12 2.6.3.1
Traksi kritis Traksi kritis adalah daya cengkram suatu alat akibat adanya adhesi antara
roda penggerak dari alat tersebut dengan permukaan tanah. Batas kritis dari daya cengkram ini disebut traksi kritis, sebab alat tidak mungkin dapat memiliki daya
cengkram melebihi batas kritis ini, walaupun terhadap alat tersebut dilakukan suatu perubahan agar “horse power”nya meningkat.Jika terdapat geseran yang
cukup antara permukaan roda dengan permukaan jalan, maka tenaga mesin dapat
dijadikan tenaga traksi maksimal. Tetapi sebaliknya jika tidak cukup terdapat geseran antara roda dengan permukaan jalan, maka kelebihan tenaga mesin
dilimpahkan kepada roda dan akan mengakibatkan terjaninya slip. Koefisien traksi dapat disebut sebagai suatu faktor yang harus dikalikan dengan berat total
kendaraan untuk memperoleh traksi kritis. Besarnya nilai traksi kritis ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Traksi kritis TK = W x Ct Keterangan: W = berat kendaraan alat pada roda penggerak kg
Ct = koefisien traksi Koefisien traksi berdasarkan tipe dan keadaan tanah serta jenis roda dapat dilihat
pada Tabel 5. Tabel 5. Koefisien traksi berdasarkan tipe dan keadaan tanah, serta jenis roda
Tipe dan keadaan tanah Jenis roda
Roda ban Track
Beton, kering dan kasar 0.80
– 1.00 0.45
Tanah liat, kering 0.50
– 0.70 0.90
Tanah liat, basah 0.40
– 0.50 0.70
Pasir basah bercampur kerikil 0.30
– 0.40 0.35
Pasir lepas dan kering 0.20
– 0.30 0.30
Tanah berlumpur 0.20
0.15 Sumber: Wedhanto 2009
2.7 Proses Desain
Perancangan design secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan
sebagai kegiatan pemetaan dari ruang fungsional tidak kelihatanimajiner kepada ruang fisik kelihatan dan dapat dirabadirasa untuk memenuhi tujuan-tujuanakhir perancang secara spesifik
atau obyektif. Rangkaian kegiatan iterarif yang mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsipscientifik yang bertujuan untuk mendefinisikan peralatan, proses, atau sistem secara detail
sehingga dapat direalisasikan. Dalam scope yang lebih spesifik machine design adalah kegiatan yang berhubungan
dengan “penciptaan creation” machinery yang dapat melakukan fungsinya
dengan baik, safe, dan handal.
Menurut Ullman 1992, alasan penerapan perancangan adalah karena adanya kebutuhan produk baru,efektifitas biaya, dan kebutuhan akan produk yang berkualitas tinggi. Masalah yang
sering muncul pada produk baru adalah produk tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, membutuhkan waktu yang lama dalam merealisasikannya di masyarakat, biaya terlalu mahal, dan
13 hasil produk yang kurang memuaskan. Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka perlu
dilakukan analisis permasalahan untuk mendapatkan solusi melalui tahapan perencanaan yang tepat. Perencanaan merupakan tahapan bagaimana untuk memperoleh suatu produk tertentu yang
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tahapan-tahapan dalam melakukan perancangan meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, konsep desain, pembuatan prototipe, dan pengujian kerja
prototipe. Menurut Harsokoesoemo 1999, perancangan adalah kegiatan awal dari usaha
merealisasikan suatu produk yang keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat untuk meringankan hidupnya. Perancangan terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan, oleh
karena itu perancangan kemudian disebut sebagai proses yang mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan tersebut. Perancangan dianggap dimulai identifikasi
kebutuhan produk yang diperlukan masyarakat. Berawal dari diidentifikasikannya kebutuhan produk tersebut maka proses perancangan berlangsung. Kegiatan-kegiatan dalam proses
perancangan disebut fase. Salah satu deskripsi proses perancangan adalah deskripsi yang menyebutkan bahwa proses perancangan terdiri dari fase-fase seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alir proses perancangan Sumber : Harsokoesoemo 1999
Pada umumnya perancangan alatmesin menggunakan pendekatan secara fungsional dan struktural. Pendekatan fungsional adalah pendekatan untuk menentukan fungsi
– fungsi tunggal dan mekanisme yang harus dibangkitkan agar tujuan perancangan dapat tercapai. Pendekatan
struktural pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan persyaratan teknik yaitu nilai kuantitatif yang mempunyai spesifikasi tertentu.
2.8 Ergonomi