Konseptualisasi Komunikasi. LANDASAN TEORI

29 Mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society yaitu, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: 1. Komunikator communicator, source, sender. 2. Pesan message. 3. Media channel. 4. Komunikan communcant, receiver, recipient. 5. Efek effect, influence. 20

C. Fungsi Strategi Komunikasi.

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan di negara- negara yang sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Dengan demikian, strategi komunikasi baik secara makro planed multimedia strategy yang mempunyai fungsi pada: 20 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, h. 10 30 1. Menyebarkan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. 2. Menjembatani “culture gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya. 21

D. Komunikasi Massa.

1. Pengertian Komunikasi Massa.

Komunikasi massa muncul pertama kali pada akhir tahun 1930-an memiliki banyak pengertian. Meminjam istilah yakni menurut Defleur dan Dennis McQuail 1985 bahwa komunikasi massa adalah proses di mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat memengaruhi khalayal-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. 22 Menurut Ardianto dan Erdinaya 2004:3 komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- 21 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, h. 28 22 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009, cet 1, h 103 31 keduanya dikenal sebagai media elektronik sedangkan surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak, serta media film. 23 Sedangkan definisi menurut Pool dalam Wiryanto, 2000: 3 bahwa komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran menggunkan media massa seperti, surat kabar, majalah, radio, televisi atau film. 24 Dari pengertian di atas, peneliti memahami bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa dimana komunikatornya bersifat melembaga, pesannya bersifat umum dan komunikannya anonim dan heterogen. Teori komunikasi digunakan untuk menjelaskan bahwa televisi adalah bagian dari komunikasi massa. “Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa media cetak dan elektronik. Perlu diketahui massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan prilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjukan kepada khalayak, audien, penonton, atau pembaca. ” 25 23 Ardianto, Elvinaro Erdinaya, Liluati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Sembiosa Rekatam Media, h.3 24 Wiriyanto, Teori Komunikasi Massa,Jakarta: PT Grasindo, h. 3. 25 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, cet.1, h 11-12

Dokumen yang terkait

Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

17 192 223

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

Strategi kreatif Produser dalam mempertahankan eksistensi Program Dakwah Mamah & AA ber-Aksi di Stasiun Televisi Indonesia

19 169 110

STRATEGI POSITIONING TELEVISI LOKAL (Studi Deskriptif Tentang Strategi Positioning Radar Tasikmalaya Televisi Sebagai Televisi Lokal di Tasikmalaya Dalam Meningkatkan Jumlah Penonton)

0 6 113

TINJAUAN UMUM STASIUN TELEVISI STASIUN TELEVISI SWASTA LOKAL DI YOGYAKARTA.

1 6 57

PERENCANAAN STRATEGIK MEDIA TELEVISI DALAM PERSAINGAN DI INDUSTRI MEDIA TELEVISI LOKAL Studi pada PT. Padang Media Televisi.

0 6 19

Strategi Pemberdayaan SDM Televisi Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Program Siaran Bidang Kesehatan Dan Lingkungan Pada Stasiun Televisi Lokal Di Jawa Barat.

0 4 16

Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

0 3 46

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI SWASTA LOKAL (Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal ) TESIS

0 1 13