52
c. Pengamatan subyektif selama penyimpanan
Pengamatan  dilakukan  setiap  hari  meliputi  pengamatan  subyektif warna,  aroma,  rasa, tekstur,  pembentukan  lendir  dan  miselium  kapang
selama penyimpanan empat hari. Hasil pengamatan uji keawetan sampel bakso  secara  visual  pada  beberapa  perlakuan  jenis  pengawet  yang
ditambahkan  dapat  dilihat  pada  Gambar  3.  Adapun  data  hasil pengamatan subyektif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar  3. Umur  simpan  sampel  bakso  dengan  pengawet  asam  laktat
dan asam asetat berdasarkan pengamatan visual. Hasil  pengamatan  subyektif  pada  penyimpanan  hari  ke-0  yang
meliputi  warna  dan  tekstur  bakso  menunjukkan  bahwa  sampel  dengan semua  perlakuan  masih  dalam  kondisi  normal.  Begitu  pun  dengan
penampakannya yang masih dalam kondisi normal yang ditandai dengan tidak  ditemukannya  miselium  kapang  dan  lendir.  Untuk  parameter  rasa
dan  aroma,  sampel  yang  diberi  perlakuan  asam  sudah  menunjukkan perbedaan  yang  cukup  signifikan  dengan  bakso  kontrol.  Bakso  kontrol
memiliki rasa dan aroma yang normal yaitu dominan rasa daging, namun bakso  yang  diberi  perlakuan  asam  memiliki  rasa  dan  aroma  asam.  Rasa
asam  pada  sampel  bakso  yang  diberi  perlakuan  ini  hanya  terasa  pada bagian permukaannya  saja, sedangkan  bagian dalam  bakso  masih terasa
dominan  rasa  daging.  Hal  ini  bisa  disebabkan  karena  bakso  hanya
1 2
3
Kontrol As. Laktat 4
As.Laktat 6
As.Laktat 8
As.Asetat 4
As.Asetat 6
As.Asetat 8
U m
u r
S im
p a
n H
a ri
Perlakuan Pengawet
53 dicelupkan  ke  dalam  larutan  asam  selama  1  menit  saja  sehingga  tidak
semua asam terserap ke dalam bakso. Semakin tinggi konsentrasi larutan asam  organik,  maka  semakin  tajam  pula  aroma  asam  yang  tercium  dan
rasa  asam  pada  bakso  pun  semakin  meningkat.  Larutan  asam  asetat memiliki  rasa  dan  aroma  yang  lebih  asam  dibandingkan  dengan  larutan
asam  laktat  pada  konsentrasi  yang  sama.  Menurut  de  Man  1997, beberapa  asam  organik  diurutkan  dari  yang  memiliki  rasa  asam  paling
tinggi  hingga  rasa  asam  paling  rendah  sebagai  acuan  asam  tartarat secara  berturut-turut  yaitu  asam  tartarat,  asam  malat,  asam  fosfat,  asam
asetat, asam laktat, asam sitrat, dan asam propionat. Penyimpanan  hari  pertama,  bakso  kontrol  dan  sampel  dengan
perlakuan  asam  laktat  4    mulai  mengalami  kerusakan  sedangkan sampel  yang  diberi  perlakuan  asam  lainnya  belum  menunjukkan
kerusakan.    Kerusakan  pada  bakso  kontrol  diawali  dengan  timbulnya lendir  serta  bau  asam  sebagai  pertanda  kebusukan  sedangkan  sampel
dengan  asam  laktat  4    mulai  ditumbuhi  miselium  kapang.  Menurut Buckle  et  al,. 2007,  pertumbuhan  bakteri  pada  permukaan  yang  basah
seperti  daging  dapat  menyebabkan  flavor  dan  bau  yang  menyimpang serta pembusukan bahan pangan dengan pembentukan lendir.
Sampel bakso yang dicelup ke dalam larutan asam laktat 6  dan 8 mulai  menunjukkan  kerusakan  pada  penyimpanan  hari  kedua
sedangkan sampel yang dicelup ke dalam larutan asam asetat 4 , 6 , dan  8    masih  dalam  kondisi  normal.  Tanda-tanda  kerusakan  pada
sampel  terlihat  dengan  adanya  pembentukan  miselium  kapang  di permukaan bakso. Kapang bersifat aerobik sehingga tumbuh pada bagian
luar permukaan bahan pangan yang tercemar Buckle et al., 2007. Semua sampel telah mengalami kerusakan pada penyimpanan hari
ketiga  terutama  sampel  yang  diberi  perlakuan  pencelupan  ke  dalam larutan  asam  laktat.  Tanda-tanda  kerusakan  pada  sampel  yang  diberi
perlakuan  pencelupan  ke  dalam  larutan  asam  asetat  adalah  munculnya lendir  dan  tumbuhnya  kapang  disekitar  permukaan  bakso  walaupun
jumlah  kerusakannya  tak  sebanyak  sampel  yang  diberi  perlakuan
54 pencelupan  ke  dalam  asam  laktat.  Pada  umumnya  mikroba  pembentuk
lendir  termasuk  genus  Pseudomonas,  Achromobacter,  Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus, Micrococcus, dan beberapa spesies Lactobacillus
Frazier dan Westhoff, 1988. Kerusakan pada bakso  memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas
mikroorganisme. Menurut Frazier dan Westhoff  1988, mikroorganisme penyebab  kerusakan  pada  bahan  pangan  berkadar  air  tinggi  dengan  pH
sekitar  netral  terutama  adalah  golongan  bakteri.  Menurut  Frazier  dan Westhoff    1988,  beberapa  golongan  bakteri  yang  dapat  tumbuh  baik
pada  bahan  pangan  yang  banyak  mengandung  protein,  kadar  air  tinggi dengan pH netral antara lain : golongan bakteri proteoloitik, bakteri asam
laktat,  dan  golongan  termodurik,  seperti  Micrococcus,  Bacillus,  dan Brevibakteria.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tahap 1 dengan mengacu pada  SNI  01-3818-1995,  dapat  diketahui  bahwa  sampel  yang  diberi
perlakuan  dengan  pencelupan  ke  dalam  larutan  asam  laktat  4  ,  asam laktat  6  ,  dan  asam  laktat  8    serta  asam  asetat  4    memiliki  umur
simpan satu hari, sedangkan sampel dengan perlakuan pencelupan bakso ke dalam larutan asam asetat 6  dan 8  menunjukkan hasil yang lebih
baik  karena  mampu  memperpanjang  umur  simpan  bakso  hingga penyimpanan  dua  hari.  Meskipun  demikian,  sampel  bakso  yang
dicelupkan  ke  dalam  larutan  asam  asetat  4    5.23  log  cfug  masih memiliki  penampakan  visual  yang  belum  menunjukkan  tanda-tanda
kerusakan  pada  penyimpanan  hari  ke-2.  Menurut  Jay  et  al.,  2005, kerusakan  mikrobial  umumnya  belum  terdeteksi  pada  kisaran  jumlah
mikrobag 10
3
-10
6
kecuali pada susu segar yang kemungkinan asam pada kisaran 10
5
-10
6
. Dari  penelitian  pendahuluan  tahap  1  ini  juga  dapat  disimpulkan
bahwa  asam  asetat  memiliki  tingkat  keefektifan  yang  lebih  tinggi  jika dibandingkan  dengan  asam  laktat  pada  konsentrasi  yang  sama.
Kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri ditentukan oleh besarnya nilai  pKa,  artinya  kemampuan  bakterisidal  asam  organik  pada  bahan
55 makanan  ditentukan  oleh  besarnya  persentase  molekul  yang  tidak
terdisosiasi  pKa  dari  asam  organik  yang  digunakan.  Menurut  Rahman 1999,  penggunaan  jenis  asam  organik  yang  memiliki  nilai  pKa  yang
besar,  dengan  konsentrasi  yang  tinggi  dan  pH  yang  lebih  rendah  akan meningkatkan  kemampuan  antimikroba  dari  asam  organik  tersebut.
Asam asetat memiliki nilai pKa 4.75 yang lebih tinggi dibandingkan nilai pKa  asam  laktat  yaitu  3.08  Doores,  2005.  Bila  nilai  pKa  tinggi  maka
persentase  asam  dalam  bentuk tidak  terurai  dalam  bahan  makanan  akan meningkat,  sehingga  molekul  yang  tidak  terdisosiasi  akan  menembus
dinding  sel  mikroorganisme.  Akibatnya  kondisi  sel  mikroba  akan menjadi  lebih  asam.  Sel  mikroba  akan  berusaha  membuat  kondisi
sitoplasma  tetap  berada  pada  kondisi  pH  normal,  oleh  sebab  itu  sel memerlukan  lebih  banyak  energi  untuk  mengeluarkan  molekul-molekul
tadi, akibatnya pertumbuhan sel mikroorganisme akan terhambat. Hasil  penelitian  pendahuluan  tahap  1  ini  belum  memenuhi  target
umur simpan bakso selama 4 hari sehingga diperlukan eksplorasi metode pengawetan  dan  jenis  pengawet.  Tahap  selanjutnya  dari  penelitian  ini
adalah  penambahan  jenis  pengawet  yang  diteliti  dan  mencoba menggunakan  metode  pengawetan  yang  lain  selain  pencelupan  yaitu
dengan metode perebusan.
2. Tahap 2