- Personalitas Variabel terikat:
Pemilihan karier mahasiswa
pandangan
2.7 Kerangka Berpikir
Setiap mahasiswa mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain. Karakteristik yang berbeda ini akan membentuk suatu pemikiran yang berbeda
dalam mempersepsikan suatu hal. Akan tetapi tidak semua mahasiswa mempunyai persepsi yang berbeda, adapula yang memiliki persamaan persepsi ketika
memandang sesuatu seperti halnya saat mempersepsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karier. Terdapat berbagai macam faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik yang dapat diketahui dari penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan faktor-faktor dari penelitiannya Rahayu 2003:821 yang meliputi penghargaan finansial atau gaji, pelatihan profesional, pengakuan
profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan nilai intrinsik pekerjaan.
Gaji merupakan daya tarik utama seseorang untuk bekerja. Setiap orang yang melakukan suatu pekerjaan akan mengharapkan imbalan atas semua yang
telah dikerjakannya. Gaji dianggap sebagai alat ukur untuk menilai perimbangan atas jasa dari seorang pekerja dengan imbalan yang nantinya diperoleh dari
perusahaan Ivancevich, et al., 2007:228.
Akuntan publik yang merupakan salah satu profesi akuntansi dipandang sebagai profesi yang mempunyai prospek yang cerah. Kebanyakan orang
termasuk mahasiswa menganggap bahwa orang yang bekerja sebagai akuntan publik akan memperoleh gaji yang lebih besar daripada pengorbanannya
Felton,1994 dalam Rasmini, 2007:354. Gaji seorang akuntan publik lebih besar karena mereka bisa menetapkan gajinya sendiri, dibandingkan dengan non
akuntan publik yang gajinya sudah ditentukan oleh perusahaan atau lembaga dimana mereka bekerja. Akan tetapi, seseorang yang bekerja sebagai akuntan
publik menerima gaji awal yang tidak setinggi gaji awal non akuntan publik. Pelatihan profesional meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan
peningkatan keahlian. Mahasiswa yang memilih berkarier sebagai akuntan, terutama akuntan publik membutuhkan pelatihan profesional agar mereka bisa
bekerja secara profesional ketika memasuki dunia kerja. Rahayu 2003:826 menyatakan bahwa pelatihan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karier
mahasiswa karena pelatihan dianggap sebagai sarana peningkatan keahlian yang efektif bagi mahasiswa yang ingin berkarier sebagai akuntan publik.
Akuntan publik diwajibkan untuk mencari pengalaman kerja dibawah pengawasan akuntan senior yang berpengalaman karena untuk menjadi seorang
akuntan publik diperlukan skiil dan keahlian yang tinggi Mulyadi, 2002:25. Sedangkan mahasiswa yang memilih karier menjadi non akuntan publik dianggap
tidak terlalu memerlukan pelatihan sebelum memulai kerja, karena tanpa mengikuti pelatihan terlebih dahulu mereka sudah bisa melakukan pekerjaannya.
Pengakuan profesional berhubungan dengan hal-hal mengenai pengakuan prestasi. Menurut Ivancevich, et al 2007:230 pengakuan atas prestasi diharapkan
oleh seorang pekerja karena prestasi yang telah dicapai dengan susah payah sudah selayaknya untuk diakui. Rasmini 2007:352 tidak menggunakan faktor
pengakuan profesional karena beranggapan bahwa seorang mahasiswa apabila berkarier sebagai akuntan publik maupun non akuntan publik, sama-sama
membutuhkan pengakuan dari masyarakat terhadap prestasi yang diraih. Berbeda dengan Rahayu 2003:827 dan Setiyani 2005:56 yang menyatakan bahwa
profesi akuntan publik lebih banyak mendapatkan pengakuan profesional jika dibandingkan dengan profesi non akuntan publik. Dengan kata lain, akuntan
publik akan lebih banyak diakui oleh masyarakat atas prestasi yang telah dicapai. Nilai sosial menunjukkan nilai seseorang di mata orang-orang lingkungan
sekitar. Seorang akuntan publik lebih mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, lebih berkesempatan untuk menyediakan jasa sosial dan lebih
prestisius dibandingkan profesi non akuntan publik Stolle, 1976 dalam Setiyani, 2005:26. Sedangkan, menurut Rahayu 2003:823 nilai sosial tidak
mempengaruhi pemilihan karier karena nilai sosial semua profesi akuntansi dianggap sama. Namun, baru-baru ini penelitian Widyasari 2010:62
menunjukkan bahwa akuntan pemerintah dipandang mempunyai nilai sosial paling tinggi diantara profesi non akuntan publik yang lain karena akuntan
pemerintah mendapatkan waktu khusus di luar pekerjaan untuk melakukan kegiatan sosial.
Lingkungan kerja meliputi sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan dalam pekerjaan. Mahasiswa beranggapan bahwa diantara
profesi akuntansi yang ada, non akuntan publik yang akan menghadapi pekerjaan yang sifatnya rutin dan dapat diselesaikan di belakang meja, sedangkan akuntan
publik akan menghadapi banyak tekanan dan tingkat kompetisi yang tinggi Setiyani, 2005:27. Sementara itu, Rahayu 2003:828 mengungkapkan bahwa
diantara profesi non akuntan publik, akuntan perusahaan menjalani pekerjaan lebih rutin dibanding profesi non akuntan publik yang lain. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa profesi yang akan menghadapi pekerjaan yang paling rutin adalah akuntan perusahaan, dan yang menghadapi banyak tekanan dan
tantangan adalah akuntan publik walaupun pekerjaanya tidak rutin tetapi memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.
Pertimbangan pasar kerja berhubungan dengan tersedianya lapangan pekerjaan dan keamanan kerja Dessler, 1994:260. Tersedianya lapangan kerja
menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan karier karena apabila pekerjaan yang akan dimasuki hanya memiliki peluang yang terbatas
maka kemungkinan besar tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut. Di sisi lain, keamanan kerja juga dipertimbangkan dengan alasan apabila suatu pekerjaan
posisinya rawan PHK seperti seorang buruh yang bekerja pada perusahaan yang terindikasi mengalami kebangkrutan.
Mahasiswa yang memilih karier sebagai akuntan publik menganggap bahwa pekerjaannya kurang aman, dibanding dengan akuntan perusahaan yang
memiliki keamanan kerja yang lebih baik Rahayu, 2003:829 dan Setiyani,
2005:74. Berkarier sebagai akuntan publik dianggap kurang aman karena ketika seorang akuntan publik dalam bekerja mengecewakan klien maka kemungkinan
akan tersingkir dari Kantor Akuntan Publik tempatnya bekerja. Disisi lain, profesi non akuntan publik dianggap memiliki keamanan kerja yang tinggi karena tidak
rentan terkena PHK. Nilai intrinsik pekerjaan berkaitan dengan hal-hal kepuasan yang
dirasakan seorang individu yang bekerja, yang meliputi tantangan intelektual, suasana kerja yang dinamis, dituntut kreativitas, dan pemberian kebebasan dalam
penyelesaian tugas Gibson, et. al., 1997:148. Mahasiswa yang memilih berkarier sebagai akuntan publik akan menghadapi tantangan intelektual yang tinggi,
dituntut mempunyai kreativitas yang tinggi dan diberikan kebebasan dalam menyelesaikan tugas Setiyani, 2005:71. Sedangkan mahasiswa yang memilih
berkarier sebagai non akuntan publik akan menghadapi pekerjaan dengan tantangan yang tidak begitu berat dan bisa cepat menyelesaikan pekerjaannya.
Hubungan antara faktor gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan nilai intrinsik
pekerjaan dengan pemilihan karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik dalam kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini :
Pemilihan Karier
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir 2.8
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor
gaji atau penghargaan finansial. H2 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih
karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor pelatihan profesional.
H3 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor
pengakuan profesional.
Gaji Pelatihan
profesional
Pengakuan profesional
Berbeda Akuntan
Publik Analisis
Non Akuntan Publik
Nilai sosial Tidak
berbeda Lingkungan
kerja
Pertimbangan pasar kerja
Nilai intrinsik pekerjaan
H4 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor
nilai-nilai sosial. H5 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih
karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor lingkungan kerja.
H6 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor
pertimbangan pasar kerja. H7 : Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi yang memilih
karier sebagai akuntan publik dan non akuntan publik ditinjau dari faktor nilai intrinsik pekerjaan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei terhadap mahasiswa akuntansi S1 pada perguruan tinggi negeri dan swasta di kota Semarang. Subjek
penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi S1, semester 8 delapan dan lokasi penelitiannya pada perguruan tinggi negeri dan swasta di kota Semarang.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akuntansi angkatan 2007 semester delapan dari lima perguruan tinggi yang ada di
Semarang yaitu Universitas Negeri Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Katolik Soegijapranata dan
Universitas Dian Nuswantoro yang berjumlah 519 mahasiswa.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dari jumlah keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai subjek penelitian, pengambilan sampel
dilakukan secara merata ke setiap kelas sehingga semua responden mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel penelitian Hadi, 1979:303.
45