membuat seseorang memiliki ingatan yang kuat dan transfer belajar menjadi lebih mudah.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada model pembelajaran resource based learning mencapai
ketuntasan klasikal. Oleh karena itu model pembelajaran resource based learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guru agar siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran sehingga mampu menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis.
4.2.2 Pembahasan Kualitatif
Disini akan membahas tentang hasil analisis yang telah dijelaskan sebelumnya tentang kemampuan komunikasi matematis ditinjau dari gaya belajar.
Pertama akan dibahas tentang kemampuan komunikasi matematis ditinjau dari gaya belajar auditorial, kedua kemampuan komunikasi matematis ditinjau dari gaya
belajar visual, dan yang terakhir tentang kemampuan komunikasi matematis ditinjau dari gaya belajar kinestetik. Pembahsan lebih lanjut disajikan sebagai
berikut.
4.2.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar Visual
Pada penelitian ini, subjek wawancara untuk kemampuan komunikasi matematis dengan gaya belajar visual adalah V-1 dan V-2. Hasil analisis yang telah
dilakukan dari pekerjaan dan hasil wawancara dari subjek V-1 dan V-2 secara umum mampu memenuhi keempat indikator kemampuan komunikasi matematis
yaitu indikator 1 sampai dengan indikator 3. Diantara kelima indikator kemampuan komunikasi matematis subjek dengan gaya belajar visual tersebut masih kurang
mampu memenuhi indikator 4 dan indikator 5.
Pada indikator 1 kemampuan komunikasi matematis subjek dengan gaya belajar visual dapat menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan dengan
lengkap. Pada Sehingga subjek dengan gaya belajar visual mampu menghubungkan benda nyata dalam ide-ide matematika.
Pada indikator 2 dari kemampuan komunikasi matematis subjek dengan gaya belajar visual dapat menggunakan simbol-simbol matematika dalam
menuliskan informasi yang diketahui dan mereka juga menggunakannya dalam menyelesaikan permasalahan. Pada proses penyelesaian masalah mereka
menggunakan simbol-simbol matematika dalam menuliskan rumus-rumus yang digunakan dengan lengkap. Hal tersebut sesuai dengan De Porter Hernacki
2015: 116 bahwa seseorang dengan gaya belajar visual biasanya akan lebih teliti dan detail.
Pada indikator 3 kemampuan komunikasi matematis siswa dengan gaya belajar visual dapat menggambarkan bangun yang sesuai ilustrasi soal disertai
dengan ukurannya. Terlihat dari V-1 dapat menggambarkan bangun kubus yang sesuai dengan kotak infaq dan dapat menggambar bangun kubus untuk
menggambarkan bangun yang sesuai dengan penampung air dan disertai dengan ukurannya. Begitu pula untuk subjek V-2 dapat menggambarkan bangun balok
untuk menyatakan bangun yang sesuai dengan bak truk dan menggambarkan bangun kubus untuk menyatakan bangun yang sesuai dengan penampung air dan
disertai dengan ukurannya. Mereka beranggapan bahwa gambar yang mereka buat akan memudahkannya dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Ozbas 2013: 53 dimana siswa dengan gaya belajar visual akan lebih
memilih alat bantu seperti gambar dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga siswa dengan gaya belajar visual mampu menjelaskan ide, situasi sehari-
hari dan relasi matematika, secara tertulis, dengan gambar. Pada indikator 4 kemampuan komunikasi matematis siswa dengan gaya
belajar visual dapat menuliskan rumus-rumus yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dan dapat menggunakan langkah-langkah dalam
menyelesaikan permasalahan disertai dengan hasil perhitungan yang benar. Terlihat bahwa subjek V-1 masih salah dalam menuliskan rumus mencari panjang rusuk
bagian dalam. Ia menuliskan “r
dalam
= r – x”, seharusnya adalah “r
dalam
= r – 2x”.
Sehingga walaupun V-1 benar dalam menuliskan rumus selanjutnya, hasil perhitungannya menjadi salah dikarenakan dari awal mengerjakan sudah salah
menuliskan rumus dan berakibat pada perhitungannya menjadi salah. Sedangkan untuk butir soal 4 V-1 benar dalam menuliskan rumus hanya saja ia salah dalam
melakukan pembulatan dan salah dalam mengevaluasi satuan di akhir pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan Deporter dan Hernacki 2015: 116
bahwa seseorang dengan gaya belajar visual akan melakukan suatu pekerjaan dengan teliti dan detail. Sehingga siswa dengan gaya belajar visual mampu
memahami dan mengevaluasi ide-ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari secara tertulis.
Siswa dengan gaya belajar visual masih kurang mampu pada indikator 5. Dimana indikator 5 tersebut meminta siswa agar dapat menyimpulkan
permasalahan yang telah mereka selesaikan. Siswa dengan gaya belajar visual kurang mampu menyimpulkan. Hal ini dikarenakan subjek dengan gaya belajar
visual masih salah dalam menuliskan hasil dan satuan pada simpulan yang dibuatnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Tiffani 2015: 16 bahwa
seseorang dengan gaya belajar visual kurang mampu mencapai simpulan akhir. Dari penjelasan tersebut sebaiknya guru dalam melakukan pembelajaran
selalu menghimbau siswa agar lebih teliti dan tidak terburu-buru dalam mengevaluasi ide-ide matematika seperti menentukan rumus kubus dan balok.
Misalkan saja guru dapat melakukan tanya jawab tentang rumus-rumus kubus dan balok saat kegiatan apersepsi. Selain itu juga mengingatkan siswa untuk
mencermati soal terlebih dahulu dalam mengerjakan, agar tidak salah dalam menuliskan langkah-lagkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
Guru juga harus membimbing siswa untuk selalu membuat simpulan yang benar di akhir pekerjaannya dengan cara selalu mengingatkan siswa saat pembelajaran dan
jika simpulan yang dibuat siswa masih kurang tepat, guru memberikan koreksi dan bersama-sama dengan siswa membuat simpulan yang benar.
4.2.2.2 Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar