11 Jalan datar, tanpa perkerasan, kering
0.05 0.04
Landasan tanah keras 0.10
0.04 Landasan tanah gembur
0.12 0.05
Landasan tanah lunak 0.16
0.09 Kerikil, tidak dipadatkan
0.15 0.12
Pasir. Tidak dipadatkan 0.15
0.12 Tanah basah, lumpur
- 0.16
Sumber: Rocmanhadi 1992 2.6.1.2
Tahanan kelandaian Jika suatu kendaraan bergerak melaui suatu tanjakan, maka diperlukan
tenaga traksi tambahan sebanding dengan besarnya landai tanjakan, demikian pula jika menurun, akan terjadi pengurangan tenga traksi, hal ini terjadi karena adanya
pengaruh gravitasi. Dengan demikian tahanan kelandaian adalah tahanan yang akan diderita oleh setiap alat yang mendaki dikarenakan pengaruh gravitasi bumi.
Tahanan ini akan berubah menjadi bantuan apabila jalur menurun. Tahanan kelandaian
= W x k 2.6.1.3
Beban total Beban total adalah jumlah beban atau tahanan yang harus diatasi oleh alat
pada suatu kondisi pekerjaan tertentu. Dalam hal ini hendaknya dianalisis mengenai beban-beban apa saja yang diterima suatu alat. Berikut adalah pengaruh
tahanan gelinding dan tahanan kelandaian terhadap jenis alat.
Menanjak Up-Hill
Kendaraan beroda = Tahanan kelandaian + Tahanan Gelinding
Kendaraan berantai = Tahanan kelandaian
Datar Level
Kendaraan beroda = Tahanan gelinding
Kendaraan berantai = Nol
Menurun Down-Hill
Kendaraan beroda = Tahanan gelinding
– tahanan kelandaian Kendaraan berantai
= minus tahanan kelandaian Beban ini lah yang harus diatasi oleh suatu alat. Dengan demikian beban total
adalah sama dengan tenaga yang dibutuhkan.
2.6.2 Tenaga yang Tersedia
Adalah tenaga yang tersedia pada suatu mesin. Besar kecilnya tenaga ini tergantung “horse power” dari mesin itu sendiri. Horse power ini akan berubah menjadi
beberapa tingkat tenaga tarik drawbar pull. Besarnya tenaga tarik ini bervariasi, umumnya makin tinggi kecepatan makin rendah tenaga tariknya, demikian pula
sebaliknya.
2.6.3 Faktor Pembatas Tenaga
Tenaga yang tersedia pada suatu mesin tidak dapat dipergunakan seluruhnya karena dibatasi oleh adanya faktor traksi kritis dan keringgian daerah kerja altitude.
12 2.6.3.1
Traksi kritis Traksi kritis adalah daya cengkram suatu alat akibat adanya adhesi antara
roda penggerak dari alat tersebut dengan permukaan tanah. Batas kritis dari daya cengkram ini disebut traksi kritis, sebab alat tidak mungkin dapat memiliki daya
cengkram melebihi batas kritis ini, walaupun terhadap alat tersebut dilakukan suatu perubahan agar “horse power”nya meningkat.Jika terdapat geseran yang
cukup antara permukaan roda dengan permukaan jalan, maka tenaga mesin dapat
dijadikan tenaga traksi maksimal. Tetapi sebaliknya jika tidak cukup terdapat geseran antara roda dengan permukaan jalan, maka kelebihan tenaga mesin
dilimpahkan kepada roda dan akan mengakibatkan terjaninya slip. Koefisien traksi dapat disebut sebagai suatu faktor yang harus dikalikan dengan berat total
kendaraan untuk memperoleh traksi kritis. Besarnya nilai traksi kritis ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Traksi kritis TK = W x Ct Keterangan: W = berat kendaraan alat pada roda penggerak kg
Ct = koefisien traksi Koefisien traksi berdasarkan tipe dan keadaan tanah serta jenis roda dapat dilihat
pada Tabel 5. Tabel 5. Koefisien traksi berdasarkan tipe dan keadaan tanah, serta jenis roda
Tipe dan keadaan tanah Jenis roda
Roda ban Track
Beton, kering dan kasar 0.80
– 1.00 0.45
Tanah liat, kering 0.50
– 0.70 0.90
Tanah liat, basah 0.40
– 0.50 0.70
Pasir basah bercampur kerikil 0.30
– 0.40 0.35
Pasir lepas dan kering 0.20
– 0.30 0.30
Tanah berlumpur 0.20
0.15 Sumber: Wedhanto 2009
2.7 Proses Desain