Perubahan Konstitusi Klasifikasi Konstitusi

b. susunan ketatanegaraan suatu negara c. pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan Bagir Manan dan Kuntara Magnar berpendapat bahwa lazimnya suatu UUD berisi: a. dasar-dasar mengenai jaminan terhadap hak-hak dan kewajiban penduduk atau warga negara. b. dasar-dasar susunan atau organisasi negara. c. dasar-dasar pembagian dan pembatasan kekuasaan lembaga-lembaga negara. d. hal-hal yang menyangkut identitas negara, seperti bendera dan bahasa nasional.

5. Nilai Konstitusi

Ada tiga jenis penilaian terhadap konstitusi yang berlaku di suatu negara, menurut Karl Loewenstein dalam bukunya “Reflection on the Value of Constitutions” 1 Normative value Nilai Normatif, apabila konstitusi itu resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum legal, tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. 2 Nominal Value Nilai Nominal, konstitusi itu menurut hukum berlaku tetapi kenyataannya tidak sempurna karena pasal-pasal tertentu dalam kenyataannya tidak berlaku. 3 Semantical Value Nilai Semantik, konstitusi itu secara hukum tetap berlaku tetapi dalam kenyataannya hanya sekedar untuk memberi bentuk dan tempat yang telah ada dan untuk melaksanakan kekuasaan politik.

6. Perubahan Konstitusi

Perubahan atau amandemen UUD memiliki banyak pengertian. Amandemen tidak saja berarti menjadi lain isi serta bunyinya, tetapi juga mengandung sesuatu yang merupakan tambahan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD yang sebelumnya tidak terdapat di dalamnya. Sri Soemantri berpendapat bahwa mengubah UUD berarti menambah, mengurangi, atau mengubah kata-kata dan istilah ataupun kalimat dalam UUD serta dapat berarti membuat isi ketentuan UUD menjadi lain dari semula melalui penafsiran. Taufiqurrohman mengklasifikasikan perubahan dalam tujuh istilah, yaitu: 1 Perubahan amendment 2 Perbaikan revision 3 Perubahan alteration 4 Perbaikan reform 5 Pergantian change 6 Modifikasi modified 7 Tinjauan review Perubahan suatu konstitusi pada dasarnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu perubahan secara materiil dan perubahan secara formal. Perubahan secara materiil dapat berbentuk penafsiran, perkembangan, sedangkan perubahan formal lazimnya ditentukan sendiri dalam UUD tersebut. Perubahan UUD melalui penafsiran dilakukan melalui: 1 Beberapa kekuatan yang bersifat primer; 2 Perubahan yang diatur dalam konstitusi; 3 Penafsiran secara hukum; 4 Kebiasaan dalam bidang ketatanegaraan. Ada dua sistem perubahan konstitusi, yaitu renewal dan amandemen. Renewal pembaruan adalah perubahan konstitusi secara keseluruhan. Sistem ini dianut oleh negara Eropa Kontinental Belanda, Jerman dan Prancis. Amandemen perubahan adalah suatu konstitusi diubah tetapi konstitusi yang asli tetap berlaku. Amandemen merupakan bagian yang menyertai konstitusi awal. Sistem ini hanya dianut oleh negara AngloSaxon AS.

7. Klasifikasi Konstitusi

Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitutions” tahun 1975, ahli hukum Inggris yakni K.C. Wheare, C.F. Strong dan James Bryce menyebutkan klasifikasi konstitusi sebagai berikut. 1 Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis Written Constitution and Unwritten Constitution Konstitusi tertulis dituangkan dalam suatu dokumen atau beberapa dokumen formal. Misalnya konstitusi Denmark dituangkan dalam 2 dokumen, yaitu Constitution of the Kingdom of Denmark Act dan Constitution of the succession of the throne Act. Sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak dituangkan dalam dokumen formal. Negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis adalah Inggris dan Selandia Baru. 2 Konstitusi Fleksibel dan Rigid Flexible dan Rigid Constitutions Konstitusi fleksibel adalah konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok yaitu: a. sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah. b. dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah UU. Konstitusi rigid adalah konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok yaitu: a. memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi. b. hanya dapat diubah dengan cara khususistimewa. 3 Konstitusi Derajat Tinggi dan Derajat Tidak Tinggi Supreme and not Supreme Constitution Konstitusi derajat tinggi adalah konstitusi yang memiliki kedudukan tertinggi dalam negara tingkatan pertama dalam perundang-undangan. Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusi yang tidak memiliki kedudukan seperti konstitusi derajat tinggi. 4 Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan Federal and Unitary Constitution Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal pusat dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintahan pusat. 5 Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan Parlementer President Executive and Parlementary Constitution Konstitusi dalam sistem pemerintahan presidensial memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki kedudukan sebagai kepala pemerintahan. b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih. c. Presiden tidak memegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan diadakannya pemilihan umum. Konstitusi dalam sistem pemerintahan parlementer memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Kabinet dipimpin oleh seorang perdanan menteri yang dibentuk berdasarkan kekuataan yang menguasai parlemen. b. Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari anggota parlemen. c. Presiden dengan nasihat perdana menteri dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakan pemilihan umum.

B. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia