196 tetapi yang lebih penting bagaimana seorang pemimpin mampu memberi
semangat pada diri sendiri. Unsur ketiga adalah Tut Wuri Handayani, yang artinya ketika seorang
pemimpin berada di belakang, ia harus mampu memberikan dorongan pada orang yang dipimpinnya. Ketiga hal tersebut mengindikasikan bahwa seorang pemimpin
harus mempunyai empati merasakan apa yang dirasakan orang lain yang sangat besar. Selain itu, seorang pemimpin hendaknya tidak membuat jarak dengan orang
yang dipimpinnya.
d. Mampu Melihat Jauh Kedepan
Perilaku yang berorientasi jangka panjang biasanya didasarkan pada suatu cita-cita atau angan-angan terhadap suatu hal. Sebagai contoh, impian manusia
yang ingin terbang seperti burung, akhirnya menjadi kenyataan dengan ditemukannya pesawat terbang. Masih banyak contoh temuan inovatif yang pada
mulanya bagi sebagian orang dianggap tidak mungkin terjadi, pada akhirnya menjadi kenyataan.
Selain impian, kita harus punya visi. Visi adalah jabaran tujuan kemana pribadi harus menuju yang dapat berupa jabaran masa depan yang lebih baik dan
lebih sukses. Visi memotivasi seseorang untuk bekerja lebih keras dalam mewujudkan impiannya.
4. SDM Berkualitas Kunci Menuju Keunggulan Bangsa
Kita telah memasuki abad XXI. Pasar bebas tingkat ASEAN AFTA telah dimulai tahun 2003 dan APEC akan dimulai tahun 2020, yang berarti era
perdagangan bebas sebentar lagi akan dimulai. Kondisi ekonomi Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, begitu juga kualitas SDM-nya masih sangat rendah.
Langkah strategis untuk mengembangkan kualitas SDM ialah melalui pendidikan, bahkan masyarakat menaruh harapan yang sangat tinggi kepada dunia pendidikan.
Maka tepatlah jika UUD 1945 memberikan prioritas yang tinggi pada pengembangan SDM. Dengan memiliki SDM yang berkualitas kita akan mampu
197 bersaing dengan bangsa-bangsa lain, sebab sesungguhnya dalam era pasar bebas
selain penuh dengan tantangan sebenarnya juga banyak peluang. Dalam rangka itulah, pendidikan sebagai sarana pengembangan SDM harus
menetapkan strategi yang tepat, yakni bukan saja SDM itu dikembangkan, tetapi juga harus dipikirkan pemanfaatannya. Selanjutnya juga diperlukan perencanaan
pendidikan yang mantap dan yang tidak boleh dilupakan pengembangan SDM harus berwawasan jauh kedepan.
Sudah bukan merupakan rahasia lagi bila kualitas sumber daya manusia SDM merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional suatu
bangsa. Demikian juga keberhasilan kita dalam menghadapi era perdagangan bebas ASEAN mulai tahun 2003 dan APEC mulai tahun 2020. Oleh karena itu
tidak berlebihan bila Eli Ginzberg mengatakan: “Human resources are the key to economic development”
Warther and Davis, 1981 : 4. Untuk mewujudkan manusia dan masyarakat yang berkualitas, dunia pendidikan khususnya
pendidikan sekolah dituntut untuk lebih berperan secara aktif dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Bahkan ada harapan yang berlebih dari masyarakat
bahwa kualitas manusia Indonesia di masa mendatang sangat ditentukan oleh pendidikan kita.
Kondisi SDM di Indonesia dan negara-negara berkembang pada umumnya, secara kualitas jauh lebih memprihatinkan bila dibandingkan dengan SDM di
negara-negara maju. Negara-negara berkembang pada umumnya bukan saja menghadapi persoalan kualitas akan tetapi juga dihadapkan pada persoalan
kuantitas. Secara kuantitatif dua pertiga penduduk dunia berada di negara-negara berkembang, dengan tingkat pertumbuhan tiap tahun empat kali lebih cepat bila
dibandingkan dengan negara maju Sadik, 1991 : 50. Beban kuantitas itu ditambah dengan kondisi kualitas SDM yang memprihatinkan. Negara-negara
berkembang umumnya menghadapi masalah-masalah kemiskinan, gizi, kesehatan, pendidikan.
Era yang akan datang adalah era dengan pola produksi, distribusi, dan pemasaran barang dan jasa tidak lagi bersifat nasional tetapi akan menembus batas
ruang dan waktu sehingga tenaga kerja juga berkembang ke arah kualifikasi
198 internasional. Kita semua menyadari bahwa langkah strategis untuk
mengembangkan SDM berkualitas global adalah melalui pendidikan.
5. Potret Kualitas SDM Indonesia