commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam arti maha luas menurut Ishak Abdulhak 2006: 46 adalah sebagai keseluruhan pengalaman belajar ssetiap orang sepanjang hidupnya.
Selain itu dalam pengertian maha luas tempat berlangsungnya pendidikan tidak terbatas dalam satu jenis lingkungan hidup tertentu dalam bentuk lingkungan
hidup manusia. Dalam arti sempit pendidikan adalah Ishak Abdulhak, 2006 :49 sekolah atau persekolahan schooling. Sedangkan pengertian sekolah adalah
lembaga pendidikan formal ssebagai salah satu rekayasa dari peradaban manusia, di samping keluarga, dunia kerja, negara dan lembaga keagamaan. Ishak
Abdulhak, 2006 :49. Pendidikan menurut Undang- Undang Sitem Pendidikan Nasional Nomor 2 definisi pendidikan tersurat dalam pasal 1 ayat 1 dalam
untuk mempersiapkan peserta didikmelalui kegiatan pengajaran, bimbingan, danatau
Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini demikian pesatnya, sejalan dengan laju teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan pendidikan
yang cukup pesat ini juga ditopang oleh usaha pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa melakukan pembenahan sistem
pendidikan kita. Dengan harapan agar dapat dicapai hasil tamatan yang cukup baik, tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas, termasuk pembenahan
sistem pendidikan di Sekolah Dasar SD. Sekolah Dasar adalah tempat pengalaman pertama yang memberikan dasar pembentuk kepribadian individu.
Sehubungan dengan hal itu guru perlu membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan, dan keterampilan dasar yang cukup sebagai landasan untuk
mempersiapkan pengalamannya pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan sekolah dasar dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional berusaha memperbaiki bidang pendidikan yang meliputi kurikulum, guru dan proses pengajaran. Ketiga hal tersebut merupakan
commit to user
2 variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan di sekolah Nana
Sudjana, 1993:1. Menurut Isjoni 2009: 13 ada tiga komponen utama yang perlu diperbarui dalam bidang pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan
kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka dalam upaya pencapaian tujuan belajar, tugas dan fungsi guru sangat
penting. Guru harus dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang aman dan nyaman sehingga siswa dapat aktif dan tertarik terhadap sekolah khususnya
terhadap materi yang diajarkan. Hal ini menyangkut kepada bagaimana teknik atau metode menyampaikan materi.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi di dalam proses belajar dibutuhkan suatu keaktifan belajar karena dapat
menyebabkan terjadinya suatu kegiatan yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi diri siswa. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar
harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik 2010:79 mengungkapkan bahwa taksonomi tujuan pendidikan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Taksonomi
tujuan tersebut terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap anak didik, sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu. Dewasa ini
banyak guru yang masih terbiasa dengan cara mengajar monoton. Isjoni Ismail, 2008 : 149
Penerapan Model pembelajaran yang paling efektif dalam proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting dalam proses pembelajaran.
Pentingnya faktor guru dan siswa dapat diruntut melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
commit to user
3 Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran, guru
perlu memahami hal-hal yang mempengaruhi proses belajar siswa, baik yang menghambat maupun yang mendukung. Selain itu, guru harus memahami tentang
model atau strategi pembelajaran yang efektif yang dapat membantu siswa agar dapat belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses belajar. Menurut H. Isjoni 2009:72 Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan
hasil pembelajaran. Merupakan salah satu kompetensi guru dalam memilih cocok untuk kondisi
siswa, kelas dan lingkungan tempat belajar, di samping juga sesuai dengan tujuan pengajaran. Bagaimanapun juga pemilihan metode mengajar dan model
pembelajaran yang dipilih guru tidak bisa lepas dari teori-teori belajar yang digunakan murid. Hal-hal yang mempengaruhi gairah belajar pun harus diketahui
guru dalam menentukan metode atau model pembelajaran karena salah satu tugas mengajar sendiri adalah untuk membantu murid dalam belajar. Motivasi belajar
siswa tidak saja tumbuh dengan sendirinya, tetapi selalu dipengaruhi pula oleh meodel pembelajaran yang digunakan guru. Seorang siswa akan merasa malas
belajar karena terus menerus mendapat ceramah dari gurunya atau siswa tidak bisa memanfaatkan waktu untuk belajar. Kesiapan dalam menerima materi merupakan
pertimbangan bagi guru demi lancarnya proses belajar mengajar. Berdasarkan hal- hal tersebut di atas, maka agar belajar mengajar lebih hidup dan bergairah
diusahakan terjadi komunikasi dua arah antara murid dengan murid ataupun murid dengan guru. Murid dengan segala kesiapannya akan bertanya atau bahkan
mengkritisi terhadap apa yang telah dipelajarinya dan pada kesempatan itu pula guru dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan ketika menyampaikan materi. Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya
dengan pencampaian tujuan pengajaran. Salah satu Model pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Hamruni 2009:162 Pembelajaran kooperatif
merupakan stategi pembelajaran kelompok yang akir-akir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan. Dalam prakternya semua
commit to user
4 model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai
berikut: pertama, semakin kecil upaya yang dilakukanguru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. Kedua, semakin ssedikit waktu
yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. Kempat, dapat
dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelima, tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada
Hasan,1996. Berdasarkan hasil observasi dan informasi guru kelas V SD Negeri Jipang
02 umumnya, siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 hasil belajar IPA pokok bahasan gaya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar ranah kognitif pada
pokok bahasan gaya hanya 5 siswa dari 26 siswa kelas V atau sekitar 19,2 siswa yang nilainya sama atau diatas KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM
Kriteria Ketuntasan Minimal untuk nilai mata pelajaran IPA adalah 70 lampiran 13. Hasil observasi hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siswa kelas V ranah
afektif 38,5 atau 10 siswa yang mendapat keterangan baikamat baik atau nilai 70 lampiran 14. Hasil observasi hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siswa
kelas V ranah psikomotorik 30,8 atau 8 siswa yang mendapat keterangan baikamat baik atau nilai 70 lampiran 15.
Banyak faktor yang mempengarui rendahnya hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siwa kelas V SD Negeri Jipang 02 antara lain: metode mengajar
yang digunakan oleh guru dalam mengajar IPA pokok bahasan gaya kurang inovatif, kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar IPA pokok bahasan
gaya, kurangnya sumber belajar yang relevan, dalam pembelajaran IPA, guru tidak menggunakan media pembelajaran saat pembelajaran IPA pokok bahasan
gaya, kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan, kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa
ketika belajar di rumah, lingkungan belajar yang kurang mendukung dalam pembelajaran IPA karena ruang kelas V SD Negeri Jipang 02 dekat dengan jalan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
commit to user
5 kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda tinggi, sedang dan
rendah dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Nur 2000, semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas,
struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model
pembelajaran yang lain. Dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Keungulan Pembelajaran kooperatif Hamruni, 2009: 170-171 sebagai suatu model adalah sebagai berikut: 1 Siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2
Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata verbal dan membandingkanya dengan ide-ide orang lain. 3 Menumbuhkan
sikap respek pada orang laim, menyadari akan segala keterbatasanya, dan bersedia menerima segala perbedaan. 4 Membantu memperdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggungjawab dalam belajar. 5 Meningkatkan prestasi akademik dan kemanpuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal, ketrampilan mengelola waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6 mengembangkan kemampuan untuk menguji ide pemahaman siswa sendiri, serta
menerima umpan balik. Siswa dapat menerapkan teknik pemecahan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tangungjawab kelompoknya. 7 Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi nyata riil. 8 Meningkatkan
commit to user
6 motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, dan ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran
yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan Suyitno, 2002:9. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang
lemah. Dimana siswa yang pandai dijadikan ketua kelompok yang akan membimbibg dan membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Slavin Widdiharto, 2006: 19 membuat model ini
dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan
tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan
belajar siswa secara individual. Rendahnya hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siwa kelas V SD Negeri
Jipang 02 merupakan masalah yang harus segera diatasi, karena jka tidak segera diatasi akan mengakibatkan pada rendanya nilai IPA siswa kelas V SD Negeri
Jipang 02. Rendahnya nilai IPA siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 juga akan berpengaruh terhadap nilai rata-rata semester. Rendahnya hasil belajar IPA pokok
bahasan gaya siwa kelas V SD Negeri Jipang 02 juga akan membuat siswa mengalami kesulitan pada materi IPA selalanjutnya.
Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang
Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI team assisted individualization Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Kecamatan
Penawangan Kabupaten Grobogan.
commit to user
7
B. Identifikasi Masalah