Tiga Metafungsi Bahasa Halliday, 1985, 1994, dan 2004

2.7 Tiga Metafungsi Bahasa Halliday, 1985, 1994, dan 2004

Halliday memandang bahasa sebagai sumber untuk mengungkapkan makna. Bahasa merupakan sistem makna, yang dilengkapi dengan bentuk – bentuk yang digunakan untuk mewujudkan makna itu. Teorinya yang dikenal dengan Systemic Functional Linguitics LSF tidak lain adalah teori makna sebagai pilihan. Dengan teori ini, bahasa ataupun sistem semiotika lain dapat diinterpretasikan sebagai jaringan pilihan yang saling mengkait. Bahasa sendiri merupakan perangkat bagi ‘semiotic reality’ untuk hadir . Bahasa, dengan demikian, bukan sekadar memperhatikan realitas, tetapi sebagai kendaraan bagi kehadiran realitas itu sendiri sebagai makna yang dikandungnya. Kata wordings dengan demikian perangkat untuk ’mengada’ bagi reaalitas. Dengan kata lain bahasa adalah sistem semantik, sistem makna yang mengejawantah melalui kata – kata. Sistem makna ini mencakup butir – butir leksikal kosakata dan juga tatabahasa yang mengatur kata – kata itu agar dapat berfungsi untuk mewujudkan realitas makna sebagai tugas pokoknya Halliday, 1985, 1994, dan 2004. Realitas tersebut menyangkut semua pengalaman yang dapat diserap pikiran manusia. Melalui kata realitas itu dikemas, disusun, diorganisasikan, dan dibagikan atau disimpan sendiri dalam memori yang tersembunyi dalam simbol- simbol bahasa. Mengutip Hjelmslev, Hasan 2009; 2 meringkas fenomena tersebut dengan ungkapan “the world to be put in the word” untuk menjelaskan bahwa pengalaman sebagai substansi menguntungkan keberadaannya pada bentuk, yakni bahasa, dan pengalaman manusia hanya bisa hidup dalam bahasa itu. Universitas Sumatera Utara Artinya teori sistemik bahasa ini merupakan teori pilihan pada makna dan menjadi sarana untuk menafsirkn serangkaian pilihan – pilihan pengungkapan makna dalam bentuk teks. Karena sifat sistematiknya, teori ini melandaskan analisisnya pada perspektif semiotika sosial, yang memandang bahasa selalu hadir sebagai teks. Teks bukanlah semata – mata bentuk kata atau kalimat. Ketika kita menyusun teks, bukanlah kata – kata kalimat yang menjadi fokus kita, melainkan makna yang ingin kita hadirkan melaluinya. Jadi wujud kata dan kalimat itu ditentukan oleh makna – makna yang menjadi sentral dari teks itu. “Teks itu harus dikodekan dalam sesuatu untuk dikomunikasikan ; tetapi sebagai sesuatu yang mandiri, teks itu pada dasarya adalah satuan makna “Halliday Hasan,1985:14. Dengan demikian, teks dapat dianggap sebagai sebuah satuan semantik. Dan pengaturan dan pilihan kata – kata dalam sebuah teks sebagai sumber semantic bertujuan untuk mengungkapkan tiga makna metafungsional sebagai komponen fundamental dari makna bahasa. Ketiga metafungsi makna itu adalah makna ‘ ideasional’ atau reflektif, makna ‘interpersonal’ atau aktif, dan kombinasi keduanya, makna tekstual, yang menjalinkan relevansi bagi kedua makna sebelumnya. Untuk lebih jelasnya metafungsi yang telah disebutkan di atas maka kita dapat menjelaskanya satu per satu yaitu: 1. Makna ideasional merujuk pada teori pengalaman manusia, a theory of human experience, yakni bahwa makna ini memandang bahasa sebagai wujud representasi pengalaman manusia baik terhadap dunia Universitas Sumatera Utara eksternalnya maupun mikrokosmisdalamalam bathiniahdan pikirannya Halliday Matthiessen, 2004:29-30. Karenanya, makna ini terbentuk atas dua komponen makna eksperiensial dan makna logis. Makna atau fungsi bahasa ideasional tidak lain merujuk pada muatan fungsi bahasa sebagai ekspresi dan aktivitas dan fenomena – fenomena yang ada dalam lingkungan kehidupan manusia. Perwujudan makna ini tertuang secara primer pada satuan gramatikal klausa. Klausa dalam mengemban fungsi pengalamannya mewujudkan diri sebagai kendaraan untuk mewakili pola – pola realitas. Melalui bahasa, dalam hal ini klausa, manusia membangun gambaran mental atau konseptual mengenai realitas. Mekanisme ini berjalan sebagai sarana untuk memahami apa yang berlangsung baik yang ada dalam dirinya maupun di luar dirinya. Dimensi realitas sebagai pengalaman mencakup segala sesuatu yang tertangkap dengan inderanya dan juga abstraksi, emosi, alur berpikir yang semuanya berlangsung dalam dirinya sendiri Halliday, 1994:106. 2. Makna Interpersonal membelah fungsi bahasa sebagai bentuk interaksi, atau proses berbagi. Bahasa selalu hadir bukan hanya sebagai simbol realitas, tetapi selalu terikatpada pesona sumber, baik penutur maupun penulis, dengan pesona penerima, pendengar ataupun pembaca. Tidak satu tekspun yang hadir tanpa melalui sumber, dan teks tidak akan menjadi teks ketika teks itu hanya diciptakan tanpa pembaca yang menjadi target. Mudahnya, makna interpersonal ini Universitas Sumatera Utara mengangkat bahasa wujud komunikasi, yang lebih bersifat interaktif dan personal. Makna antar-personal bahasa berhubungan dengan berbagai interaksi antar-individu yang dilakukan melalui bahasa, seperti memberi dan meminta informasi, menawarkan sesuatu, mengungkapkan keraguan, ataupun menyampaikan pertanyaan. Makna ini merupakan makna tindak bahasa yang ditujukan pada orang lain. 3. Sementara Maknafungsi tekstual bahasa berfokus pada bahasa sebagai sistem pengungkap kedua makna sebelumnya. Fungsi ini merujuk pada bahasa sebagai bentuk yang mewakili makna, baik ideasional maupun interpersonal. Orang yang ingin mengungkap tempat terindah, kemudian menyusun fonem atau ortografi,”surga”. Ketika orang lain mendengar dan tidak yakin dengan apa yang didengar, ia akan dapat mengungkapkan interpersonalitas sekaligus ideasionalitasnya, dengan mewujudkan dalam pertanyaan, surga?”. Di sini jelas bahwa tindak bertanya itu mewujudkan ‘keinginan’ pribadi untuk memperoleh informasi. Wujud ideasionalnya muncul dari kata “surga” yang merupakan representasi dari konsep yang disepakati komunitas yang berbahasa Indonesia. Fungsi tekstual ini menjadi sarana bagaimana mewujudkan makna – makna secara efektif dan efisiensi melalui sistem bahasa. Secara sederhana realisasi tiga metafungsi dalam tataran tatabahasa digambarkan dalam tabel 1, yang memperlihatkan metafungsi keempat, logis, Universitas Sumatera Utara yang berwujud sistem rekursif dan cenderung diterangkan dalam bahasa melalui metafungsi pengalaman. Karena asosiasinya secara sistemik dan struktural dengan makna pengalaman itulah, Halliday menyatukan metafungsi pengalaman dan logika dalam satu wadah, makna ideasional Martin,1992:13. Komponen metafungsi bahasa ideasional, interpersonal, dan tekstual merepresentasikan organisasi bahasa dan hidup di dalam sistem semantik, leksikogramatika, dan fonologigrafologi bahasa. Sistem semantik terdiri atas makna dalam teks, sedangkan sistem leksikogramtika terdiri atas pengkataan dalam sintaksis, morfologi, dan leksis, dan sitem fonologigrafologi terdiri atas bunyitulisan dalam fonem grafem atau bunyihuruf. Tata bahasa beroperasi melalui nosi klausa dengan 3 set pilihan – pilihan dibuat untuk menciptakan klausa. Pilihan – pilihan tersebut dibuat oleh pencipta klausa melalui pilihan transitivitas, taksis, tema, dan modus. Sistem transitivitas, taksis, modus, dan tema direalisasikan dalam hubungan ideasional, tekstual dan interpersonal. Fungsi ideasional terdiri dari fungsi eksperensial dan logis direalisasikan oleh sistem klausa transitivitas dan fungsi logis direalisaskan oleh sistem klausa kompleks yaitu sistem taksis. Sementara itu fungsi tekstual direalisasikan dengan sistem tema-rema dan fungsi interpersonal direalisasikan dengan sistem modus. Transitivitas Taksis Klausa Tema Modus Gambar 2.7 Perangkat Pilihan dalam Klausa Universitas Sumatera Utara Dalam tatabahasa Tradisional TBT kalimat, frasa dan kata adalah unit bahasa tulis sedangkan dalam tatabahasa sistemik fungsional TLSF klausa, grup dan kata adalah unit bahasa tulis dan lisan. TLSF berbicara tentang klausa dan klausa kompleks daripada mengenai kalimat. Kalimat adalah unit bahasa tulis, bukan diterapkan kepada bahasa lisan. Bila orang bicara, dia tidak bicara dalam kalimat tidak kapital dan titik. Jika mentranskripsikan bahan bahasa dari rekaman video, orang menulis pesan direalisasikan secara gramatikal dalam klausa-klausa kompleks. Istilah ini dapat diterapkan baik kepada bahasa lisan maupun tulis.Itulah sebabnya TLSF cendrung menggunakan istilah klausa. Klausa didefinisikan sebagai unit gramatikal yang terbesar, dan klausa kompleks terdiri atas 2 atau lebih klausa yang berhubungan secara logika. Sebagai contoh: - Ibu mengajak ayah ke pesta, tetapi ayah menolaknya akibatnya ibu merajuk. Teks di atas adalah 1 kalimat diawali huruf besar dan diakhiri titik, namun secara unit gramatika terdiri atas 3 klausa seperti : Ibu mengajak ayah ke pesta tetapi ayah menolaknya Klausa ini disebut Klausa Kompleks akibatnya ibu merajuk. Universitas Sumatera Utara

2.8 Makna Pengalaman