Novelty Kebaruan Gambaran Umum Bambu

7 dan kekuatan tekan. Masing-masing nilai kekuatan tersebut ditentukan oleh nilai modulus patahnya. Nilai dari sifat mekanis bambu bergantung pada bagian batang bambu yang dimanfaatkan, umur bambu saat ditebang, kondisi pemakaian dan faktor lainnya. Sifat mekanis bambu pada satu jenis alat penangkapan ikan dapat mempengaruhi jumlah beban yang ditanggungnya, dalam hal ini adalah berat ikan hasil tangkapan yang diperoleh saat dioperasikan. Hukum Hooke menyatakan bahwa regangan berbanding lurus dengan tegangan. Bahan yang mengikuti Hukum Hooke adalah bahan yang linear-elastis atau yang mengikuti Hukum Hooke, disebut sebagai Hookean. Hooke menerapkannya pada material besi dan baja. Secara matematis Hukum Hooke dinyatakan sebagai persamaan F = -k.x, dengan x adalah perubahan panjang akhir dari bahan dalam meter, F adalah gaya yang bekerja pada material dalam Newton, dan k adalah konstanta pegas dalam Nm. Selanjutnya Hukum Hooke diterapkan oleh Thomas Young untuk beragam bahan, namun Young tidak menerapkannya pada bambu Symon 1971; Ivanovska et al. 2004; Askeland dan Phul ē 2006. Bagan alir kerangka pemikiran untuk kegiatan penelitian ini digambarkan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

1.7 Novelty Kebaruan

Kebaruan novelty dari disertasi ini adalah hasil penelitian yang menyatakan bahwa Hukum Hooke yang berlaku untuk bahan logam baja terbukti berlaku pula untuk material. Dalam rentang elastisitas terbatas bahan bambu mengikuti Hukum Hooke. Bambu merupakan bahan yang bersifat elastis. Menurut Hooke, elastisitas merupakan rasio antara tegangan dan regangan. Analisis terhadap data percobaan uji mekanis bahan bambu telah menghasilkan formulasi kekuatan bambu yang dapat menghasilkan data dengan tingkat kesesuaian yang tinggi terhadap data yang dihitung secara teoritis berdasarkan atau dengan mengikuti Hukum Hooke. Kesesuaian nilai-nilai hasil uji laboratorium dengan hasil perhitungan teoritis ditunjukkan secara tegas dengan berimpitnya kurva baik pada hubungan antara tekanan stress dan kemuluran strain pada uji tarik dan uji tekan, maupun kurva 8 hubungan antara tekanan stress dan defleksi pada uji cantilever dan simple beam. Gambar 2. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian. Bahan yang sesuai untuk alat penangkapan ikan bersifat elastis Sifat mekanis Kekuatan tekan Bambu sebagai bagian dari konstruksi alat penangkapan ikan Terbukti bahwa sifat elastis bambu mengikuti Hukum Hooke Kekuatan tarik Kekuatan lentur Hasil uji laboratorium Kurva hubungan stress – strain Membandingkan hasil uji laboratorium dan hasil perhitungan secara teoritis Uji sifat mekanis laboratory experimental Melakukan uji laboratorium dan perhitungan teoritis berdasarkan Hukum Hooke Perhitungan teoritis berdasar Hukum Hooke Hasil Perhitungan teoritis berdasar Hukum Hooke Adakah kesesuaian nilai uji laboratorium dan nilai hitungan teoritis ? ya tidak 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Bambu

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di desa, bambu memegang peranan yang sangat penting. Bambu merupakan satu jenis tanaman yang berfungsi serbaguna Sastrapradja et al. 1977. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia bambu memegang peranan yang sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan antara lain : batangnya kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan, serta mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serba guna bagi masyarakat pedesaan Batubara 2002. Sejumlah jenis bambu terdapat di Indonesia, namun jumlah yang pasti belum diketahui. Berdasarkan hasil penelitian Widjaja 2001 diketahui ada 14 jenis bambu di Kepulauan Sunda Kecil, 64 jenis bambu di Sumatera Widjaja 1994, serta kira-kira 30 jenis ada di Pulau Jawa Sastrapradja et al. 1977. Di luar negeri diketahui ada 41 jenis di Thailand Dransfield 1994, ada 45 jenis di Malaysia Mohmod dan Liese 1995 dan ada 22 jenis di Bangladesh Alam 1994. Bambu memiliki sifat adaptasi yang tinggi dan mampu tumbuh di daerah datar, lembah, perbukitan dan dataran tinggi. Bambu mampu tumbuh pada hampir setiap jenis tanah, kecuali di daerah gurun, rawa dan tanah dengan kadar alkali tinggi. Sebagian besar bambu tumbuh baik di daerah yang relatif basah, bersuhu tinggi dan mempunyai lapisan humus yang tebal Arinana 1997. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan ruasnya, di samping tunas-tunas rumpunnya Batubara 2002. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi bambu di antaranya suhu, presipitasi, kesuburan dan jenis tanah dengan kesarangan yang baik Arinana 1997. 10 Batang-batang bambu berbentuk pipa yang pada jarak-jarak tertentu dibubuhi buku-buku dengan dinding-dinding antar atau sekat-sekat Yap 1983. Beberapa kegunaan bambu diantaranya untuk bahan bangunan, sebagai pelindung lingkungan, alat penangkapan ikan, furniture, alat-alat musik, rakit atau perahu yang sederhana, peralatan dapur, bahan baku kertas, sumpit, kerajinan tangan dan tanaman hias Arinana 1997 ; Sastrapradja et al. 1977 ; Othman et al. 1995 ; dan Widjaja 2001. Pemanfaatan bambu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, 80 untuk bahan bangunan dan 20 sisanya digunakan untuk keperluan yang lain. Untuk kriteria pilihannya, bambu dapat dikelompokkan menjadi empat katagori target penggunaannya William et al. 1995, yaitu : 1 Penggunaan struktural, meliputi konstruksi, furniture dan bambu lapis ply bamboo ; 2 Atap, dinding dan kerajinan tangan ; 3 Bubur bambu pulp, kertas dan rayon ; 4 Tunas bambu dapat dimakan. Berbagai jenis bambu telah direkomendasikan untuk masing-masing pilihan. Bambu merupakan salah satu bahan berlignoselulosa yang menghasilkan selulosa per ha 2-6 kali lebih besar daripada pinus. Peningkatan biomassa per bambu per hari mencapai 0-30 . Bambu dapat dipanen dalam waktu empat tahun, lebih singkat dibandingkan 8-20 tahun untuk jenis pohon kayu yang cepat tumbuh. Kadarisman dan Silitonga 1976 diacu dalam Fitriasari dan Hermiati 2008 mengemukakan bahwa pada saat pemanenan bambu, sulit dipisahkan antara bambu tua dan bambu muda, kalaupun dapat dipisahkan biayanya relatif mahal. Bambu di atas umur 1 tahun – bambu dewasa – memberikan hasil seragam dan kekuatan fisik yang optimal. Bambu mempunyai panjang serat sekitar 3-4 mm Fitriasari dan Hermiati 2008. Berdasarkan hasil penelitian tentang kegunaan bambu, diperoleh data bahwa jenis bambu yang paling banyak dicari adalah bambu betung Dendrocalamus asper, lalu bambu ater Gigantochloa atter. Beberapa jenis bambu yang telah dimanfaatkan dalam kegiatan penangkapan ikan Sastrapradja et al. 1977 dan Othman et al. 1995 di antaranya adalah bambu betung Dendrocalamus asper, bambu kuning Bambusa vulgaris, bambu pagar 11 Bambusa glaucescens, bambu tali Gigantochloa apus, bambu perling Schizostachyum zollingeri, bambu talang Schizostachyum brachycladum, bambu toi Schizostachyum lima, bambu tamiang Schizostachyum blumei dan loleba Bambusa atra. Menurut Batubara 2002 dan Frick 2004, ada empat macam bambu yang dianggap paling penting dan sering digunakan oleh masyarakat Indonesia, serta umum dipasarkan di Indonesia, yaitu bambu tali atau bambu apus Gigantochloa apus, bambu petung Dendrocalamus asper, bambu duri atau bambu ori Bambusa blumeana dan bambu wulung atau bambu hitam Gigantochloa verticillata. Penggunaan bambu betung Dendrocalamus asper di antaranya adalah untuk bahan bangunan, dinding rumah, tempat mengambil air, pipa menyuling air aren, tempat makan atau tempat beras dan sebagai bahan membuat keranjang Sastrapradja et al. 1977; Sonjaya 2008. Selain itu, rebung dari jenis bambu ini adalah rebung yang terbaik dengan rasanya yang manis dibuat untuk sayuran Sonjaya 2008. Dalam kegiatan budidaya bambu betung dengan jarak tanam 8 x 4 meter atau sebanyak 312 rumpun per hektar, pemanenan rebung dapat dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun, sedangkan puncak produksi terjadi pada umur 5-6 tahun. Pemanenan rebung dapat dilakukan satu minggu setelah rebung muncul ke permukaan. Produktivitas tahunan rebung dapat menghasilkan 10-11 ton rebung per ha dan untuk 400 rumpun per hektar dapat mencapai 20 ton rebung Sonjaya 2008. Hasil budidaya bambu kuning Bambusa vulgaris Schrad ex. Wendl. mulai dapat dipanen setelah tanaman berumur tiga tahun dengan puncak produksi mulai umur 6-8 tahun. Rebung dapat dipanen satu minggu setelah keluar dari permukaan Sonjaya 2008. Rebung dari bambu ini digunakan untuk sayur dan campuran obat penyakit kuning. Bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias. Buluh bambu sangat baik digunakan sebagai bahan baku pembuat kertas, untuk industri mebel, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan, alat penangkap ikan dan alat-alat pertanian Sastrapradja et al. 1977 ; Othman dan Mohmod 1995 ; Sonjaya 2008. Bambu pagar Bambusa glaucescens Willd. Sieb. ex Munro dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat perkakas rumah tangga, tongkat, bahan 12 pembuat kertas dan alat memancing. Kadang-kadang rebung bambu pagar juga digunakan untuk sayur Sastrapradja et al. 1977. Bambu perling Schizostachyum zollingeri Steud. banyak digunakan sebagai bahan alat pemancing, tirai, keranjang untuk tempat ikan, tempat masak dan kerajinan tangan. Rebung bambu perling untuk dimakan, sedangkan buluhnya sebagai tempat masak nasi lemang Sastrapradja et al. 1977 ; Othman dan Mohmod 1995. Bambu talang Schizostachyum brachycladum Kurz lebih banyak digunakan untuk bahan atap, dinding dan lantai rumah, terutama di Tana Toraja. Selain itu, bambu talang juga digunakan sebagai bahan pembuat rakit, tempat air, kerajinan tangan seperti ukiran dan anyaman, serta dimanfaatkan sebagai tanaman hias Sastrapradja et al. 1977. Buluh bambu toi Schizostachyum lima Blanco Merr. dimanfaatkan untuk suling dan tempat gula. Bambu toi juga dipakai untuk pembuatan busur dan anak panah yang diruncingkan Sastrapradja et al. 1977. Kebanyakan buluh bambu tamiang Schizostachyum blumei Nees digunakan untuk membuat suling, alat memancing ikan, kerajinan tangan dan permainan anak-anak. Ada juga yang menggunakan sebagai perlengkapan alat penenun. Rebung bambu dapat dimakan, namun agak pahit, sehingga kurang disukai Sastrapradja et al. 1977. Loleba Bambusa atra Lind. banyak dipakai untuk membuat dinding rumah di daerah Maluku. Bambu ini dapat menghasilkan bahan yang dapat dianyam untuk alat penangkapan ikan Sastrapradja et al. 1977. 2.2 Sifat Anatomis Bambu adalah suatu rumput yang berukuran besar dengan batang-batang yang berkayu Yap 1983. Buluh bambu dibagi menjadi beberapa bagian kecil oleh jaringan lateral, yaitu bagian buku bambu node dan ruas bambu internode. Bagian-bagian bambu selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 3. Menurut Yap 1983, jaringan bambu terbangun dari sel-sel parenkim dan gugus-gugus vascular yang kaya akan buluh-buluh. Gugus-gugus ini terdiri atas buluh-buluh, serat-serat berdinding tebal dan pipa-pipa ayakan. Pergerakan air 13 terjadi melalui buluh-buluh, sedangkan serat-serat memberikan kekuatan bambu. Bahan-bahan makanan ditimbun dalam sel-sel parenkim yang mengisi kira-kira 70 daripada jaringan. Gugus-gugus vascular tidak terbagi rata dalam batang, lebih dekat ke bagian luar lebih kecil. Di bagian dalam, gugus-gugus itu lebih besar dan berjarak lebih jauh. Struktur bambu tidak memiliki jari-jari dan unsur sel radial lain dalam bagian ruas. Bagian terluar batang terdiri atas satu lapisan sel epidermis dan bagian dalam terdiri atas beberapa lapisan sel sklerenkim. Bambu dianggap dewasa bila telah mencapai umur tiga tahun atau lebih Yap 1983. Orang sering mengalami kesulitan dalam mengenal jenis bambu, karena kemiripan ciri-ciri morfologi yang ada. Bagi pakar taksonomi, perbungaan merupakan bagian terpenting untuk membedakan jenis bambu, namun karena bambu jarang berbunga, maka cara lain mengidentifikasi bambu adalah Gambar 3. Bagian-bagian dari bambu Othman dan Mohmod 1995. 14 menggunakan ciri morfologinya. Ciri morfologi bambu tersebut, misalnya rebung, pelepah buluh dan sistem percabangan-nya Widjaja 2001. Ciri morfologi bambu dan istilah yang biasa digunakan dalam identifikasi Widjaja 2001 adalah 1 Akar rimpang Akar rimpang ada di bawah tanah dan membentuk sistem percabangan yang khas. Ada dua macam akar rimpang Gambar 4, yaitu pakimorf yang dicirikan oleh akar rimpang yang simpodial dan leptomorf yang dicirikan oleh akar rimpang yang monopodial ; 2 Rebung Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Setiap bambu mempunyai ciri khas warna pada ujung rebung dan bulu-bulu pada pelepahnya ; 3 Buluh Buluh berkembang dari rebung, tumbuh sangat cepat dan mencapai tinggi maksimum dalam beberapa minggu. Buluh dibedakan berdasarkan ukuran ruas panjang atau pendek, diameter, bentuk tumbuh tegak atau merambat, keadaan buku-buku pada bagian pangkal buluh halus atau kasar, keadaan permukaan ruas buluh muda gundul atau lebat ; 4 Pelepah buluh Pelepah buluh merupakan modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan ligula. Pelepah buluh berfungsi untuk menutupi buluh ketika muda ; Pakimorf - Simpodial Leptomorf - Monopodial Gambar 4. Akar rimpang Widjaja 2001. 15 5 Percabangan Percabangan umumnya terdapat di atas buku-buku ; 6 Helai daun dan pelepah daun Helai daun bambu mempunyai daun yang sejajar seperti rumput dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang pendek atau bisa panjang. Kuping pelepah bisa berukuran besar, kecil atau tidak tampak. Kuping pelepah daun mempunyai bulu kejur yang panjang atau gundul Gambar 5.

2.3 Sifat Fisik