan skor capaian subjek sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 34 = 136 Skor minimum teoritik : 1 x 34 = 34

Luas Jarak : 136 – 34 = 102 Standar deviasi (σ/ sd) : 102 : 6 = 17 µ (mean teoretik) : (136+34) : 2 = 85

Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta sebagai berikut:


(68)

Tabel 10

Norma Kategorisasi Tingkat Efikasi Diri dalam Belajar Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta

Norma/ Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

Xµ- 1,5σ 59,5 Sangat Rendah µ- 1,5σ < X ≤ µ- 0,5 σ 59,5 – 76,5 Rendah µ- 0,5σ < X ≤ µ+0,5 σ 76,5 – 93,5 Sedang µ+0,5σ < X ≤ µ+1,5 σ 93,5 – 110,5 Tinggi µ+1,5 σ < X ≥ 110,5 Sangat Tinggi

Berdasarkan norma kategori pada table diatas, ditetapkan pengelompokan tinggi rendah skor butir efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata Kecantikan SMKN 4 Yogyakarta dengan jumlah subjek 108, diperoleh unsure perhitungan skor item sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 108 = 432 Skor minimum teoritik : 1 x 108 = 108 Luas jarak : 432 – 108 = 324 Standar deviasi (σ/ sd) : 324 : 6 = 54 µ (mean teoretik) : (432+108) : 2 = 270

Hasil perhitungan analisis data skor item efikasi diri dalam belajar siswa kelas X Tata kecantikan SMKN 4 Yogyakarta disajikan dalam norma kategorisasi sebagai berikut:


(1)

96

Reliabilitas Tingkat Efikasi Diri Siswa dalam Belajar

Sebelum Analisis Item

Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 108 100.0

Excludeda 0 .0

Total 108 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.839 42


(2)

97

Reliabilitas Tingkat Efikasi Diri Siswa dalam Belajar

Setelah Analisis Item

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 108 100.0

Excludeda 0 .0

Total 108 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.858 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

98

LAMPIRAN 6

Surat Penelitian


(4)

UilIVERSITAS SAf{ATA

DHARMA

FAKULTAS KEGURUAN DAH

TLMU

PENDIDIKAN

Mrican

Tromol

Pos 29, Yogyakarta 55002

Telp (0274) 513301, 515352, Fax. (0274) 562383 TELEGRAM; SADHAR YOGYA

Rek Giro: CllrlB Niaga No. 87.01.00272.00.5 dan 0B'l-01.24169.00.7 [,iaff|iriNo.137.N.M21493.4

No

Hal

: 0E/Pen/BruJlPflf/2015

: ljin Penelitian

Kepada

Yth. Walikota Yogyakarta

Cq. Ka. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta diYogyakarta

Dengan hormat,

Dengan ini kami memohonkan iiin bagimahasiswa kami,

Nama

No Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

Perguruan Tinggi

Lokasi

Judul Skripsi

Untuk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan skripsinya, dengan ketentuan bahwa waktu penelitian disesuaikan dengan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah,

:

Resa Kristina

:

111114049

:

Bimbingan dan Konseling

:

llmu Pendidikan

:

Keguruan dan llmu Pendidikan

:

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

:

SMKN 4 Yogyakarta

:

TINGKAT

EFIMSI DlRl

DALAM

BELAJAR

SISWA

SMK

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas

X

SMKN

4

Yogyakarta Tahun Ajaran 2U412A15

dan

lmplikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)

Atas perhatian dan ijin yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 13 Mei2015

Dekan,

Tembusan :

1..

Dekan FKIP

2.

Mahasiswa Ybs

3.

Arsip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

DINAS

PERIZINAN

Jl. Kenari No. 56 Yogyakarta 55165 Telepon s14/,4a,5'1586s, 515865, s.l5866, s62682 Fax (0274) 555241

E-MAIL : perizinan@ogjakota.go.id

HorllNE

sMS : 08122762s000

Hor

LtNE EMATL : upik@oqjakota.go.id

WEBSITE : wrarw. perizinan.josiakota. qo. id

SURAT

IZIN

NOMOR:

07011873

151a/y

Dari

Dekan FKIP - USD Yogyakarta

Nomor

: O29/PerriBKlJlPNl20lS Membaca Surat

l\/engingat

Diijinkan Kepada

No. Mhs/

NIM

:

Alamat

:

Penanggungjawab :

l(eperluan

:

Lokasi/Responden Waktu

Lampiran

Dengan Ketentuan

Tanda Tangan Pemegang lzin

\/l

/uN

t"

RESA KRISTINA

Temtusan Kepada:

Yth

l.Walikota Yogyakarta (sebagai laporan) 2.Ka. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta 3.Kepala SMK l,legeri 4'Yogyakarta 4.Dekan FKIP - USD Yogyakarta

5.Ybs.

1.

Peraturan Gubernur Daerah istimewa Yogyakarta

Nomor:18

Tahun 2009 tentang

Pedoman Pelayanan Perizinan,

Rekomendasi Pelaksanaan

Survei,

Penelitian,

Pendataan, Pengembangan, Pengkajian

dan Studi

Lapangan

di

Daerah lstimewa Yogyakarta.

2.

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pernbentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah;

3.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor

29

Tahun 2007 tentang

Pemberian lzin Penelitian,

Praktek

Kerja

Lapangan

dan

Kuliah Kerja

Nyata

di

wilayah

Kota

Yogyakarta;

4.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 85 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas Dinas Perizinan Kota Yogyakarta;

5.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nonror

20

tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Perizinan pada Pemerintah Kota Yogyakarta;

Nama

:

RESA KRISTINA

Tanggal

:

13 Mei 2015

111114049

Mahasiswa FKIP - USD Yogyakarta Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta Juster Donal Sinaga, M.Pd.

Melakukan Penelitian dengan judul Proposal : TTNGKAT EFtKAS| DtRt

DALAM BELAJAR SISWA SMK (Studi Deskriptif pada Siswa Ketas X

SMKN 4 Yogyakarta Tahun Ajaran 201412015 dan lmplikasinya Terhadap Usulan Topiktopik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)

Drs. HARDONO NtP. I 95804101 985031 01 3

Kota Yogyakarta

'18 Mei 20'15 s/d 'lB Agustus 2015

Proposal dan Daftar Pertanyaan

1.

Wajib Memberikan Laporan hasil Penelitian berupa CD kepada Walikota Yogyakarta (Cq. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta)

2

Wajib Menjaga Tata tertib dan menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku setempat

3.

lzin ini tidak disalahgunakan untuk tuiuan tertentu yang dapat mengganggu kesetabilan pemerintahan dan hanya dipe:'lukan untuk keperluan ilmiah

4.

surat izin ini sewaktu-waktu dapat dibatalkan apabila tidak dipenuhinya ketentuan-ketentu an tersebut d iatas

Kernudian diharap para Pejabat Pemerintahan setempat dapat memberikan bantuan

seperlunya

...:t'' ., .


(6)

UHIVERSITAS

SAI{ATA

DHARTIA

FAKULTIIS

KEGURUAN

DAl{ ILUU PEI{DIDII(AN

Mrican

Tromol

Pos 29, Yogyakarta 55002

Te$ (A274) 513301, 515352, Fax, (0274i 562383 TELEGRAM: SADHAR YOGYA

Rek Gim: CltrlB Nirya t\b.287.01.00272.00.5dan ffi1-01.24169ln.7 iffitiNo.1X7.W.MZ14$3.4

No

Hal

:08/Pen/BWJlPN12015

: ljin Penelitian

Kepada

Yth. Kepala SMKN 4

Yogyakarta

Dengan hormat,

Dengan ini kami memohonkan ijin bagi mahasiswa kami,

Nama

No Mahasiswa Program Studi Jurusan Fakultas

Perguruan Tinggi

:

Resa Kristina

:

11111$49

:

Bimbingan dan Konseling

:

llmu Pendidikan

:

Keguruan dan llmu Pendidikan

:

Universitas Sanata Dharma Yogyakartq

Untuk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan skripsinya, dengan ketentuan bahwa waktu penelitian disesuaikan dengan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah,

JudulSkripsi

:

TINGMT

EFIKASI

DlRl

DALAM

BEI-AJAR

SISWA SMK

(Studi

Deskriptif

Pada

Siswa Kelas

X

SMKN

4

Yogyakarta Tahun Alaran 7U412A15

dan

lmplikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial dan Belajar)

Atas perhatian dan ijin yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, B Mei2015

Tembusan :

1.

Dekan FKIP

2.

Mahasiswa Ybs

3.

Arsip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI