PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BAGI SISWA KELAS V SDN JIPANG 02 KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 2011

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN GAYA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI

( Team Assisted Individualization )

BAGI SISWA KELAS V SDN

JIPANG 02 KECAMATAN PENAWANGAN

KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN

2010/ 2011

SKRIPSI

ANISA NUR ROHMANI K7107015

SI-PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Anisa Nur Rohmani. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK

BAHASAN GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI JIPANG 02 KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011. SKRIPSI. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kecamatan Penawangan

kabupaten Grobogan melalui model pembelajaran koooperatif tipe TAI (Team

Assisted Individualization)..

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan yang berjumlah 26 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kritis dan teknik analisis interaktif. Teknik analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

pokok bahasan gaya melalui model pembelajaran koooperatif tipe TAI (Team

Assisted Individualization) efektif meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan

gaya bagi siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan. Hal ini terbukti pada kondisi awal pra siklus hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah kognitif nilai rata- rata siswa 62,3 dengan ketuntasan klasikal 19,2%, siklus I nilai rata- rata siswa 71,7 dengan ketuntasan klasikal 69,2%, siklus II nilai rata- rata siswa 76,1 dengan ketuntasan klasikal 84,6%. Hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah afektif pada kondisi awal pra siklus nilai rata- rata siswa 65,03 dengan ketuntasan klasikal 38,5%, siklus I nilai rata- rata siswa 72,9 dengan ketuntasan klasikal 80,8%, siklus II nilai rata- rata siswa 76,2 dengan ketuntasan klasikal 92,3%. Hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah psikomotorik pada kondisi awal pra siklus nilai rata- rata siswa 64,8 dengan ketuntasan klasikal 30,8%, siklus I nilai rata- rata siswa 75,4 dengan ketuntasan klasikal 80,8%, siklus II nilai rata- rata siswa 76,4 dengan ketuntasan klasikal 92,3%. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran

IPA pokok bahasan gaya melalui model pembelajaran koooperatif tipe TAI (Team

Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan

gaya bagi siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan tahun 2010/2011.


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Anisa Nur Rohmani. IMPROVING THE RESULTIN STUDYING IPA BY

TYPE TAI (TEAM ASISTEND INDIVIDUAL) IN FIFTH GRADE STUDENTS OF SDN JIPANG 02 JIPANG PENAWANGAN GROBOGAN

IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Minithesis. Surakarta : Teacher Training and

Educational Faculty. Sebelas Maret Unuversity. 2011.

The purpose of the research is to improve the result in studying IPA by the fifth grade students of SDN Jipang 02 Penawangan Grobogan

trought cooperative learning thype TAI (Team Assisted Individualization).

The form is classroom action research by two cycles. Each cycle is conducted4 phases: planning, action realization, evaluation and reflection. The subjec of this research is students ( 26 students ) of fifth grade students of SDN Jipang 02 Penawangan Grobogan. The technique of colleting the data is observation, test and documentation. The technique of data analisist is critis and interactive technique. Interactive technique has three components data reduction, data presentation, and conclucion or verification.

Conclucion can be drawn based on the result of the research that studying

IPA perative learning type TAI (Team Assisted

Individualization) can improve the result in studying IPA

condition before cycle the result studying IPA

cognitive of the average grade was 62,3 with the presentage of classical completeness 19,2%, cycle I indicated the average grade was 71,7 with the presentage of classical completeness 69,2%, cycle II the average grade was 76,1 with the presentage of classical completeness 84,6%. The result studying IPA by grade was 65,3 with the presentage of classical completeness 38,5%, cycle I indicated the average grade was 72,9 with the presentage of classical completeness 80,8%, cycle II the average grade was 76,2 with the presentage of on the condition before cycle where psicomotoris of the average grade was 64,8 with the presentage of classical completeness 30,8%, cycle I indicated the average grade was 75,4 with the presentage of classical completeness 80,8%, cycle II the average grade was 76,4 with the presentage of classical completeness 92,3%. Therefore a recommendation can be addressed that learning IPA by the theme

(Team Assisted Individualization)


(6)

commit to user

vi MOTTO

Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Rogo Soko Busana.

(Sasmito) Ing Ngarso Sung Tuladho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri

Handayani.

(Kihajar Dewantoro) Sopo Tekun Katekan, Sopo Temen Tinemu.

(Gunari) Susungguhnya Allah Tidak Akan Merubah Nasib Suatu Kaum, Jika Kaum Tersebut Tidak Merubah Nasib yang Ada Pada Diri Mereka Sendiri.

(QS. Ar Ro du Ayat 11) Belajar Diwaktu Kecil Bagai Melukis Diatas Batu, Belajar Diwaktu Besar Bagai Melukis Diatas Air.

Kesuksesan Bukan Berati Kita Dapat Menggenggam Dunia, Tetapi Kesuksesan Itu Adalah Bagaimana Kita Berguna Bagi Dunia.

(Anisa Nur) Hidup Adalah Belajar, Belajar Menjadi Yang Lebih Baik Dan Yang Terbaik..


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Puji Syukur Alhamdulilah atas Rahmad dan Hidayah Allah SWT serta Sholawat salam penulis sampaikan kepada junjungan kitaNabi Muhammad Saw

atas selesainya skripsi ini

Kedua orang tua saya Suratmin dan Alfiah yang selalu melimpahkan kasih sayang

tanpa meminta balasan

Keluarga besar pondok pesantren dan masjid Muttagin yang selama empat tahun ini mendidikku

menjadi manusia yang lebih baik.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (team assisted

individualization) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Kecamatan

Penawangan Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011 ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar sarjana.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Dr. H. Suwarto. WA, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

6. Dra. Sularmi, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

7. Ibu Sunarsih, S.Pd. selaku kepala SD Negeri 02 Jipang kabupaten

Grobogan yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 02 Jipang kabupaten Grobogan yang banyak


(9)

commit to user

ix

9. Bapakku Suratmin dan ibuku Alfiah terima kasih atas doa, pengalaman

hidup dan pengorbanan yang tulus selama ini.

10.Adikku Nurul Hidayah terimakasih atas semangat dan doanya selama ini.

11.Sahabat sejatiku yang menemani dan mendukung saat susah dan senang.

12.Pengasuh dan ustad-ustadzah pondok pesantren Muttaqin terimakasih atas

ilmunya selama ini beserta santriwatinya.

13.Teman-teman S1- PGSD terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, April 2011

Penulis


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABTRAK ... iv

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GA .xv DAFTAR LAM xvii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. . 7 C. .. 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN 10 A. Kajia 10 1. Hakikat Has 10 a. Tinjauan Tentang Ilm 10 1) Pengertian Ilmu ..10 11 13 15 16

1) Pengertian Hasil 16


(11)

commit to user

xi

2. Hakikat Model Pembelaj

a. Tinjauan Tentang Model 1) Pengertian Model 2) Sasaran Pembelajaran 3) Ciri-Ciri Pembe 4) Bentuk Pemb b. Tinjau

1) Pe 2)

3) Langkah-Langkah Pembelajaran IPA Dengan Model Pembelajaran K

B. Penelitian

C. Kerangka

D. Hipotesis

BAB III METODOLOGI PENELITIA

A. Tempat dan Wak

1. Tempat

2. Waktu Pe

B. Subyek P

C. Bentuk dan Strat

1. Bentuk P

2. Strategi

D. Sumb .37

E. Teknik pengu

F. Validita

G. Teknik An

H. Indikat

I. Prosedur Pe

BAB IV HASIL PENELITIHAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48 B. Dekkripsi Awal Tindakan ... 49


(12)

commit to user

xii

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

1. Tidakan Siklus I ... 53

a. Perancanaan... 53

b. Pelaksanaan tindakan ... 55

c. Observasi . ... 58

d. Refleksi ... 64

2. Tindakan Siklus II ... 65

a. Perancanaan... 65

b. Pelaksanaan tindakan ... 67

c. Observasi ... 72

d. Refleksi ... 77

D. Temuan dan pembahasan Hasil Penelitian ... 77

1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 77

2. Temuan Hasil Observasi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif... 79

3. Temuan Hasil Observasi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik... 81

4. Temuan Hasil Observasi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif... 83

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 86

A. Simpulan ... 86

B. Implikasi ... 87

C. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian .35

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 pada

Kondisi Awal 49

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 pada Kondisi Awal

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 pada Kondisi Awal

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Ranah Kognitif pada Siklus I

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Ranah Afektif pada Siklus I

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Ranah Psikomotorik pada Siklus I

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Ranah Kognitif pada Siklus II

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Ranah Afektif pada Siklus II

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Ranah Psikomotorik pada Siklus II

Tabel 11. Rekapitulasi Nilai pembelajaran Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD Negeri 02 Jipang pada Siklus I dan Siklus II


(14)

commit to user

xiv

Tabel 12. Rekapitulasi Nilai pembelajaran Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa Kelas VSD Negeri 02 Jipang pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II

Tabel 13. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Tabel 14. Rekapitulasi Nilai pembelajaran Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Siswa Kelas VSD Negeri 02 Jipang pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II

Tabel 15. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Tabel 16. Rekapitulasi Nilai pembelajaran Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siswa Kelas VSD Negeri 02 Jipang pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II

Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Perubahan atau Pribadi Menurut Vesta dan Tompson

Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir 33

Gambar 3. Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif

Ganbar 4. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 5. Grafik Nilai IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif Siswa

SD Negeri Jipang 02 pada Kondisi Awal 50

Gambar 6. Grafik Nilai IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif Siswa SD Negeri Jipang 02 pada Kondisi Awal

Gambar 7. Grafik Nilai IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik Siswa SD Negeri Jipang 02 pada Kondisi Awal

Gambar 8. Grafik Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif Siswa Kelas V SD Negeri 02

Gambar 9. Grafik Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif Siswa Kelas V SD Negeri 02

Gambar 10.Grafik Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang pada Siklus I

Gambar 11. Grafik Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang pada

Gambar 12. Grafik Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif

.75 Gambar 13. Grafik Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah

Psikomotorik Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang pada Siklus II..

Gambar 14. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Guru Kelas V SD Negeri 02 Jipang Siklus I dan Siklus

Gambar 15. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif pada Kondisi


(16)

commit to user

xvi

Awal, Siklus I

Gambar 16. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik pada Kondisi Awal, Siklus I

Gambar 17. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif pada Kondisi Awal, Siklus I


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Indikator Ke

Lampiran 2. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Model Pembelajaran

Koooperatif Tipe TAI SD Negeri Jipang 02, Grobogan ...95

Lampiran 3. Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ..99

Lampiran 4. Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa .101

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan I...104 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan II..116 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan I..125 Lampiran 8.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan II..137 Lampiran 9. Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam Menggunakan Model Pembelajaran Koooperatif Tipe TAI SD Negeri Jipang 02, Grobogan

Lampiran 10. Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Model Pembelajaran Koooperatif Tipe TAI SD Negeri Jipang 02, Grobogan

..149

Lampiran 12. Daftar

Lampiran 13. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Pra

Siklus .

Lampiran 14. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Afektif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Pra Siklus... Lampiran 15. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah

Psikomotorik Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Pra


(18)

commit to user

xviii

Lampiran 16. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Siklus I Lampiran 17. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah

Kognitif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Siklus II Lampiran 18. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah

Afektif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Siklus I Lampiran 19. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah

Afektif Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Siklus II Lampiran 20. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah

Psikomotorik Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Siklus I

Lampiran 21. Daftar Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Ranah Psikomotorik Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Siklus II


(19)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti maha luas menurut Ishak Abdulhak (2006: 46) adalah sebagai keseluruhan pengalaman belajar ssetiap orang sepanjang hidupnya. Selain itu dalam pengertian maha luas tempat berlangsungnya pendidikan tidak terbatas dalam satu jenis lingkungan hidup tertentu dalam bentuk lingkungan hidup manusia. Dalam arti sempit pendidikan adalah (Ishak Abdulhak, 2006 :49) sekolah atau persekolahan (schooling). Sedangkan pengertian sekolah adalah lembaga pendidikan formal ssebagai salah satu rekayasa dari peradaban manusia, di samping keluarga, dunia kerja, negara dan lembaga keagamaan. (Ishak Abdulhak, 2006 :49). Pendidikan menurut Undang- Undang Sitem Pendidikan Nasional Nomor 2 definisi pendidikan tersurat dalam pasal 1 ayat (1) dalam untuk mempersiapkan peserta didikmelalui kegiatan pengajaran, bimbingan, dan/atau

Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini demikian pesatnya, sejalan dengan laju teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan pendidikan yang cukup pesat ini juga ditopang oleh usaha pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa melakukan pembenahan sistem pendidikan kita. Dengan harapan agar dapat dicapai hasil tamatan yang cukup baik, tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas, termasuk pembenahan sistem pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar adalah tempat pengalaman pertama yang memberikan dasar pembentuk kepribadian individu. Sehubungan dengan hal itu guru perlu membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan, dan keterampilan dasar yang cukup sebagai landasan untuk mempersiapkan pengalamannya pada jenjang yang lebih tinggi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan sekolah dasar dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional berusaha memperbaiki bidang pendidikan yang meliputi kurikulum, guru dan proses pengajaran. Ketiga hal tersebut merupakan


(20)

commit to user

2 variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan di sekolah (Nana Sudjana, 1993:1). Menurut Isjoni (2009: 13) ada tiga komponen utama yang perlu diperbarui dalam bidang pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka dalam upaya pencapaian tujuan belajar, tugas dan fungsi guru sangat penting. Guru harus dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang aman dan nyaman sehingga siswa dapat aktif dan tertarik terhadap sekolah khususnya terhadap materi yang diajarkan. Hal ini menyangkut kepada bagaimana teknik atau metode menyampaikan materi.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi di dalam proses belajar dibutuhkan suatu keaktifan belajar karena dapat menyebabkan terjadinya suatu kegiatan yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi diri siswa. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2010:79) mengungkapkan bahwa taksonomi tujuan pendidikan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan tersebut terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap anak didik, sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu. Dewasa ini banyak guru yang masih terbiasa dengan cara mengajar monoton. (Isjoni & Ismail, 2008 : 149)

Penerapan Model pembelajaran yang paling efektif dalam proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Pentingnya faktor guru dan siswa dapat diruntut melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.


(21)

commit to user

Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran, guru perlu memahami hal-hal yang mempengaruhi proses belajar siswa, baik yang menghambat maupun yang mendukung. Selain itu, guru harus memahami tentang model atau strategi pembelajaran yang efektif yang dapat membantu siswa agar dapat belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Menurut H. Isjoni (2009:72) Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

Merupakan salah satu kompetensi guru dalam memilih cocok untuk kondisi siswa, kelas dan lingkungan tempat belajar, di samping juga sesuai dengan tujuan pengajaran. Bagaimanapun juga pemilihan metode mengajar dan model pembelajaran yang dipilih guru tidak bisa lepas dari teori-teori belajar yang digunakan murid. Hal-hal yang mempengaruhi gairah belajar pun harus diketahui guru dalam menentukan metode atau model pembelajaran karena salah satu tugas mengajar sendiri adalah untuk membantu murid dalam belajar. Motivasi belajar siswa tidak saja tumbuh dengan sendirinya, tetapi selalu dipengaruhi pula oleh meodel pembelajaran yang digunakan guru. Seorang siswa akan merasa malas belajar karena terus menerus mendapat ceramah dari gurunya atau siswa tidak bisa memanfaatkan waktu untuk belajar. Kesiapan dalam menerima materi merupakan pertimbangan bagi guru demi lancarnya proses belajar mengajar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka agar belajar mengajar lebih hidup dan bergairah diusahakan terjadi komunikasi dua arah antara murid dengan murid ataupun murid dengan guru. Murid dengan segala kesiapannya akan bertanya atau bahkan mengkritisi terhadap apa yang telah dipelajarinya dan pada kesempatan itu pula guru dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan ketika menyampaikan materi.

Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencampaian tujuan pengajaran. Salah satu Model pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Hamruni (2009:162) Pembelajaran kooperatif merupakan stategi pembelajaran kelompok yang akir-akir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan. Dalam prakternya semua


(22)

commit to user

4 model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut: pertama, semakin kecil upaya yang dilakukanguru dan semakin besar

aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. Kedua, semakin ssedikit waktu

yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik.

Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. Kempat, dapat

dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelima, tidak ada satupun metode yang

paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada (Hasan,1996).

Berdasarkan hasil observasi dan informasi guru kelas V SD Negeri Jipang 02 umumnya, siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 hasil belajar IPA pokok bahasan gaya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar ranah kognitif pada pokok bahasan gaya hanya 5 siswa dari 26 siswa kelas V atau sekitar 19,2% siswa yang nilainya sama atau diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk nilai mata pelajaran IPA adalah 70 (lampiran 13). Hasil observasi hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siswa kelas V ranah afektif 38,5% atau 10 siswa yang mendapat keterangan baik/amat baik atau nilai 70 (lampiran 14). Hasil observasi hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siswa kelas V ranah psikomotorik 30,8% atau 8 siswa yang mendapat keterangan baik/amat baik atau nilai 70 (lampiran 15).

Banyak faktor yang mempengarui rendahnya hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siwa kelas V SD Negeri Jipang 02 antara lain: metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam mengajar IPA pokok bahasan gaya kurang inovatif, kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar IPA pokok bahasan gaya, kurangnya sumber belajar yang relevan, dalam pembelajaran IPA, guru tidak menggunakan media pembelajaran saat pembelajaran IPA pokok bahasan gaya, kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan, kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa ketika belajar di rumah, lingkungan belajar yang kurang mendukung dalam pembelajaran IPA karena ruang kelas V SD Negeri Jipang 02 dekat dengan jalan.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam


(23)

commit to user

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Keungulan Pembelajaran kooperatif (Hamruni, 2009: 170-171) sebagai suatu model adalah sebagai berikut: 1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata (verbal) dan membandingkanya dengan ide-ide orang lain. 3) Menumbuhkan sikap respek pada orang laim, menyadari akan segala keterbatasanya, dan bersedia menerima segala perbedaan. 4) Membantu memperdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar. 5) Meningkatkan prestasi akademik dan kemanpuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal, ketrampilan mengelola waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) mengembangkan kemampuan untuk menguji ide pemahaman siswa sendiri, serta menerima umpan balik. Siswa dapat menerapkan teknik pemecahan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tangungjawab kelompoknya. 7) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi nyata (riil). 8) Meningkatkan


(24)

commit to user

6 motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, dan ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran

yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan (Suyitno, 2002:9). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Dimana siswa yang pandai dijadikan ketua kelompok yang akan membimbibg dan membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Slavin (Widdiharto, 2006: 19) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Rendahnya hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siwa kelas V SD Negeri Jipang 02 merupakan masalah yang harus segera diatasi, karena jka tidak segera diatasi akan mengakibatkan pada rendanya nilai IPA siswa kelas V SD Negeri Jipang 02. Rendahnya nilai IPA siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 juga akan berpengaruh terhadap nilai rata-rata semester. Rendahnya hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siwa kelas V SD Negeri Jipang 02 juga akan membuat siswa mengalami kesulitan pada materi IPA selalanjutnya.

Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang

Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (team assisted

individualization) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Jipang 02 Kecamatan


(25)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi permasalahanya, antara lain sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPA (Ilmu Penetahuan Alam) pokok bahasan gaya siswa kelas V

SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan rendah.

2. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas V SD Negeri Jipang 02

kabupaten Groogan saat pembelajaran IPA pokok bahasan gaya kurang inovatif.

3. Kurangnya minat siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan

dalam pembelajaran IPA (Ilmu Penetahuan Alam) pokok bahasan gaya.

4. Dalam pembelajan IPA (Ilmu Penetahuan Alam) pokok bahasan gaya guru

kelas V SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan kurang menggunakan media yang inovatif.

5. Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran IPA (Ilmu Penetahuan Alam)

pokok bahasan gaya di SD Negeri Jipang 02 kabupaten Groogan.

6. Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaaran IPA (Ilmu Penetahuan

Alam) pokok bahasan gaya di SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan.

7. Belum digunakanya model pembelajaran kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

Individualization)

8. Lingkungan belajar yang kurang mendukung saat pembelajaran IPA karena

letak ruang kelas V SD Negeri Jipang 02 kabupaten Grobogan dekat jalan raya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka peneliti memberi batasan masalah sebagain berikut :

1. Hasil belajar IPA khusus pokok bahasan gaya siswa kelas V SD Negeri


(26)

commit to user

8

2. Pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization).

D. Rumusan Masalah

Dalam setiap penelitian suatu masalah diperlukan adanya kejelasan dari masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam hal ini diperlukan rumusan sehingga tidak terjadi kesalahan. Berdasarkan hal tersebut kemudian dirumuskan pokok pembahasan sebagai berikut:

Apakah dengan penggunaan model pembelajaran koooperatif tipe TAI

(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar IPA khusus

pokok bahasan gaya bagi siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

Meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya siswa kelas V SD Negeri Jipang 02 kecamatan Penawangan kabupaten Grobogan Grobogan melalui

model pembelajaran koooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Digunakan sebagai model pembelajaran alternatif dalam pelajaran IPA (ilmu Pengetahuan Alam) yang berkaitan dengan pokok bahasan gaya dan menambah wawasan baru mengoptimalkan prestasi belajar IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam) melalui model pembelajaran koooperatif tipe TAI (Team

Assisted Individualization)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Menigkatkatnya hasil belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) pada


(27)

commit to user

2) Meningkatnya keaktifan siswa terhadap pembelajaran IPA (Ilmu

pengetahuan Alam) pada pokok bahasan gaya.

b. Bagi guru

1) Meningkatnya kemampuan guru dalam menggunakan model

pembelajaran kooperatif TAI (Team Assisted Individualization).

2) Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)

3) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam

menyampaikan pokok bahasan gaya pada siswa.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatnya kualitas pembelajaran pokok bahasan gaya baik proses

maupun hasil dalam pelajaran IPA (Ilmu pengetahuan Alam)

2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta


(28)

commit to user

10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Hasil Belajar IPA

a. TinjauanTentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ada beberapa pendapat tentang ilmu pengetahuan alam yang diajukan oleh bebapa ahli, antara lain IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan

henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan

Menurut Abdullah

diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. menurut dekdipbud dalam Ensiklopedi Indonesia (1991 : 482) dalam Sadiman(2008: 7) yang dinyatakan bahwa :

Ilmu pengetahuan alam disebut juga sebagai ilmu-ilmu alam( yang berasal dari bahasa latin dari kata realita yang berarti nyata) adalah kelompok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk merumuskan paham-paham dan hukum-hukum tersebut. Ilmu ini dibedakan dua kelompok yaitu: pertama, ilmu-ilmu yang berpokok pada ilmu hayat(biologi). Kedua ilmu-ilmu alam yang menyelidiki tentang alam yang tidak bernyawa, yang meliputi ilmu fisika, ilmu kimia dan ilmu bintang.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar ( 1994 :58 ) Garis-Garis Besar program Pengajaran (GBPP) Kelas V Sekolah Dasar dinyatakan : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasandan konssep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengamalan melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan- gagasan.


(29)

commit to user

Menurut Larasati (http:/www.scribd.com/doc/17087298

/Karakteristik -Pembelajaran-IPA-SD) di unduh 29 Desember 2010, IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan

pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun,

gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro dan Jenny dalam http:// www.scribd.com/doc /17087298 /Karakteristik

Pembelajaran-IPA-SD di unduh 29 Desember 2010, ucapan Einstein: Science is the atempt to

make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a

logically uniform system of thought, mempertegas bahwa IPA adalah suatu

bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.

Dari beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia tentang alam dan gejala gejalanya yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur (observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori), sistematis, bermetode ilmiah, berobjek pada makluk hidup/ilmu hayat dan tentang alam yang tidak bernyawa, bersifat teoritis dan berlaku secara universal.

2) Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 58) Garis Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam adalah sebagai berikut :

a) Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains,


(30)

commit to user

12

b) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c) Mengembangkan pemahaman dan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d) Mengembangkan kesadaran peran dan pentingnya sains dalam

kehidupan sehari-hari

e) Mengalihgunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman kepada

bidang lainya (pembelajaran terpadu).

f) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan

alam.

g) Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.

Maksud dan tujuan tersebut adalah agar anak didik memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dari lingkungan buatan dengan melalui pengamatan-pengamatanagar anak tidak buta mengenai pengetahuan dasar akan IPA.

Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis kompetensi (2006) dalam (Leo Sutrisno, dkk, 2008:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

a) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.

c) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

d) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.


(31)

commit to user

3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut GPBB (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) IPA Sekolah Dasar ruang lingkup mata pelajara IPA mencakup :

a) Makluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya.

b) Materi sifat-sifat dan kegunaanya meliputi udara, air, tanah dan

batuan.

c) Listrik, magnet, energi, panas, gaya, pesawat sederhana, cahaya ,

bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainya.

d) Kesehatan, makanan dan pencegahanya

e) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestarian.

Di dalam penelitian ini penulis akan mengkaji konsep-konsep pengembangan Ilmu penetahuan IPA kelas V pokok bahasan gaya antara lain :

a) Pengaruh gaya

Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar kita mendapati kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Pada saat kita membuka atau menutup pintu kita telah melakukan gaya yang berupa dorongan dan tarikan. Selain itu, pada saat kamu bermain kelereng kamu tentu dapat menggerakkan kelereng dengan menggunakan salah satu jari tanganmu. Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Pada saat kamu menendang bola maka bola akan bergerak dan berubah arahnya. Gaya pada benda juga mengakibatkan benda berubah bentuk. Sebagai contohnya, ketika kamu bermain dengan plastisin kamu

dapat membuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan

menyebabkan bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan.


(32)

commit to user

14

b) Macam-macam gaya

(1)gaya Gesek

(2)Gaya Gravitasi

(3)Gaya Magnet

c) Keuntungan dan kerugian gaya gesek

Manfaat gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa manfaat gaya gesekan yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.

(1)Membantu benda bergerak tanpa tergelincir. Kita dapat berjalan

di atas lantai karena adanya gaya gesekan, antara sepatu dengan lantai yang meyebabkan kita tidak tergelincir saat berjalan. Selain itu, permukaan aspal jalan raya dibuat agak kasar. Hal ini bertujuan agar mobil tidak slip ketika bergerak di atasnya. Adanya gesekan antara ban dan aspal menyebabkan mobil dapat bergerak tanpa tergelincir.

(2)Menghentikan benda yang sedang bergerak, misalnya rem pada

sepeda. Rem pada sepeda digunakan agar sepeda yang kita naiki dapat berhenti ketika sedang bergerak. Gesekan antara karet rem dengan peleg membuat laju sepeda akan semakin lambat ketika di rem.

Kerugian gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki manfaat, gaya gesekan juga memiliki kerugian. Berikut beberapa kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari.

(1) Menghambat gerakan, gaya gesekan menyebabkan benda yang begerak akan terhambat gerakannya. Adanya gesekan antara ban sepeda dengan aspal membuat kita harus mengayuh sepeda dengan tenaga yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa gaya gesekan menghambat gerakan suatu benda.

(2) Menyebabkan aus, ban sepeda kita menjadi gundul atau sepatu yang kita pakai untuk sekolah bagian bawahnya menjadi tipis


(33)

commit to user

diakibatkan oleh gesekan antara ban atau sepatu dengan aspal.

Jadi, gesekan menyebabkan benda-benda menjadi aus.

4) Evaluasi Dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui hasil dari proses belajar mengajar, yang bertujuan untuk mengetahui tingat kemajuan yang telah dicapai siswa. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran (http://www.slideshare.net/smpbudiagung/rancangan-penilaian-hasil-belajar) diunduh 25 maret 2011.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

Evaluasi dapat diadakan di akhir kegiatan belajar mengajar ataupun saat kegiaatan belajar mengajar berlangsung. Tujuan Evaluasi dalam pembelajaran adalah : a). Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa. b). mengetahui tingkat keberhasilan PBM. c). menentukan tindak lanjut hasil penilaian. d). memberikan pertanggung jawaban (accountability).

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran IPA harus mengukur

tiga aspek atau ranah sesuai taksonomi Bloom yaitu : a) Ranah

kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian. b). Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c). Ranah psikomotor, meliputi keterampilan


(34)

commit to user

16

motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular

menghubungkan,mengamati.(http://indrhttp://ulfiarahmi.wordpress.co m/evaluasi-hasil-belajar) diunduh 25 maret 2011.

b. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Di kalangan ahli psikologi terdapat keberagaman dalam cara

menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning).

a) Gagne dan Berliner (Anni, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar

merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

b) Morgan (Anni, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar merupakan

perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

c) Hilgard dan Bower (Dalyono, 2005:211) mengemukakan bahwa belajar

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

d) Witherington (Dalyono, 2005:211) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.

Dari beberapa pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang dan perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian, terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan


(35)

commit to user

atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya) yang bersifat permanent.

Menurut Anni (2006: 5) Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Perolehan aspekaspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Anni, 2006: 5).

Menurut vesta dan Tompson dalam Abin Syamsudin (1998 : 27),

hasil belajar adalah perubahan secara visual perilaku atau pribadi tersebut pada prinsipnya dapat digambarkan pada gambar 1 sebagai berkut :

Gambar 1. Gambar perubahan atau pribadi menurut Vesta dan Tompson. Keterangan:

X : Siswa belum memukan dan memiliki ketrampilan awal atau pengetahuan awal sebelum belajar.

Y : Pengetahuan dan ketrampilan awal siswa sebelum belajar Z : Sifat kepribadian tertentu yang dimiliki individu yang tidak

dikehendaki misalnya kebiasaan merokok, berkelahi, emosional dll pada individu sebelum belajar.

X1: Penemuan informasi atau penguasaan suatu ketrampilan yang telah ada

Perilaku pribadi sebelum belajar (learning)

X = 0 Y = 1 Z = 1

Pengalaman praktik, latihan (Learning experiences)

Perilaku pribadi setelah belajar

X1 = X + 1 = 1 Y1 = Y + 1 = 2 Z1 = Z 1 = 0


(36)

commit to user

18 Y1: Penambahan atau perkayaan dari informasi atau

pengetahuan atau ketrampilan yang telah ada

Z1: Merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku tertentu yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok, ekspresi marah, takut dan sebagainya)

Perubahan itu mungkin meerupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu ketrampilan yang telah ada, seperti kasus X pada gambar diatas ( Hilgard, 1948:4) dalam Abin Syamsudin (1998 : 27). Mungkin pula bersifat penambahan atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau ketrampilan yang telah ada seperti kasus Y pada gambar diatas( Hilgard,

1948:4) dalam Abin Syamsudin (1998 : 27). Bahkan, mungkin pula

merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku tertentu yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok, ekspresi marah, takut dan sebagainya) seperti kasus perilaku atau sifat

kepribadian Z pada gambar diatas (Woodwort & Mawquis, 1957) Abin

Syamsudin(1998 : 27).

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam (http://indrhttp://ulfiarahmi. wordpress.com/ evaluasi- hasil- belajar), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Menurut Oemar Hamalik dalam (http:// hasil-belajar-pengertian-dan-definisi), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami seseorang atau


(37)

commit to user

pembelajar perubahan tersebut dapat berupa penemuan informasi atau penguasaan suatu ketrampilan yang telah ada, penambahan atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau ketrampilan yang telah ada, Merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku tertentu yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok, ekspresi marah, takut dan sebagainya). Perubahn tersebut juga dapat di pandang dari aspek guru dan siswa dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar sedand dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

2) Klasifikasi Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang biasanya disebut sebagai hasil belajar.

Belajar dan mengajar sebagai aktifitas utama disekolah meliputi 3 unsur yaitu: tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut Sudjana (2005: 22) Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah,yaitu: ranah kognitif, afektif, dan Psikomotorik.

a) Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2005: 22).Ranah kognittif tersebut yaitu : (1) Pengetahuan, seperti mengingat atau menghafal. (2) Pemahaman, seperti menginterpretasikan. (3) Aplikasi,


(38)

commit to user

20 menggunakan konsep untuk memecahkan masalah. (4) Analisis, menjabarkan suatu konsep. (5) Sintesis, menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh. (6) Evaluasi, membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya. (Suciati & Irawan, 2001: 16)

b) Afektif

Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.Ada lima tingkatan dalam ranah afektif yaitu : (1) Pengenalan, ingin menerima sadar akan adanya sesuatu. (2) Merespon, aktif berpartisipasi. (3) Penghargaan, menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu. (4) Pengorganisasian, menghubungkan nilai-nilai yang dipercayai. (5) Pengalaman, menjadikan nilai-nilai bagian dari pola hidup. (Suciati & Irawan, 2001: 17).

c) Psikomotorik

Hasil belajar Psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Berkenaan dengan ranah psikomotorik dibagi menjadi lima yaitu : (1) Peniruan, menirukan gerak. (2) Penggunaan, menggunakan konsep untuk melakukan gerak. (3) Ketepatan, melakukan gerak dengan benar. (4) Perangkaian, melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar. (5) Naturalisasi, melakukan gerak secara wajar. (Suciati & Irawan, 2001: 16)

Taksonomi Bloom, seperti yang telah kita ketahui berhasil memberi inspirasikepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teoti belajar dan pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksonomi ini banyak membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar yang lebih mudah dipahami, oprasional serta dapat diukur. (Suciati & Irawan, 2001: 17)


(39)

commit to user

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

a. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapanya, model pembelajaran harus diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa, karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.

Menurut Dahlan (1990) dalam Isjoni (2009: 72), model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan pemberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Salah satu model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar diskusi, saling membantu dan mngajak satu sama lain

untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif

mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi/masalah dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif banyak dignakan untuk

mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat kepada siswa (student center), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model pembelajaran ini terbukti dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa lainnya dan saling belajar mengajar dengan siswa lainya.

Menurut Slavin (2005 : 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam


(40)

commit to user

22 kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat ini dan menutup kesenjangan pengetahuan dalam masing-masing.

Menurut Slavin (1995) dalam Isjoni (2009 :22) mengemukakan,

tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistam belajar dan bekerja secara kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Menurut Isjoni (2009: 20) pembelajaran kooperatif di definisikan sebagai suatu pendekatan mengajar dimana murid bekerjasama diantara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru.

Menurut H. Hamruni (2009: 162) pembelajaran kooperatif

merupakan strategi pembelajaran yang menerapkan sistem

pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang memounyai latar belakang dan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)

Menurut (Henny, 2003:20) dalam http://matematikacerdas. wordpress.com /2010/01/28/ model- pembelajaran-kooperatif- tipe- tai- team- assisted- individualization/ pembelajaran kooperatif merupakan stategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam memahami suatu bahan ajar.

Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu


(41)

commit to user

model pembelajaran dimana sistam belajar dan bekerja secara kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif bekerjasama diantara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru. Dengan tujuan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat ini dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing, mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses.

2) Sasaran Pembelajaraan Kooperatif

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan

partisipasi dan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat cara meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temanya secara dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000) dalam (Isjoni, 2009: 39) yaitu:

a) Hasil Belajar Akademik

Dalam pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki hasil belajar siswa atau tugas-tugas akademis penting lainya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model telah menunjukan, modal stuktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.


(42)

commit to user

24

b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuanya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui sruktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Guru bertanggungjawab untuk mengembangkan kemampuan siswa, karena itu perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kelas diusahakan tida menghambat dalam mewujudkan interaksi sosial yang efektif diantara siswa. Hubungan persahabatan antara beberapa orang siswa dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. (Isjoni, 2009: 41)

c) Pengembangan Ketrampilan Sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah

mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi. Ketrampilan ini amat penting dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dialami bangsa ini dalam mengatasi masalah- masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi para peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global dan memenangkan persaingan tersebut. (Isjoni, 2009: 41). Era global ditandai dengan persaingan dan kerjasama disegala aspek kehidupan mempersyaratkan siswa memiliki ketrampilan sosial. Kertampilan serta sikap positif sosial sebagai anggota masyarakat lokal maupun global yang demokratis dapat dikembangkan lebih lanjut melalui pembelajaran kooperatif. Dengan demikian peserta didik mendapatpatkan makna dan manfaat praktis dari setiap proses pembelajaran tersebut.


(43)

commit to user

3) Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja

kelompok, oleh sebab itu banyak guru mengatakan tidak ada suatu yana aneh dalam pebelajaran kooperatif, karena mereka menganggap telah biasa menggunakanya. Walaupu pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok disebut pembelajaran kooperatif.

Bennet (1995) dalam Isjoni (2009: 60) menyatakan ada lima unsur

dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu

a) Positive Interdependence, yaitu hubugan timbal balik yang didasari

adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

b) Interaction face to face, yaitu interaksi yang lagsung terjadi antar siswa

tanpa adanya perantara.

c) Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

anggota kelompok. Hal tersebut, dapat memotivasi siswa

untukmembantu temanya, karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota kelompok lebih kuat pribadinya.

d) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,

mengembangkan kemampuan antar kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

e) Meningkatkan ketrampilan kerja dalam memecahkan masalah (proses

kelompok).

Kemudian Isjoni (2009: 27) menyebutkan pembelajaran kooperatif

mempunyai cirri-ciri yaitu: a) setiap anggota memiliki peran, b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, c) setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d) guru membantu mengembangkan ketrampila-ketrampilan interpersonal


(44)

commit to user

26 kelompok dan e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

4) Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009 : 73), dalam pembelajaran kooperatif terdapat

beberapa variasi model yang dapat diterapkan , yaitu :

a) Student Team Achievement Division (STAD)

b) Jigsaw

c) Teams Games Tournaments (TGT)

d) Group Investigation (GI)

e) Rotating Trio Exchange

f) Group Resume

Sedangkan menurut Suyitno (2004: 37), pembelajaran kooperatif di bagi kedalam enam tipe yaitu:

a) STAD (Student Teams Achievement Divisions).

b) TGT (Teams Games Tournament).

c) TAI (Teams Assisted Individualization).

d) Jigsaw e) Jigsaw II

f) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).

b. Tinjauan Tentang TAI (team asisten individual)

1) Pengertian TAI

TAI singkatan dari Team Assisted Individualization. TAI termasuk

dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan


(45)

commit to user

kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam

kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat

mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

(Suyitno, 2002:9) model pembelajaran kooperatif tipe TAI

merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.

Slavin (Widdiharto, 2006: 19) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Slavin (2005 : 189) TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan


(46)

masalah-commit to user

28 masalah yang membuat pengajaran individual menjadi tidak efektif, dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain, dan saling mendorong untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen.

Dalam (http://matematikacerdas. wordpress.com /2010/01/28/

model- pembelajaran-kooperatif- tipe- tai- team- assisted-

individualization/) model pembelajaran tipe TAI adalah menerapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan, dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain, dan saling mendorong untuk maju, menerapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah, maka guru dapat membebaskan diri dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual, memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.


(47)

commit to user

2) Komponen TAI

Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen (Suyitno, 2004: 8), kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4

sampai 5 siswa.

b) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat

rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok

dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

d) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan

oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.

e) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap

hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok.

g) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa.

h) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri

waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

3) Langkah-langkah Pembelajaran IPA Dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI

a) Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada

para siswanya dengan mengadopsi model pembelajaran TAI.


(48)

commit to user

30

c) model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran.

Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok.

d) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok.

Bila terpaksa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki para siswa.

e) Guru memberikan pre-test kepada siswa tentang materi yang akan

diajarkan (mengadopsi komponen placement test). Pre-test bisa

digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa.

f) Guru menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi komponen

teaching group).

g) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa

pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja

kelompok (mengadopsi komponen teams).

h) Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Dalam

hal ini, jika guru belum siap, guru dapat memanfaatkan LKS siswa. Dengan buku paket dan LKS, melalui kerja kelompok, siswa mengisi

isian LKS (mengadopsi komponen student creative).

i) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual

(mengadopsi komponen team study).

j) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap untuk

diberi ulangan oleh guru (mengadopsi komponen team scores dan team

recognition). Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan

hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada).

k) Pada saat guru memberikan tes, tindakan ini mengadopsi komponen


(1)

85

Gambar 17. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 02 Jipang Pokok Bahasan Gaya Ranah Kognitif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

5

18

22

0 5 10 15 20 25


(2)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Team assisted individualization) dapat meningkatkan :

1. Hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah kognitif pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang. Peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah kognitif pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team assisted individualization), yaitu: nilai rata-rata hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah kognitif pada siklus I nilainya 71,7 dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 76,1. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team assisted individualization)

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah kognitif pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang.

2. Hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah afektif pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang. Peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah afektif pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI(Team assisted individualization), yaitu: nilai rata-rata hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah kognitif pada siklus I nilainya 72,9 dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 76,2. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team assisted individualization)

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah afektif pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang.

3. Hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah psikomotorik pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang. Peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya pada


(3)

87 siswa ranah psikomotorik kelas V SD Negeri 02 Jipang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI(Team assisted individualization)), yaitu: nilai rata-rata hasil belajar IPA pokok bahasan gaya ranah psikomotorik pada siklus I nilainya 75,4 dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 76,4. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ((Team

assisted individualization) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok

bahasan gaya ranah psikomoyorik pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang 4. Kualitas proses pembelajaran IPA pokok bahasan gaya pada siswa kelas V SD

Negeri 02 Jipang. Peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA pokok bahasan gaya tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru dalam proses pembelajaran IPA pokok bahasan gaya dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team asissted individualization), yaitu: nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,7 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,7 dengan kriteria sangat baik. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Team assisted individualization) dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran IPA pokok bahasan gaya pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team

assisted individualization) dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan

gaya. Tindakan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2011 dan 10 Februari 2011, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2011 dan 17 Februari 2011. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) Membandingkan kecepatan jatuh dari dua buah benda (yang berbeda berat, bentuk dan ukuran) dari ketinggian tertentu; (2) Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan bebda jatuh ke bawah; (3) Mengelompokan benda-benda yang bersifat magnetis; (4) Memberi


(4)

contoh penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari; (5) Membuat magnet; (6) Mendeskripsikan medan magnet; (7) Membandingkan gerak benda pada perrmukaan benda yang berbeda-beda; (8) Menjelaskan berbagai cara memperkecil dan memperbesar gaya gesekan; dan (9) Menjelaskan manfaat dan kerugian gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, evaluasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team

assisted individualization) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan

gaya pada siswa kelas V SD Negeri 02 Jipang. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe TAI (Team assisted

individualization) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya

baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil penelitian ini juga memperkuat teori yang menyatakan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team assisted

individualization) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini juga

dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan model pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa.

Dari hasil rata-rata yang diperoleh bahwa dalam penelitian ini, hasil belajar IPA pokok bahasan gaya dan aktifitas atau kegiatan proses


(5)

89 pembelajaran menjadi meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA pokok bahasan gaya baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), interaksi dengan guru maupun kerjasama dengan siswa lain. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya hasil belajar IPA pokok bahasan gaya pada siswa kelas V SD Negeri 02 jipang juga meningkat.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, implikasi teoritis dari penelitian ini adalah ada peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Team assisted individualization).

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan model guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar terutama dalam pelajaranIPA pokok bahasan gaya. Hasil belajar IPA pokok bahasan gaya dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Team assisted individualization).

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan gaya. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team assisted individualization), pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar IPA siswa, pada pokok bahasan gaya yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus di atasi semaksimal mungkin.


(6)

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan

pembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team

assisted individualization) Bagi Guru

Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team assisted individualization) dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA

2. Bagi Siswa

a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan pendapat dan bekerjasama dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN SENDANG BATANG

1 11 217

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS III SDN 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009 2010

0 7 80

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MAJIR KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2009 2010

0 3 63

PENDAHULUAN Peningkatan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Accelerated Instruction) Kelas V Sdn Mojoluhur Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 6

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED Peningkatan Partisipasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas V SDN I Gonda

0 1 17

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED Peningkatan Partisipasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas V SDN I Gonda

0 2 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INFORMATION SEARCH KELAS V SDN 03 BLORONG TAHUN 2010/2011.

0 1 15

PENDAHULUAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INFORMATION SEARCH KELAS V SDN 03 BLORONG TAHUN 2010/2011.

0 1 6

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TAI BERBASIS INKUIRI.

0 1 28