Kelapa Sawit di Lahan Gambut

5 No Nama Alat Kegunaan 4 Angkong Alat bantu pengeluaran TBS dari dalam lahan ke TPH. 5 Kampak Alat pemotong tangkai TBS yang panjang. 6 Tajok Untuk menaikan TBS ke dalam angkong atau menaikan TBS ke dump truck. 7 Batu asah Sebagai alat asah untuk mata dodos dan pisau egrek. 8 Garu Untuk bongkar-muat TBS dari dump truck. 9 Karung Sebagai tempat untuk mengumpulkan berondolan.

2.2 Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan- lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil. Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua BB Litbang SDLP, 2008. Namun karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian Tabel 2. Tabel 2. Luas total lahan gambut dan yang layak untuk pertanian serta sebarannya di Indonesia Pulaupropinsi Luas Total ha Layak untuk Pertanian ha Sumatra Riau Jambi Sumatra Selatan Kalimantan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Selatan PapuadanPapuaBarat 6244101 4043600 716839 1483662 5072249 3010640 1729980 331629 7001239 2253733 774946 333936 1144851 1530256 6727723 694714 162819 2273160 Total 18317589 6057149 Sumber : BB Litbang SDLP 2008 dalam Agus dan Subiksa 2008 Perkembangan usaha dan infestasi kelapa sawit terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 7.327.331 ha. Dari sekitar 26.32 juta ha lahan yang dapat ditanami kelapa sawit di Indonesia, sedikitnya ada 5.6 juta ha dintaranya lahan gambut yang dapat digunakan untuk perkebunan kelapa sawit.Secara agronomis lahan gambut dapat memungkinkan sebagai perluasan penanaman kelapa sawit, namun memiliki kendala yang lebih banyak dibanding dengan pengelolalaan perkebunan sawit di tanah mineral. Kendala yang dihadapi oleh perkebunan di lahan gambut di antaranya: pengelolaan tata air, penurunan permukaan tanah subsidence, kesuburan tanah rendah, permasalahan hama dan 6 penyakit dan pembangunan infrastruktur mahal dll. Namun demikian jika lahan gambut dikelola dengan baik, tanaman kelapa sawit juga dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Menanam kelapa sawit di lahan gambut akan berhadapan dengan faktor pembatas utama, yaitu masalah drainase. Pada kondisi alami, gambut mengandung air yang berlebihan dengan kapasitas memegang air water holding capactity 20 – 30 kali dari beratnya, sehingga menimbulkan kondisi aerasi yang buruk. Keberhasilan penanaman kelapa sawit di lahan gambut dimulai dengan pembangunan sistem pengelolaan air water management yang baik. Pengelolaan air yang efektif adalah kunci untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal sesuai potensi tanaman. Dengan mempertahankan ketinggian air 60 –70 cm dari permukaan tanah diharapkan dapat memperbaiki zona perakaran sehingga penyerapan unsur hara menjadi lebih optimal. Selain itu, ketinggian permukaan air tersebut dapat membantu mengurangi laju penurunan permukaan gambut. Kelebihan air ini juga mungkin menjadi faktor pembatas akibat drainase yang sangat terhambat sehingga mengakibatkan genangan periodik maupun permanen. Kondisi ini akan mengakibatkan dampak buruk bagi tanaman, yaitu terhambatnya perkembangan akar akibat respirasi yang tertekan dan perubahan sifat kimia tanah sehingga mengakibatkan menurunnya ketersediaan hara untuk tanaman. Khusus pada tanaman kelapa sawit, kondisi ini akan mengakibatkan gejala defisiensi nitrogen dan hara lainnya pada tanaman yang ditandai dengan keragaman tanaman yang menguning pucat dan pertumbuhannya kerdil.

2.3 Karakteristik Lahan Gambut