Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan Kemampuan Menggosok Gigi
129 diperoleh subjek ARH dengan skor 70,31 dengan kriteria baik. Hasil
tersebut meningkat sebesar 7,81 dari kemampuan awal yaitu 62,5. Pada urutan ketiga diperoleh subjke ILP dengan skor 62,5 dengan skor baik.
Hasil tersebut meningkat sebesar 18,75 dari kemampuan awal yaitu 43,75.
Peningkatan kemampuan menggosok gigi pada ketiga subjek dapat dilihat dari kemampuan subjek dalam memegang sikat gigi, menyikat bagian
depan gigi dengan benar, menyikat bagian samping gigi dengan benar, menyikat bagian kunyah gigi dengan benar, menyikat bagian dalam gigi
meskipun masih membutuhkan bantuaan baik verbal maupun non verbal, menyikat gigi dalam bagian depan dengan benar, dan menyikat bagian lidah
dengan benar. Saat menyikat gigi bagian kanan juga subjek masih mengalami kesulitan dalam memposisikan tangannya, sehingga kadang sulit untuk
menjangkaunya. Pada kegiatan menuangkan pasta gigi salahsatu subjek masih belum mampu melakukannya dengan baik dan benar.
Hasil yang diperoleh pada tindakan siklus I menunjukan bahwa subjek ARH dan EPD telah mencapai KKM yang ditentukan sementara ILP belum
mencapai KKM yang ditentukan. Oleh karena itu perlu diadakannya pelaksanaan tindakan siklus II. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti dan guru, permasalahan yang terjadi pada siklus I adalah guru belum memberikan kesimpulan materi pada akhir pembelajaran,
kurang maksimalnya dalam penggunaan media boneka gigi, seharusnya
130 boneka dihadapkan kedepan untuk melatih tangan anak, salah satu subjek
kadang menolak untuk diberikan pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilaksanakan pada tindakan siklus II yaitu:
pemberian reeward kepada siswa untuk menarik perhatian siswa agar mau aktif dalam pembelajaran, perubahan posisi penggunaan media boneka gigi
yaitu boneka dihadapkan ke depan. Perbaikan yang dilakukan pada tindakan siklus II tersebut dapat meningkatkan kemampuan menggosok gigi anak
tunagrahita kategori sedang melalui media boneka gigi. Pada pasca tindakan siklus II, subjek ARH memperoleh skor 81,2 dengan kriteria sangat baik.
Hasil tersebut meningkat sebesar 18,7 dari kemampuan awal yaitu 62,5. Subjek EPD dengan skor 87,5 dengan kriteria sangat baik. Hasil tersebut
meningkat sebesar 36 dari kemampuan awal yaitu 51,5. Subjek ILP dengan skor 78,12 dengan kriteria baik. Hasil tersebut meningkat sebesar
34,37 dari kemampuan awal yaitu 43,75. Peningkatan kemampuan menggosok gigi pada ketiga subjek pada
tindakan siklus II dapat dilihat dari kemampuan subjek dalam memegang sikat gigi dan menuangkan pasta gigi dengan benar, menyikat bagian depan
gigi dengan benar, menyikat bagian samping gigi dengan benar, menyikat bagian kunyah gigi dengan benar, menyikat bagian dalam gigi meskipun
masih membutuhkan bantuaan baik verbal maupun non verbal, menyikat bagian gigi dalam bagian depan dengan benar, dan menyikat bagian lidah
dengan benar. Subjek sudah mampu menjangkau bagian-bagian gigi sebelah kanan.
131 Hasil skor kemampuan menggosok gigi pada penelitian ini
menunjukan bahwa kemampuan menggosok gigi pada anak tunagrahita kategori sedang kelas IV di SLB-C Rindang Kasih Secang dapat meningkat
setelah dilakukannya tindakan pada siklus I dan siklus II melalui media boneka gigi. Smaldino, et al 2012: 186-287 menyatakan bahwasanya media
tiga dimensi memiliki dapat digunakan untuk menggambarkan realisme dan tiga dimensi, menimbulkan minat yang bersifat multisensorik, memacu
kerjasama dan belajar koperatif. Sebagaimana pendapat Yeni Meimulyani dan Caryoto 2013: 16 bahwasanya anak tunagrahita sedang mempunyai daya
tangkap sangat lambat sehingga diperlukan alat peraga atau media untuk menarik minat anak dan supaya anak tidak cepat bosan karena mereka cepat
sekali bosan dalam menerima pelajaran. Berdasarkan data hasil observasi terhadap partisipasi siswa selama
proses pembelajaran melalui media boneka gigi adanya peningkatan skor pada siklus II apabila dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I mencapai
skor rata-rata 77,91 termasuk dalam kategori baik dan pada siklus II mencapai skor rata-rata 92,85 termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa penggunaan media boneka gigi dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, proses belajara mengajar juga menjadi
lebih menarik.
132