ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa GCG dengan proksi kepemilikan institusinal, kepemilikan manajerial, dan dewan
komisaris independen
secara bersama-sama
tidak dapat
meminimalisir manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2012.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh GCG dengan Proksi Kepemilikan Institusional terhadap
Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil
Variabel GCG dengan proksi kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi atau r hitung sebesar 0,389 yang lebih besar dari r tabel 0,389 0,235 dan t
hitung sebesar 3,457 yang lebih besar dari t tabel pada tingkat signifikansi
5 yaitu sebesar 1,667 3,457 1,667. Selain itu, nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,001 juga menunjukkan nilai yang lebih kecil dari
nilai yang telah ditentukan pada tingkat 5, yaitu sebesar 0,05 0,0010,05.
Koefisien determinasi r
2
sebesar 0,151 berarti bahwa sebesar 15,1 variasi manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil dapat dijelaskan
oleh variabel GCG dengan proksi kepemilikan institusional, sedangkan
sisanya sebesar 100 - 15,1 84,9 dijelaskan oleh faktor lain. Nilai konstanta sebesar -0,043 berarti jika variabel GCG dengan proksi
kepemilikan institusional konstan kepemilikan institusional = 0 maka nilai manajemen laba
adalah sebesar -0,043. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muh. Arief Ujhiyanto dan Bambang Agus Pramuka 2007 dan Penelitian
Metta Kusumaningtyas
2012 menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan.
Penelitian Welfin I Guna dan Arleen Herawati 2010 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Selian itu penelitian ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada
current earnings
sehingga manajer akan terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis, seperti teori keagenan yang memberikan gambaran bahwa masalah manajemen laba
dapat diminimalisir dengan pengawasan melalui
good corporate governance
yang salah satunya adalah melalui kepemilikan saham oleh investor institusi. Selain itu, juga tidak sesuai dengan hasil temuan oleh
Cornett
et al
. 2006, yang menemukan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan investor institusional dapat
membatasi perilaku manajer. Hipotesis dalam penelitian ini ditolak yang karena pengukuran manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil
dimungkinkan tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang ada di Indonesia. Pengukuran untuk GCG melalui proksi kepemilikan
institusional tidak sesuai dengan keadaan perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini
2. Pengaruh GCG dengan Proksi Kepemilikan Manajerial terhadap
Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil
Variabel GCG dengan proksi kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi atau r hitung sebesar 0,169 yang lebih kecil dari r tabel 0,169 0,235 dan t
hitung mutlak sebesar 1,4 yang lebih kecil dari t tabel pada tingkat
signifikansi 5 yaitu sebesar 1,667 1,4 1,667. Selain itu, nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,166 juga menunjukkan nilai yang lebih
besar dari nilai yang telah ditentukan pada tingkat 5 0,166 0,05. Koefisien determinasi r
2
sebesar 0,029 berarti bahwa sebesar 2,9 variasi manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil dapat dijelaskan
oleh variabel GCG dengan proksi kepemilikan manajerial, sedangkan
sisanya sebesar 100 - 2,9 97,1 dijelaskan oleh faktor lain. Nilai konstanta sebesar 0,812 berarti jika variabel GCG dengan proksi
kepemilikan manajerial konstan kepemilikan institusional = 0, maka nilai manajemen laba
adalah sebesar 0,812.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Welfin I Guna dan Arleen Herawati 2010 dan penelitian yang dilakukan
oleh Hikmah Is’ada Rahmawati 2013 yang menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap manajemen laba. Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Muh. Arief Ujhiyanto dan Bambang Pramuka 2007 yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap mananajemen laba. Perbedaan hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena objek, periode penelitian dan jumlah sampel
penelitian yang berbeda. Selain itu, pendekatan dalam pengukuran manajemen laba juga berbeda.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis, seperti teori Jansen dan Mackling 1976, yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan dapat menyetarakan kepentingan pemegang saham dengan kepentingan manajemen, sehingga konflik kepentingan antara
pemegang saham dengan manajemen dapat dikurangi. Apabila manajemen hanya sebagai pengelola perusahaan tanpa memiliki perusahaan tersebut
maka manajemen termotivasi hanya memaksimalkan utilitasnya yang salah satunya dapat dilakukan dengan menajemen laba. Salah satu
motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba dikarenakan adanya rencana bonus yang akan diberikan, dimana manajer menginginkan
bonus yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teori akuntansi positif oleh
Watts dan Zimmerman 1986 dalam Belkaoui, 2006: 189, yaitu
Bonus Plan Hypothesis
atau hipotesis rencana bonus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor GCG dengan proksi
kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. Ketidaksesuaian antara hipotesis dan hasil penelitian
dimungkinkan karena manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil merupakan manajemen laba yang tidak jauh beda dengan kebijakan
manajer perusahaan dalam menjalankan strategi perusahaan untuk melakukan efisiensi. Selain itu, dimungkinkan perusahaan manufaktur
yang ada di Indionesia kurang merepresentasikan tindakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil.
3. Pengaruh GCG dengan Proksi Dewan Komisaris Independen
terhadap Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil
Variabel GCG dengan proksi dewan komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi atau r hitung sebesar 0,050 yang lebih kecil dari r tabel 0,050
0,235 dan t hitung mutlak sebesar 0,413 yang lebih kecil dari t tabel pada
tingkat signifikansi 5 yaitu sebesar 1,667 0,413 1,667. Selain itu, nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,681 juga menunjukkan nilai yang