Gejala-Gejala Kecemasan Kajian Tentang Kecemasan Berbicara di Depan Umum

20 3 Cemas dalam bentuk ancaman Cemas dalam kategori ini adalah cemas yang menyertai gejala kejiwaan seperti histeria misalnya, orang yang menderita gejala tersebut kadang-kadang tidak ingat apa-apa. c. Kecemasan Moral Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan bentuk ini merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Seseorang yang hati nuraninya berkembang dengan baik cenderung merasa berdosa jika melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya. Misalnya kecemasan terhadap perbuatan yang melanggar ajaran agama. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar realistis, karena di masa lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapat hukuman lagi. Kartini Kartono 1989:2 membagi kecemasan menjadi dua yaitu : 1 Kecemasan yang wajar. Artinya kecemasan yang dialami seseorang dalam tingkat yang wajar, sifatnya tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. Hal ini dapat berguna untuk perkembangan kepribadiannya, 2 Kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Seseorang yang mengalami kecemasan ini, biasanya ia tidak mampu mengatasi.

3. Gejala-Gejala Kecemasan

Menurut Schachter Singer dalam McCroskey, 1986: 285, bahwa jika seseorang mengalami perasaan gelisah, gugup, atau tegang dalam menghadapi 21 suatu situasi yang tidak pasti, berarti orang tersebut mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan, atau suatu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi. Schachter Singer dalam McCroskey, 1986: 285, mengemukakan empat gejala kecemasan yaitu : a. Gejala afektif yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam bentuk emosi, perasaan tegang karena luapan emosi yang berlebihan seperti dihadapkan pada suatu teror. Luapan emosi ini biasanya berupa kegelisahan atau kekhawatiran bahwa individu tersebut dekat dengan bahaya padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa. b. Gejala perilaku yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam bentuk tingkah laku seperti meremas jari, menggigit bibir, menjentikkan kuku dan gugup. c. Gejala fisiologis yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam reaksi fisik biologis seperti mulut terasa kering, kesulitan nafas, berdebar, tangan dan kaki dingin, pusing seperti hendak pingsan, banyak keringat, tekanan darah naik, otot tegang terutama kepala, leher, bahu dan dada, serta sulit mencerna makanan. d. Gejala kognitif yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam pikiran seseorang sehingga mengalami rasa khawatir. Kekhawatiran ini dapat terbentang mulai dari tingkat khawatir yang ringan, lalu panik, cemas dan merasa akan terjadi malapetaka, kematian. Saat individu mengalami kondisi ini ia tidak dapat berkonsentrasi, mengambil keputusan dan mengalami kesulitan untuk tidur. 22 Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat 1985:27, reaksi kecemasan sering ditandai dengan munculnya gejala fisiologis maupun psikologis, yaitu: a. Gejala fisik yaitu ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan menjadi tidak teratur, detak jantung bertambah cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang dan sesak nafas. b. Gejala psikis yaitu adanya rasa takut, perasaan akan ditimpa bahaya, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri dan tidak tentram. Sementara itu, menurut Nevid 2005:164, reaksi kecemasan berupa gejala kecemasan behavioral. Gejala-gejala behavioral itu berupa adanya perilaku menghindar, perilaku dipendam dan perilaku terguncang. Lebih luas lagi, berdasarkan uraian gejala-gejala kecemasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menyebar kesegenap aspek kepribadian individu. Hal ini berkaitan dengan gejala fisiologis, psikologis, dan behavioral. Masing- masing gejala yang tersebut ketika individu mengalami kecemasan berbicara di depan umum tidak dapat berdiri sendiri, tetapi masing-masing gejala saling berhubungan. Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum akan mengalami gejala pada afektifnya, gejala pada afektifnya akan mempengaruhi perilaku, fisiologis dan kognitifnya sehingga semua gejala tersebut saling timbal balik satu dengan yang lainnya. 23

4. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

17 169 81

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN

3 24 25

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasaan saat Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 17

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

3 13 13

Tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas

5 22 104

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

1 1 13

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum 1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum - HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSI

0 0 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum 1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum - HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA - UMBY repository

0 0 16