1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha.
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian hutang.
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi. h. Royalti.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. m. Selisish lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi. o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas anggotanya. p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
4. Tarif Wajib Pajak Badan
Sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008, tarif PPh untuk WP Badan terdiri dari 3 tiga tarif, yaitu tarif sesuai Pasal 17 ayat 2a UU PPh, tarif sesuai Pasal 17 ayat
2b UU PPh, dan tarif sesuai Pasal 31E UU PPh.
41
a. Tarif Pasal 17 Ayat 2a UU PPh Besarnya tarif PPh adalah 25 dua puluh lima persen dan sudah
diberlakukan sejak Tahun Pajak 2010. Tarif PPh ini adalah tarif umum yang berlaku
41
Ferry Aditama dan Anna Purwaningsh, “Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Non Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Jurnal,
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, h.7-8
bagi semua WP Badan, khususnya WP Badan yang tidak memenuhi syarat Pasal 17 ayat 2b maupun Pasal 31E UU PPh.
b. Tarif Pasal 17 Ayat 2b UU PPh Bagi WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka Tbk atau go public, mendapat
pengurangan tarif sebesar 5 lima persen dari tarif normal atau dengan kata lain mulai Tahun Pajak 2010, tarif untuk WP Badan yang sudah go public adalah 20
dua puluh persen. WP Badan yang berhak mendapat penurunan atau pengurangan tarif PPh ini adalah WP Badan yang sudah go public dengan kriteria sebagai berikut:
1 Saham diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. 2 Jumlah saham yang dilempar ke publik minimal 40 empat puluh persen
dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki oleh minimal 300 pihak pemegang saham baik orang pribadi ataupun badan.
3 Masing-masing pihak pemegang saham hanya boleh memiliki saham kurang dari 5 lima persen dari keseluruhan saham yang disetor.
Kondisi yang disebutkan pada kedua poin terakhir tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu paling singkat 6 enam bulan dalam jangka waktu 1 satu tahun
pajak. Jika salah satu dari ketiga kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi, maka WP Badan tersebut harus menggunakan tarif PPh yang ditetapkan dalam Pasal 17 ayat
2a UU PPh, yaitu sebesar 25 dua puluh lima persen.
c. Tarif Pasal 31E UU PPh. Besarnya tarif PPh menurut pasal ini adalah 50 lima puluh persen dari tarif
umum yang disebutkan pada Pasal 17 ayat 1 huruf b atau Pasal 17 ayat 2b UU PPh. Dengan kata lain, ada diskon tarif PPh sehingga tarif yang dikenakan kepada
WP Badan yang memenuhi syarat hanya sebesar 14 untuk tahun pajak 2009 atau 12,5 mulai tahun pajak 2010.
WP Badan yang berhak mendapatkan fasilitas ini adalah WP Badan yang jumlah peredaran brutonya dalam satu Tahun Pajak tidak lebih dari Rp 50 milyar.
Cara penghitungannya dapat dilihat pada memori penjelasan Pasal 31E UU PPh. Menurut penegasan dalam poin 2.c. Surat Edaran SE Dirjen Pajak Nomor
SE 66PJ.2010 tanggal 24 Mei 2010, yang dimaksud dengan ‘peredaran bruto’ adalah penghasilan yang berasal dari kegiatan usaha, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, sebelum dikurangi dengan biaya fiskal.
F. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian
1. Long Term Debt to Asset Ratio terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang Long Term Debt to Asset Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang. Aktiva didanai dari dua sumber, yaitu dari investor dan kreditor. Penggunaan hutang oleh
perusahaan akan menimbulkan biaya bunga yang harus dibayarkan secara periodik kepada kreditur atau investor obligasi. Peraturan perpajakan