86
4.1.1.3 Refleksi
Siklus I yang terdiri dari dua pertemuan telah dilaksanakan oleh peneliti. Berdasarkan hasil dari pelaksanaan pembelajaran siklus I yang meliputi
pertemuan 1 dan pertemuan 2, penerapan metode pembelajaran field trip pada materi Tari Pendek Bertema sub pokok bahasan Tari Perorangan belum mencapai
indikator keberhasilan. Terdapat beberapa kekurangan pada perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran, sehingga membutuhkan perbaikan pada siklus II.
Kekurangan itu antara lain muncul pada performansi guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
4.1.1.3.1 Performansi Guru
Performansi guru masih belum maksimal, ditunjukkan dengan nilai akhir dari APKG I dan APKG II pada pertemuan 1 siklus I yaitu, 78,28 sedangkan nilai
akhir dari APKG I dan APKG II pada pertemuan 2 siklus I yaitu 82,57 pada pertemuan kedua. Meskipun terjadi peningkatan pada pertemuan 2, tetapi hasil
tersebut masih belum maksimal. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran,
guru masih mengalami kesulitan dalam tahap-tahap pembelajaran filed trip. Sesuai dengan karakteristik siswa SD yang senang bermain, guru masih merasa
kesulitan dalam memberi bimbingan dan pengarahan ketika siswa melakukan kegiatan filed trip. Pergantian dari pembelajaran klasikal ke pembelajaran
kelompok belum terorganisir dengan baik. Guru mengalami hambatan dalam menempatkan siswa menurut kelompoknya. Sebagian siswa menolak
berkelompok dengan siswa lain, sehingga pembelajaran sempat terhambat. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran masih tersendat-sendat, karena
87 keadaan guru yang grogi. Demikian pula dengan pengelolaan waktu. Guru belum
dapat mengefisienkan waktu yang tersedia. Di samping faktor guru, penyebab rendahnya nilai APKG dapat pula disebabkan oleh faktor observer. Misalnya,
sebelum mengamati pembelajaran yang dilaksanakan, observer tidak membaca deskriptor APKG terlebih dahulu secara keseluruhan. Hal ini dapat berakibat nilai
yang diberikan observer kurang sesuai dengan pembelajaran sesungguhnya. 4.1.1.3.2
Aktivitas Belajar Siswa Dalam indikator keberhasilan, aktivitas belajar siswa dinyatakan berhasil jika
sekurang-kurangnya 75 siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sementara perolehan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I hanya mencapai
71,93 dengan kriteria tinggi. Dengan demikian, hasil aktivitas belajar siswa selama siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Belum tercapainya indikator keberhasilan pada aktivitas belajar siswa siklus I, dikarenakan siswa belum terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran yang
dilaksanakan guru. Hal ini masih kurang dari kriteria yang ditetapkan yaitu aktivitas belajar siswa minimal 75. Adapun aspek-aspek dalam aktivitas siswa
belum mencapai indikator keberhasilan, antara lain: 1 Keaktifan siswa dalam bertanya 61,89, hanya beberapa siswa yang bertanya dengan mengangkat tangan
terlebih dahulu dan bertanya sesuai dengan materi yang disampaikan. Tetapi ada sebagian siswa yang masih pasif dalam bertanya. 2 Keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru 65,86, hanya beberapa siswa aktif menjawab, sebagian besar siswa menjawab pertanyaan setelah ditunjuk oleh guru. 3
Ketekunan siswa melaksanakan tugas dari guru 66,46, beberapa siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan ramai. 4 Kemampuan siswa
88 menyimpulkan materi pembelajaran 64,46, karena hanya beberapa siswa yang
dapat menyimpulkan materi pembelajaran yang telah diajarkan selama pembelajaran.
4.1.1.3.3 Hasil Belajar Siswa
Hasil pembelajaran pada siklus I dapat diketahui dari perolehan tes performansi. Perolehan tes performansi yang mengukur hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 75,40, sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM 75 sebanyak 18 siswa atau 69,23, dan siswa yang belum
memenuhi KKM yaitu 8 siswa dengan presentase 30,77. Namun, dengan 18 siswa yang tuntas, persentase ketuntasan belajar klasikalnya hanya 69,23 ,
sehingga persentase ketuntasan minimal 75 belum tercapai. Persentase ketuntasan belajar klasikal yang belum tercapai disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu siswa yang menganggap materi ini sulit terlebih dahulu, sehingga membuat siswa kehilangan semangat belajar. Kemudian, kurangnya antusiasme siswa
ketika guru menyampaikan materi. Beberapa siswa tidak berkonsentrasi pada pelajaran dan sibuk berbicara dengan teman sebangkunya, sehingga kegiatan
pembelajaran menjadi gaduh. Pada aspek kreativitas gerak, siswa masih kurang kreatif dalam memperagakan gerak yang bersumber dari kegiatan manusia sehari-
hari. Pada aspek penghayatan, masih banyak siswa yang kurag menghayati ketika memperagakan tari. Pada aspek kelincahan masih banyak siswa yang kurang
lincah dalam memperagakan gerak tari. Beberapa faktor yang disebutkan di atas menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Dengan demikian, pada siklus I
masih banyak siswa yang belum mencapai KKM dan belum mencapai ketuntasan belajar klasikal.
89
4.1.1.4 Revisi