130 Namun hal ini belum dapat diberlakukan secara umum, karena sejauh ini belum
ditemui data pembandingnya, sehingga ada baiknya dilakukan beberapa uji lagi sehingga lebih akurat.
5.3.2 Aplikasi dalam konstruksi alat penangkapan ikan
Pada kondisi aktual, kelenturan bilah bambu pada posisi horizontal bukan hanya disebabkan oleh adanya beban dari arah atas ke bawah, namun juga
sebaliknya pada proses pengangkatan dari bawah ke atas. Kelenturan juga dapat terjadi pada arah tegak lurus dengan posisi bilah vertikal.
Berdasarkan hasil uji yang diperoleh, maka dapat diatur pemakaian bilah bambu dalam konstruksi alat penangkapan ikan secara optimal sebagai berikut.
Pada alat penangkapan ikan yang memerlukan kekakuan bahan bambu, maka disarankan menggunakan bagian ujung dengan catatan beban yang akan
diletakkan di atasnya ditata tidak di satu tempat melainkan di beberapa titik, sehingga dengan ketahanan lentur sebesar 359 kg per cm
2
per titik dapat memangku beban lebih banyak. Jika seluruh bidang hanya menggunakan bilah
dari satu bagian bambu – misalnya ujung – maka bagian batang bambu lainnya – pangkal dan tengah – akan tidak terpakai. Hal ini merupakan pemborosan.
Gambar 80. Anatomi bilah bambu.
Kulit bambu bagian
dalam
Kulit bambu bagian luar Buluh bambu
· ··
·· ··
·· ·
··· ···· ·
·· ··
Potongan melintang serabut
• • •
•• • •
• • •
• • ••
• •
• • •
• • •
• •
• • •
• • •
• •
• • •
• • •
• •
• • •
• • • •
• • •
• •
• • •
• •
• • •
• •
• •••
• •
• •
• • •
• •
• • •
• •
• •
• • •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
• •
131
Kondisi ini dapat diterapkan pada bidang datar atau dinding bawah dan dinding atas bubu, pada pelataran bagan atau sero atau alat tangkap sejenis.
Batang bambu yang paling lentur dapat ditempatkan khusus pada bagian alat penangkapan ikan yang memang menghendaki keadaan yang demikian. Jika
seluruh bagian alat tangkap menggunakan hanya bagian pangkal atau bagian batang bambu yang paling lentur Gambar 81, maka akan terjadi pelendutan.
Sementara bagian batang bambu yang lain – tengah dan ujung – akan terbuang. Pelendutan ini semakin lama dapat mempengaruhi struktur konstruksi alat
tangkap di bagian yang lain, misalnya pada sambungan dengan bagian yang lain di posisi tepi. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan tidak optimalnya konstruksi
alat tangkap yang dibangun.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu, sifat lendut dan kaku bilah
bambu ini dapat dikombinasikan dalam satu luasan konstruksi horizontal. Misalkan untuk badan bubu secara horizontal atau dinding bagian atas dan
bagian bawah, bagian dasar rumah bagan, bagian dasar rumah jermal, sebaiknya digunakan bilah bambu campuran, ditata dengan baik dan seimbang antara bilah
bambu yang berasal dari bagian pangkal, tengah dan ujung. Jika hanya bagian terlentur yang digunakan maka bila terjadi pelendutan dapat membuat perubahan
konstruksi pada daerah sambungan atau menjadi tidak nyaman jika bagian dasar rumah bagan dan jermal diduduki. Dengan kombinasi pangkal, tengah dan ujung
berselang-seling, maka sebelum bagian terlentur melendut karena beban, pada Gambar 81. Ilustrasi pelendutan pada bagian konstruksi alat tangkap.
Kumpulan bilah bagian batang bambu
Bagian bambu melendut karena ada beban
= Arah pembebanan
132 posisi yang sejajar maka telah tertahankan oleh bagian batang yang kaku. Hal ini
dapat mengurangi pemborosan dalam pemanfaatan batang bambu, dalam arti semua batang bambu akan terpakai. Kekuatan beban yang dapat ditahan dapat
diambil dari nilai kekuatan yang terkecil, yaitu 216 kgcm² atau untuk kondisi di dalam air sebesar 144 kgcm² untuk satu titik beban.
Hasil uji ini juga dapat diterapkan dalam bingkai anco atau lever net Gambar 82. Bilah yang disarankan untuk digunakan adalah dari bagian pangkal
dengan posisi kulit luar di atas dan tebal:lebar 1:1 untuk bingkai atas sebagai tempat mengikatkan tali anco, karena memiliki kelenturan yang lebih tinggi
dibandingkan bagian lain. Sementara untuk bingkai bawah sebagai tempat merangkap jaring disarankan menggunakan bagian pangkal dengan posisi kulit
luar di bawah dan tebal:lebar 1:1.
5.4
Pengujian Lentur Cantilever
5.4.1 Hasil uji
Berdasarkan hasil perhitungan modulus elastisitas, bagian batang bambu lebih kaku pada ukuran tebal:lebar 1:½ dibandingkan dengan ukuran yang lebih
lebar. Berdasarkan hasil perhitungan tegangan lentur, bagian batang bambu, posisi kulit luar dan lebar spesimen secara bersamaan memberikan reaksi yang berbeda.
Misalkan pada posisi kulit luar di atas dan tebal:lebar 1:1 serta posisi kulit luar di bawah dan tebal:lebar 1:½ tegangan bambu dengan salah satu ujung tetap
menurun dari arah pangkal ke ujung bambu. Sebaliknya terjadi pada posisi kulit luar di atas dan tebal:lebar 1:½, dari pangkal ke arah ujung batang bambu semakin
Anco Tepi atas
Tepi bawah
Gambar 82. Ilustrasi penggunaan batang bambu pada alat tangkap anco.
133
kuat, sedangkan pada posisi kulit luar di bawah dan tebal:lebar 1:1 tidak berpola seperti ketiganya. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan standar deviasi
dari hasil uji terhadap spesimen bambu sebagai ulangan. Berdasarkan hasil perhitungan tegangan lentur referensi dalam uji ini, maka bilah bambu bisa
menahan beban lebih besar dengan penempatan beban yang tidak di satu titik dibandingkan dengan pembebanan satu titik di bagian ujung yang bebas seperti
yang dilakukan dalam uji ini. Jika dibandingkan dengan patokan Yap 1983 100 kgcm², maka seluruh
spesimen uji lentur menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari patokan tersebut, khususnya pada kondisi yang terlindung. Untuk kondisi di dalam air, beberapa
spesimen menunjukkan angka yang lebih kecil dari patokan. Beberapa spesimen dengan posisi kulit luar bambu berada di atas lebih tinggi kekuatannya.
5.4.2 Aplikasi dalam konstruksi alat penangkapan ikan