Pengujian lentur cantilever cantilever bending beam test

73 menunjukkan kerusakan yang besar, terutama pada bilah bambu bagian dalam dengan kondisi patah atau putusnya serabut tidak beraturan.

4.2.2 Pengujian lentur cantilever cantilever bending beam test

Pengujian lentur cantilever Gambar 45 dan Lampiran 5 menunjukkan garis-garis dalam grafik dengan pola yang hampir sama. Sama dengan uji lentur sederhana, grafik diawali dengan kondisi linier hingga titik batas elastis, kemudian berlanjut ke titik maksimum dan titik rusak hingga ke bentuk yang tidak Pangkal tepi atas Pangkal tepi bawah Gambar 43. Kerusakan pada spesimen pangkal bambu setelah diuji. Ujung tepi atas Ujung tepi bawah b h Ujung slip Tengah tepi bawah Tengah tepi atas Tengah slip Gambar 44. Kerusakan pada hasil uji lentur sederhana untuk beberapa spesimen bagian tengah dan ujung bambu. 74 berpola. Semakin tebal spesimen, kondisi linier semakin panjang dan arahnya semakin vertikal. Gambar 46 menunjukkan tahap pengujian lentur cantilever. Hasil uji lentur cantilever menunjukkan kerusakan yang berbeda pada bagian pangkal, tengah dan ujung Gambar 47, 48 dan 49. Demikian pula untuk posisi kulit luar di atas dan di bawah, serta tebal:lebar bambu pada masing-masing bagian batang Gambar 45. Kurva hubungan Load-Deflection pada uji lentur cantilever. Load - Deflection relationship Pangkal 0.00 5.00 10.00 15.00 5 10 15 20 Deflection mm Loa g k gf PCTA 1:1 PCTB 1:1 PCTA 1:½ PCTB 1:½ Daerah elastis Load - Deflection relationship Tengah 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5 10 15 20 Deflection mm Loa d k gf TCTA 1:1 TCTB 1:1 TCTA 1:½ TCTB 1:½ Daerah elastis Load-deflection relationship Ujung 0.00 0.50 1.00 1.50 5 10 15 20 Deflection mm Lo a d k g f UCTA 1:1 UCTB 1:1 UCTA 1:½ UCTB 1:½ Daerah elastis 75 bambu. Secara umum kerusakan spesimen terjadi pada bagian bilah yang dekat dengan tanggem, di sekitar 1-2 cm dari ujung tanggem. Kerusakan pada bagian pangkal yang terlihat jelas berbeda adalah pada bilah berkulit luar di atas dan di bawah. Spesimen dengan posisi kulit luar di atas menunjukkan kerusakan serabut yang mulur karena terikut gaya tekan terhadap bilah bambu sehingga menjadi bengkok. Kerusakan pada bilah bambu dengan kulit luar di bawah adalah putusnya sebagian atau seluruh serabut di permukaan Gambar 46. Tahap pengujian lentur cantilever. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 25 24 23 22 21 20 76 kulit bagian dalam. Kerusakan spesimen bagian pangkal bambu seperti tampak dalam Gambar 47. Kerusakan hasil uji lentur untuk bambu bagian tengah relatif sama, umumnya mengalami patah dan putusnya serabut. Kerusakan pada spesimen dengan kulit luar di atas mengalami pembengkokan akibat tekanan yang diberikan, jarang ada serabut yang putus. Kebalikannya terjadi pada spesimen dengan kulit luar di bawah, umum terjadi serabut dari sebagian lapisan kulit putus sehingga terbuka. Lebih jelas mengenai kondisi hasil uji ini dapat dilihat dalam Gambar 48. Kerusakan yang terjadi pada spesimen bagian ujung bambu lebih beragam. Kondisi slip, bengkok permanen, patah dan serabut putus dari sebagian permukaan bilah terjadi pada hasil uji pada bilah bambu dengan posisi kulit luar di atas dan di bawah, serta lebar spesimen yang berbeda. Kondisi kerusakan spesimen ujung bambu seperti tampak dalam Gambar 49. Gambar 47. Kerusakan spesimen pangkal bambu pada hasil uji lentur cantilever. Pangkal tepi atas 1:1 Pangkal tepi atas 1: ½ Pangkal tepi bawah 1:1 Pangkal tepi bawah 1: ½ 77

4.2.3 Pengujian tekan