b. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Kakao
Dendrophthoe pentandraL. Miq.
Sifat antibakteri ekstrak metanol daun benalu kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq. menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5 dan gambar dibawah ini :
Gambar 4.6 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus untuk ekstrak etil asetat
Gambar 4.7 Zona hambat bakteri Bacillus cereus untuk ekstrak etil asetat
Gambar 4.8 Zona hambat bakteri Escherichia coli untuk ekstrak etil asetat
Gambar 4.9 Zona hambat bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk ekstrak etil asetat
c. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana Daun Benalu Kakao
Dendrophthoe pentandra L. Miq.
Sifat antibakteri ekstrak n-heksana daun benalu kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq. menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5 dan gambar dibawah ini :
Gambar 5.0 Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus untuk ekstrak n-heksana
Gambar 5.1 Zona hambat bakteri Bacillus cereus untuk ekstrak n-heksana
Gambar 5.2 Zona hambat bakteri Escherichia coli untuk ekstrak n-heksana
Gambar 5.3 Zona hambat bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk ekstrak n-heksana
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Kadar Air Serbuk Daun Benalu Kakao Dendrophthoe
pentandra L. Miq.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar air untuk simplisia serbuk daun benalu kakao Dendropthoe Pentandra L. Miq. sebesar 9,65 . Tujuan dari penentuan kadar
air untuk mengetahui batas maksimum atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan
dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan.
Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air ± 10 . Secara umum, pengeringan bertujuan untuk mencegah kerusakan kandungan zat aktif yang ada
dalam tanaman sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kerusakan tersebut akibat peruraian zat aktif secara enzimatis seperti hidrolisis,
oksidasi dan polimerisasi, sehingga rendemennya akan turun. Pada tumbuhan yang masih hidup reaksi enzimatik tidak terjadi karena adanya keseimbangan
antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Pengeringan harus dilakukan secepatnya sebab aktivitas enzim
akan naik dengan adanya air dalam simplisia Harborne, 1987. Selain itu, dalam keadaan kering dapat mencegah terjadinya proses
penjamuran. Kapang sudah dapat berkembang dengan baik pada simplisia dengan kadar air sekitar 18 . Pengeringan sebaiknya dilakukan dengan suhu yang tidak
terlalu tinggi, hal ini untuk mencegah kemungkinan rusaknya senyawa antioksidan rusak pada temperatur 60-70
o
C Miryanti et al, 2011. Kadar air serbuk daun benalu kakao diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
Berat sampel = 2 gram
Berat setelah pemanasan = 1,807 gram
Kehilangan bobot = 2 gram – 1,807 gram
= 0,193 gram
Kadar air serbuk daun benalu kakao = Kehilangan bobot
Berat sampel x 100
= 0,193 gram
2 gram x 100
= 9,65
4.2.2 Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan N-Heksana Daun Benalu Kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakaoDendrophthoe pentandra L. Miq. sebesar 11,4 ; 5,425
dan 2,305 . Memurut penelitian Poeloengan dan Praptiwi 2010 berdasarkan uji skrining fitokimia ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao
Dendropthoe pentandra L. Miq. mengandung glikosida. Kadar ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Berat sampel kering = 200 gram Berat ekstrak
= 22,80 gram Kadar ekstrak metanol daun benalu kakao =
Berat ekstrak Berat sampel kering
x 100
= 22,80 gram
200 gram x 100
= 11,4 Kadar ekstrak etil asetat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Berat sampel kering = 200 gram Berat ekstrak
= 10,85 gram
Kadar ekstrak etil asetat daun benalu kakao = Berat ekstrak
Berat sampel kering x 100
= 10,85 gram
200 gram x 100
= 5,425
Kadar ekstrak n-heksana diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut : Berat sampel kering = 200 gram
Berat ekstrak = 22,80 gram
Kadar ekstrak nheksana daun benalu kakao = Berat ekstrak
Berat sampel kering x 100
= 4,61 gram
2 gram x 100
= 2,305
4.2.3 Kandungan Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan N-Heksana Daun Benalu Kakao
Dendrophthoe pentandra L. Miq.
Dalam skrining fitokimia, bukti kualitatif untuk menunjukkan adanya alkaloida dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi Dragendorf yang ditandai dengan
terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan
dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil BiO
+
Pardede et al, 2013.
BiNO
3 3
+ 3KI
BiI
3
+ 3KNO
3
BiI
3
+ KI
KBiI
4
Kalium tetraiodobismutat
Kalium-Alkaloid oranye endapan
Gambar 5.4 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Dragendorf
Bukti kualitatif untuk menunjukkan adanya alkaloida dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi Wagner yang ditandai dengan terbentuknya
endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I
-
dari kalium iodida menghasilkan ion I
3 -
yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K
+
akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap Pardede et al,
2013.
I
2
+ I
-
I
3 -
Coklat
Kalium-Alkaloid Coklat endapan
Gambar 5.5 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Wagner
Bukti kualitatif untuk menunjukkan adanya alkaloida dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi Mayer yang ditandai dengan terbentuknya endapan
putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, larutan merkurium II klorida ditambah kalium
iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium II iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
tetraiodomerkurat II. Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari
kalium tetraiodomerkurat II membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap Pardede et al, 2013.
HgCl
2
+ 2KI
HgI
2
+ 2KCl
HgI
2
+ 2KI
K
2
[ HgI
2
] Kalium tetraiodomerkurat II
Kalium-Alkaloid oranye endapan
Gambar 5.6 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Mayer
Bukti kualitatif untuk menunjukkan adanya alkaloida dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi Bouchardat yang ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium- alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Bouchardat, iodin bereaksi dengan ion I
-
dari kalium iodida menghasilkan ion I
3 -
yang berwarna coklat. Pada uji Bouchardat, ion logam K
+
akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap Pardede et al,
2013.
I
2
+ I
-
I
3 -
Coklat
Kalium-Alkaloid Coklat endapan
Gambar 5.7 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Bouchardat
Saponin mengandung gugus glikosida. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi glikon dan bukan gula aglikon. Glikon bersifat mudah larut
dalam air. Selain itu saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Timbulnya busa menunjukkan adanya
glikosida yang terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan senyawa lain aglikon Robinson, 1995.
Gambar 5.8 Reaksi hidrolisis saponin dalam air Pengujian tanin dilakukan dengan melakukan penambahan FeCl
3
. Pada penambahan ini golongan tanin terhidrolisis akan menghasilkan warna biru
kehitaman. Perubahan warna ini terjadi ketika penambahan FeCl
3
yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin Sangi et al,
2008.
Gambar 5.9 Reaksi uji tanin dengan FeCl
3
Pada uji flavonoid, penambahan NaOH pada ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kakao menyebabkan perubahan warna menjadi biru violet yang
menunjukkan kandungan golongan flavonoid. Sedangkan penambahan HCl pekat digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan terganti oleh H
+
dari asam karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa,
galaktosa dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga Sangi et al, 2008.
Gambar 6.0 Reaksi uji flavonoid dengan HCl pekat dan serbuk Mg Pada pengujian terpenoida, analisis senyawa didasarkan pada kemampuan
senyawa tersebut membentuk warna dengan penambahan CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna menjadi merah kecoklatan yang menunjukkan kandungan golongan
terpenoida. Dari hasil uji skrining fitokimia untuk golongan senyawa alkaloida dari
daun benalu kakao diperoleh hasil negatif alkaloida dengan penambahan pereaksi Wagner, Maeyer, Bouchardat dan Dragendorf tabel 4.1 dan uji skrining
fitokimia ekstrak n-heksana daun benalu kakao diperoleh hasil negatif untuk senyawa golongan flavonoida, tanin dan saponin.
4.2.4 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan N-Heksana Daun Benalu Kakao
Dendrophthoe pentandra L. Miq.
Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq. dapat dilakukan dengan metode
DPPH dengan menggunakan alat spektrofotometri UV Visible.
Adapun mekanisme utama peredaman radikal DPPH adalah sebagai berikut :
DPPH + AH DPPH-H + A
Pada uji DPPH, peredaman radikal DPPH diikuti dengan pemantauan penurunan absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang terjadi karena pengurangan
radikal oleh antioksidan AH atau reaksi dengan spesi radikal R yang ditandai dengan berubahnya warna ungu pada larutan menjadi warna kuning pucat, data
yang sering digunakan sebagai IC
50
merupakan konsentrasi antioksidan yang dibutuhkan untuk 50 peredaman radikal DPPH pada periode waktu tertentu 15-
30 menit Pokornya et al, 2001. DPPH merupakan suatu molekul radikal bebas yang distabilkan oleh bentuk resonansi yang ditunjukkan pada gambar 6.1.
Gambar 6.1 Kestabilan radikal bebas DPPH Tabel 4.2 dan tabel 4.3 menunjukkan telah terjadi peredaman radikal bebas
setelah penambahan ekstrak metanol, etil aseta dan n-heksana daun benalu kakaodan vitamin C sebagai pembanding, dimana semakin tinggi konsentrasi
maka peredaman semakin besar yang ditandai dengan menurunnya absorbansi. Dari persamaan Y = ax + b dapat diketahui nilai IC
50
dengan memasukkan nilai 50 sebagai sumbu Y, sehingga diperoleh berapa besar nilai x yang akan
mempresentasikan besaran IC
50
untuk ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao dan vitamin C adalah masing-masing sebesar 2804,3 ppm ;
2367,3 ppm ; 228072 ppm dan 1608,6 ppm. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak metanol dan etil asetat daun
benalu kakaoDendropthoe pentandra L. Miq. mengandung golongan senyawa kimia berupa flavonoida dan tanin. Flavonoida dan tanin merupakan senyawa
fenol yang bersifat sebagai antioksidan Harborne, 1996. Senyawa-senyawa polifenol mengandung gugus hidroksil yang dapat bertindak sebagai donor
hidrogen terhadap radikal bebas Silalahi, 2006.
Gambar 6.2 Reaksi DPPH dengan turunan fenol Berdasarkan literatur Ionita, 2005 dapat diketahui bahwa jika nilai IC
50
yang dihasilkan 50 ppmmaka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dan 150 ppm memiliki aktivitas antioksidan
sangat lemah. Dari data hasil uji aktivitas antioksidan, ekstrak metanol daun benalu kakao Dendrophthoepentandra L. Miq. dengan nilai IC
50
28,043 ppm, ekstrak etil asetat daun benalu kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq. dengan
nilai IC
50
23,673 ppm dan ekstrak n-heksana daun benalu kakao Dendrophthoepentandra L. Miq. dengan nilai IC
50
228,072 ppm. Oleh karena itu berdasarkan perhitungan yang diperoleh dapat dikatakan bahwa senyawa
antioksidan yang terdapat dalam sampel ekstrak etil asetat daun benalu kakaolebih besar dibandingakan ekstrak metanol dan n-heksana daun benalu kakao. Hal ini
disebabkan karena adanya senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak etil asetat yang mampu menangkal radikal bebas dimana pelarut etil asetat merupakan
pelarut semi polar sehingga senyawa semi polar seperti flavonoid, asam fenolik atau ditermen fenolik tertarik oleh pelarut etil asetat Alimurdani, 2013.
Tingkat kekuatan senyawa antioksidan menggunakan DPPH dapat digolongkan sebagai berikut :
Intensitas Nilai IC50
Sangat kuat 50 ppm
Kuat 50-100 ppm
Sedang 101-150 ppm
Lemah 150 ppm
Ionita, 2005
4.2.5 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-Heksana
Daun Benalu Kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq.
Hasil uji antibakteri dari ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daunbenalu kakao mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa disekitar kertas cakram setelah diencerkan dalam DMSO dengan variasi konsentrasi
ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao yaitu ekstrak metanol daun benalu kakao pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus
dengan konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat 13,9 mm lemahresistant, pada bakteri Bacillus cereus dengan konsentrasi 500 mgml
menunjukkan aktivitas dengan zona hambat 15 mm sedangintermediate, pada bakteri gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan
konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zonahambat masing- masing 13,8 mm dan 14,6 mm lemahresistant. Ekstrak etil asetat daun benalu
kakao pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus dengan konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat
masing-masing 16,2 mm dan 17,2 mm sedangintermediate dan pada bakteri gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi
500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 16,2 mm dan 15,1 mm sedangintermediate. Ekstrak n-heksana daun benalu kakao pada
bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus dengan konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-
masing 13,1 mm dan 9 mm lemahresistant dan pada bakteri gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 500 mgml
menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 8,4 mm dan 10,6 mm lemahresistant.
Berdasarkan data hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun benalu kakao mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar dibandingkan ekstrak
metanol dan n-heksana. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa metabolik sekunder yang terkandung didalam ekstrak etil asetat daun benalu kakao.
Senyawa metabolik sekunder golongan fenol dan ekstrak etil asetat daun benalu kakao terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri diduga
disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri Wulandari, 2006. Komponen ekstrak etil asetat yang mengandung
percabangan gugus fenol maupun alkohol dapat melarutkan fosfolipid. Kondisi asam oleh adanya fenol dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Jawetz et al, 1996.
Dari data hasil uji juga menunjukkan bahwa dinding sel bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit daripada gram positif
sehingga permeabilitas bakteri gram positif lebih rendah dibandingkan permeabilitas bakteri gram negatif. Dengan permeabilitas yang rendah maka zat
aktif dari ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel bakteri gram positif sehingga
efek bakterinya kurang optimal peptidoglikan pada sel bakteri yang sedang tumbuh dan menyebabkan kematian sel. Ajizah 2004 dimana semakin kecil
konsentrasi maka semakin sedikit jumlah zat aktif yang terkandung didalamnya sehingga semakin rendah kemampuan dalam menghambat pertumbuhan suatu
bakteri. Sehingga aktivitas antibakteri ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao tergantung dari konsentrasi yang digunakan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
2.6 Kesimpulan
1. Berdasarkan uji skrining fitokimia ekstrak metanoldaun benalu kakao
Dendrophthoe pentandra L. Miq. mengandung golongan senyawa flavonoida, fenolik, terpenoid dan saponin ; ekstrak etil asetat daun benalu
kakao mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik dan terpenoid dan ekstrak n-heksana daun benalu kakao Dendropthoe pentandra L. Miq.
hanya mengandung terpenoid. 2.
Aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun benalu kakaoDendrophthoe pentandra L. Miq. dengan nilai IC
50
28,043 ppm, ekstrak etil asetat kasar daun benalu kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq. dengan nilai IC
50
23,673 ppm yang termasuk golongan antioksidan sangat kuat karena nilai IC
50
50 ppm dan ekstrak n-heksana kasar daun benalu kakao Dendrophthoe pentandra L. Miq. dengan nilai IC
50
228,072 ppm yang termasuk golongan antioksidan lemah karena nilai IC
50
150 ppm. 3.
Hasil uji antibakteri dari ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa disekitar kertas cakram setelah diencerkan dalam DMSO dengan variasi
konsentrasi ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao yaitu ekstrak metanol daun benalu kakao pada bakteri gram positif Staphylococcus
aureus dengan konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat 13,9 mm lemahresistant, pada bakteri Bacillus cereus dengan
konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat 15 mm sedangintermediate, pada bakteri gram negatif Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 13,8 mm dan 14,6 mm
lemahresistant. Ekstrak etil asetat daun benalu kakao pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus dengan konsentrasi 500
mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 16,2 mm
dan 17,2 mm sedangintermediate dan pada bakteri gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 500 mgml
menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 16,2 mm dan 15,1 mm sedangintermediate. Ekstrak n-heksana daun benalu kakao pada bakteri
gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus dengan konsentrasi 500 mgml menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 13,1
mm dan 9 mm lemahresistant dan pada bakteri gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi 500 mgml
menunjukkan aktivitas dengan zona hambat masing-masing 8,4 mm dan 10,6 mm lemahresistant.
2.7 Saran