Alat Penangkapan Ikan dari Bambu

23

2.6 Alat Penangkapan Ikan dari Bambu

Alat penangkapan ikan muncul dalam masyarakat primitif dengan bentuk misalnya tombak, panah, lembing, harpun dan pancing yang terbuat dari batu, kulit kerang, tulang dan gigi binatang. Penangkapan ikan secara pasif di perairan dangkal dilakukan menggunakan penghadang dan perangkap. Penghadang umumnya terbuat dari tanah, batu, ranting, kerei rotan dan terowongan. Perangkap ikan dibuat dari batang kayu yang berlubang, tanah liat dan keranjang. Penangkapan ikan yang lebih aktif dilakukan menggunakan lembing, sumpit, penjepit, alat penggaruk dan pancing Fridman 1988. Alat penangkapan ikan dari bahan bambu umumnya tergolong sederhana dan telah lama diusahakan secara tradisional oleh nelayan di Indonesia. Subani dan Barus 1989 dan Diniah 2008 menggambarkan beberapa jenis alat penangkapan ikan dari bahan bambu, diantaranya : 1 Perangkap dan penghadang Gambar 7 Kelompok perangkap dari bahan bambu didominasi oleh berbagai bentuk dan tipe bubu, seperti bubu buton, bubu ternate, lukah, bubu liger, bubu silinder, bubu udang, bubu apung, pataka, bubu rompong, pakaja dan tadah. Sementara kelompok penghadang yang dibuat dari bahan bambu adalah jermal dan sero ; Pakaja Bubu apung Subani dan Barus 1989 Sero DKP 2005 Bubu keong macan DKP 2005 Jermal Gambar 7. Beberapa jenis perangkap dan penghadang. 24 2 Jaring angkat Gambar 8 Sebagian besar jaring angkat terbuat dari bambu, seperti berbagai jenis bagan seperti bagan rakitperahu dan bagan tancap, anco dan rakkang ; 3 Pancing Kelompok pancing yang bagian alatnya terbuat dari bambu terutama adalah pancing gandar, gandarnya itu yang umum terbuat dari bambu ; 4 Busur dan panah dari kelompok lain-lain. Sejumlah perangkap dari bambu telah digunakan di beberapa perairan danau dan sungai di willayah Sumatera. Sementara di wilayah Papua konstruksi alat tangkap dari bambu lebih banyak tergolong kelompok alat tangkap lain-lain. Konstruksi alat tangkap tersebut tergolong sederhana dan dioperasikan secara tradisional oleh nelayan di sekitarnya. Beberapa alat tangkap dari bambu tersebut antara lain : 1 Umbing atau kecubang Abidin 2006 Umbing atau kecubang Gambar 9 merupakan alat penangkap sidat tradisional yang digunakan nelayan di Danau Tes Bengkulu. Umbing terbuat dari anyaman bilah bambu. Di bagian dalam badan umbing dipasang umpan 2004 Jaring bandrong 2008 Bagan tancap Bagan rakit 2008 Bagan perahu 2004 Gambar 8. Kelompok alat tangkap jaring angkat. 25 hidup menggunakan pengait, seperti udang, kepiting atau ikan. Umbing dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dipakai sebagai tempat bersarang atau tempat tinggal oleh sasaran tangkap – sidat. Jika lokasi pemasangan umbing adalah bebatuan, maka umbing pun ditutup dengan bebatuan. Jika diantara pohon tumbang, umbing ditutup dengan ranting-ranting kayu sedemikian rupa sehingga hanya pintu masuk saja yang dibiarkan terbuka. Jika dipasang ditempat terbuka, umbing dipasang melawan arus dengan memasang tonggak atau pancang kayu agar umbing tidak hanyut. 2 AncoTangkul Subani dan Barus 1989, Sukandi 2009 dan Abidin 2009 Tangkul Gambar 10 merupakan alat tangkap sejenis anco lift net yang berukuran besar, banyak dioperasikan oleh nelayan Jambi di Danau Teluk yang diairi dari Sungai Batanghari. Tangkai dan rangka tangkul dibuat dari bahan bambu. Kerangka cabang dengan tangkai diikatkan dengan tali pada ujung tangkai bambu, sehingga tangkai atau gagang bambu dapat berputar ke segala arah ketika tangkul diangkat. Tangkul berbentuk bujursangkar, ada yang berukuran besar 5x5 meter dan dioperasikan secara pasif, serta mini 1x1 meter yang dioperasikan secara aktif. Tangkul dioperasikan di tempat yang tidak terlalu dalam dan sedikit arus, tidak menggunakan umpan. Kadang-kadang menggunakan alat bantu penangkapan bernama rebo, yaitu dedaunan atau potongan pohon berdaun rindang. Jarak antara dua tangkul kira-kira 50 meter, dioperasikan pada waktu siang atau malam hari dan diangkat setiap dua jam sekali. 3 Kalawai Astuti dan Warsa 2007 Kalawai Gambar 11 adalah alat penangkapan ikan berupa tombak sepanjang tiga meter dengan 3-10 mata tombak sepanjang 15-30 cm. Gambar 9. Umbing. Abidin 2006. 26 Gagang tombak umumnya dari bambu. Kalawai digunakan dengan cara menombak atau menusukkan kalawai ke sasaran tangkap. Penangkapan ikan menggunakan kalawai disebut lowe. Pengoperasian kalawai pada malam hari dibantu dengan pencahayaan petromak atau lampu gas. 4 Sumpit Astuti dan Warsa 2007 Sumpit Gambar 12 merupakan alat tangkap menyerupai tombak dengan tiga mata tombak sepanjang 14 – 15½ cm, umumnya dari logam besi. Pada bagian pangkal sumpit terdapat karet sebagai alat bantu untuk melempar sumpit. Sumpit dioperasikan dengan cara menyelam mendekati ikan agar berada dalam jarak jangkau tembak sumpit. Penggunaan sumpit dilengkapi dengan kacamata renang yang disebut molo. Pengoperasian sumpit pada malam hari menggunakan alat bantu pencahayaan seperti senter. 5 Jubi Astuti dan Warsa 2007 Jubi merupakan alat penangkapan ikan berbentuk mirip kalawai, tetapi dengan mata tombak hanya satu buah. Penggunaan jubi dilengkapi dengan kacamata renang yang disebut molo. Ada dua macam jubi, yaitu a jubi Gambar 11. Kalawai. Astuti dan Warsa 2007. Gambar 10. AncoTangkul. Subani dan Barus 1989 Anco Anco tetap 27 tradisional, dengan ciri bagian ujung besi lancip dan bagian pangkal sebagai pegangan berupa buluh bambu, sekali menombak hanya mendapatkan satu ekor ikan; b jubi modern, dengan ciri seluruh bagian alat tangkap terbuat dari besi dengan ujung runcing, sekali menombak dapat untuk menangkap lima ekor ikan. 6 Sengkirai Bilah Burnawi 2008 Sengkirai bilah Gambar 13 adalah alat tangkap tradisional yang telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Musi. Bahan utama sengkirai adalah bilah bambu yang dianyam dengan tali plastik atau rotan, pada bagian depan berbentuk persegi dan bagian belakang berbentuk oval. Di bagian depan dipasang injab, bersifat menjebak traps dan statis Akrimi 1999 diacu dalam Burnawi 2008. Alat bantu penangkapan yang digunakan adalah satang atau stick. Satang adalah bambu tempat mengikatkan sengkirai bilah sepanjang 2,5 meter dan berdiameter 1-2 cm. Satang berfungsi sebagai alat bantu agar sengkirai bilah tidak timbul ke permukaan air, bergerak ke kiri dan ke kanan, dengan kata lain agar menetap di posisi pemasangannya. 7 Siringan Bahri 2008 Siringan Gambar 14 merupakan alat penangkapan ikan dari bambu dengan jarak celah 1 cm, rangka dari kayu bulat dan dipasang di bagian tengah badan sungai dengan bagian muka menghadap arus air. Alat tangkap ini banyak dioperasikan di Sungai Musi bagian hulu di Desa Terusan Lama Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Lahat. Siringan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian depan disebut penetak atau sapa untuk menyatukan arus Gambar 12. Sumpit. Astuti dan Warsa 2007. 28 air dan bagian yang kedua adalah badan alat tangkap untuk tempat ikan yang tersaring. Bagian badan siringan membentuk kerucut, bagian muka ada di dasar sungai semakin ke ujung semakin naik sehingga ketinggian mencapai 2-3 m dari permukaan air. Aktivitas alat tangkap siringan akan berfungsi dengan baik, jika arus air deras. 8 Pengilar Saiyani 2008 Alat tangkap pengilar Gambar 15 dari bahan bambu berbentuk persegi. Pengoperasian pengilar menggunakan umpan kelapa dan digunakan untuk menangkap udang galah Macrobrachium rosenbergii di Sungai Musi.. Konstruksi rangka dari bahan bambu. Beberapa bilah bambu yang telah dijalin diikatkan pada rangka alat. Pengilar dioperasikan di tepi perairan dan direndam di dasar perairan dengan menancapkan stick atau galah. Gambar 14. Siringan. Bahri 2008. Gambar 13. Sengkirai bilah. Burnawi 2008. Pintu masuk 29 9 Dudayaho Sukamto 2008 Alat tangkap dudayaho push net sering ditemukan di Danau Limboto Gorontalo. Alat tangkap ini menyerupai seser, berbentuk segitiga, mempunyai ukuran yang besar. Rangkanya terbuat dari bahan bambu sepanjang tiga meter. 10 Badong Romdon 2009 Badong Gambar 16 merupakan alat penangkap kepiting bakau sejenis bubu dengan bahan dasar bambu yang dianyam. Badong dilengkapi dengan dua pintu masuk kepiting pada sisi kanan dan kiri, serta sebuah kunci pengait di bagian atas. Pada umumnya badong yang terbuat dari bambu berbentuk silinder dengan panjang 50 cm dan diameter pintu 20 cm. Dioperasikan dengan cara meletakkan alat tangkap ini di dasar perairan dan diberi umpan ikan kecil. Di Portugis perangkap ini digunakan untuk menangkap spiny lobster von Brandt 2005. Menurut Subani dan Barus 1989, dinamakan ”pancing gandar” karena jenis pancing ini menggunakan gandar, joran atau tangkai atau rod atau pole. Bagian joran ini umumnya terbuat dari bahan bambu. Jadi semua pancing yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line, namun karena salah kaprah, terakhir ini sebutan pole and line hanya ditujukan untuk alat penangkap cakalang Katsuwonus pelamis. Dalam pengoperasiannya, pancing dilengkapi dengan umpan, baik umpan sesungguhnya true bait dalam bentuk mati atau hidup maupun dengan umpan tipuan. Beberapa macam atau tipe pancing gandar yang terpenting di antaranya : Gambar 15. Pengilar. Saiyani 2008. 30 1 Huhate skipjack pole and line atau umumnya lebih dikenal dengan pole and line Gambar 17. Alat tangkap ini banyak dijumpai di Perairan Indonesia Timur ; 2 Pancing kakap, ditujukan untuk menangkap ikan kakap Lates calcarifer. Panjang gandar atau joran kira-kira 4 m ; 3 Pancing bobara untuk menangkap ikan bobara Caranx spp. dengan panjang gandar berkisar antara 3 – 3,5 m. Pada tahun 2004 DKP 2006 di seluruh Indonesia terdapat 13 macam unit penangkapan ikan yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan bahan bambu Tabel 1. Seluruhnya berjumlah 385.951 unit dan didominasi oleh alat tangkap bubu portable traps sebanyak 214.443 unit. Gambar 16. Badong. Romdon 2009. Gambar 17. Huhate. 31 Tabel 1 Jumlah unit penangkapan ikan berbahan bambu pada tahun 2004 No. Kelompok alat Nama alat Jumlah unit Indonesia Umum 1. Jaring angkat Lift net Bagan perahurakit Boatraft lift net 28.272 2. Bagan tancap Stationary lift net 15.010 3. Serok dan songko Scoop net 8.864 4. Anco Shore lift net 7.156 5. Pancing Hook and lines Huhate Skipjack pole and line 5.032 6. Perangkap Traps Sero Guiding barrier 22.642 7. Jermal Stow nets 6.590 8. Bubu Portable traps 214.443 9. Alat pengumpul dan penangkap Collectors and gears Alat pengumpul rumput laut Sea weed collectors 11.070 10. Alat penangkap kerang Shell fish gears 10.739 11. Alat penangkap teripang ladung Sea cucumber gears 1.927 12. Alat penangkap kepiting Crab gears 2.139 13. Lain-lain Others Garpu dan tombak Harpoon etc. 52.067 Sumber : DKP 2006 2.7 Hukum Hooke dan Modulus Young Seorang ahli ilmu fisika dari Inggris Robert Hooke pada tahun 1676 atau setelah abad ke-17 mengemukakan tentang fenomena pegas yang ditarik dan dibiarkan kembali setelah gaya yang menyebabkan keregangan dihilangkan, selanjutnya dikenal sebagai Hukum Hooke Boresi et al. 1993. Hukum Hooke adalah model sifat fisik yang akurat dari mekanika pegas secara umum untuk perubahan panjang yang kecil Gambar 18. Hukum Hooke menggambarkan sejauh mana pegas akan meregang dengan suatu kekuatan spesifik. Di dalam ilmu mekanika dan ilmu fisika, Hukum Hooke dari elastisitas atau kekenyalan adalah suatu perkiraan yang menyatakan bahwa perpanjangan dari suatu pegas adalah sebanding dengan beban yang ditambahkan kepadanya sepanjang beban ini tidak melebihi batas elastis. Hukum Hooke dalam terminologi sederhana menyatakan bahwa regangan berbanding lurus dengan tegangan. Secara matematika, hukum Hooke dinyatakan dengan persamaan: F = - kx 32 Dengan keterangan bahwa x adalah perubahan panjang akhir dari pegas dalam unit SI: m; F adalah kekuatan atau gaya yang digunakan oleh material dalam unti SI : N; dan k adalah konstanta gaya atau konstanta pegas dalam unit SI: N·m -1 atau kgs -2 . Perilaku pembebanan ini linier. Tanda negatif pada persamaan menunjukkan pengembalian kekuatan selalu terjadi dalam arah yang berlawanan dari perubahan jarak, sebagai contoh, jika pegas diregangkan ke kiri, ia mendorong kembali ke kanan. Hukum Hooke hanya digunakan untuk beberapa material di bawah kondisi-kondisi pembebanan tertentu. Hukum Hooke berlaku pada bahan yang linear-elastis atau Hookean. Baja memperlihatkan perilaku linear-elastis dalam banyak aplikasi rancang-bangun. Hukum Hooke valid sepanjang kisaran atau wilayah elastisnya. Untuk beberapa material lain, seperti aluminium. Hukum Hooke hanya valid untuk sebagian wilayah elastisnya. Dalam material aluminium ini, tegangan pada batas proporsionalnya dapat didefinisikan, dalam kondisi bahwa kesalahan yang dihubungkan dengan perkiraan garis linier dapat diabaikan. Karet dianggap sebagai bahan yang non-hookean atau tidak mengikuti Hukum Hooke, karena kekenyalannya adalah tegangan yang bergantung dan sensitif pada temperatur dan laju pembebanan Askeland dan Phul ē 2006. Suatu tangkai dari bahan yang elastis dapat dilihat sebagai satu pegas linier. Tangkai mempunyai panjang L dan luas atau cross-sectional area A. Pertambahan regangannya adalah berbanding lurus dengan tegangan-tariknya, dengan suatu faktor yang tetap, merupakan kebalikan dari modulus elastisitasnya, Gambar 18. Pegas dan ilustrasi pergerakannya. Symon 1971; Askeland dan Phul ē 2006 33 disebut juga modulus Young lihat: Askeland dan Phul ē 2006 atau = E, yang dapat digambarkan dengan rumus: σ = Eε atau Modulus Young diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris pada abad ke19, Thomas Young. Konsepnya dikembangkan pada 1727 oleh Leonhard Euler, sedangkan eksperimen pertama yang menggunakan konsep modulus Young dalam bentuk sekarang dilakukan oleh ilmuwan Italia Giordano Riccati pada 1782. Modulus Young dikenal sebagai modulus tegangan, yaitu suatu ukuran kekakuan dari bahan elastis isotropis, menggambarkan perbandingan dari tekanan di atas regangan yang berporos tunggal di sekitar tegangan dalam Hukum Hooke. Secara eksperimen dapat ditentukan dari slope pada kurva tegangan-regangan yang terjadi selama uji ketegangan suatu material. Modulus Young juga disebut modulus elastis atau modulus elastisitas. Modulus Young adalah modulus elastis yang paling umum digunakan Symon 1971; Askeland dan Phul ē 2006. Modulus Young adalah perbandingan antara dan regangan yang tanpa dimensi, oleh karena itu modulus Young sendiri mempunyai satuan tegangan. Unit Satuan Internasional SI dari modulus elastisitas E atau biasanya Y adalah pascal Pa atau Newton per meter bujursangkar – Nm²; unit praktis adalah megapascals MPA atau Newton per mili meter bujursangkar – Nmm² atau gigapascals GPA atau kilo Newton per mili meter bujur sangkar – kNmm². Dalam unit Amerika Serikat, satuan dinyatakan sebagai pon per inci bujur sangkar psi. Modulus Young dapat digunakan untuk bahan isotropis elastis untuk menghitung tegangan atau beban-tekannya. Modulus Young yang konstan di atas bidang regangan suatu bahan, disebut linier dan dikatakan mengikuti Hukum Hooke. Contoh material linier antara lain baja, gelaskaca dan serabut karbon. Material yang tidak linier antara lain karet. Logam dan keramik merupakan bahan ΔL = L = L F EA σ E 34 isotropis, namun jika tidak-murni bisa menjadi anisotropis Symon 1971; Ivanovska et al. 2004; Askeland dan Phul ē 2006. Modulus Young, E, dapat dihitung dengan membagi tegangan-tarik oleh regangan tarik Askeland dan Phul ē 2006, seperti rumus berikut: keterangan : E = modulus Young modulus elastisitas F = kekuatan pada obyek A = cross-sectional area awal ΔL = perubahan panjang obyek L = panjang obyek. Kekuatan yang digunakan untuk meregangkan atau memampatkan material dapat dihitung dengan rumus: Dimana Hasil perhitungan untuk sejumlah material hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 2.

2.8 Sifat Mekanis pada Alat Penangkapan Ikan dari Bambu