Tahap-Tahap dalam Perumusan Kebijakan Publik

87 itu dikatakan Dewa Beratha saat membacakan SK itu. Hadir dalam rapat penentuan sikap itu, antara lain Gubernur Bali, Wali Kota Denpasar, Bupati Badung, Bupati Klungkung, Wakil Bupati Jembrana dan Buleleng. Hadir pula perwakilan dari Kabupaten Karangasem, Gianyar, Bangli, dan Tabanan, serta berbagai komponen masyarakat Bali. Secara aklamasi, ratusan orang yang memenuhi ruang pertemuan menyatakan menolak RUU Antipornografi dan Pornoaksi APP sekalipun direvisi disarikan dari Harian Kompas.

4. Tahap-Tahap dalam Perumusan Kebijakan Publik

Tahap-tahap dalam pembuatan kebijakan publik adalah sebagai berikut: Tahap pertama Penyusunan agenda. Tahap ini kegiatannya adalah menyeleksi masalah- masalah yang masuk ke para perumus kebijakan publik. Tidak semua masalah yang diajukan akan diusahakan pemecahannya melalui kebijakan publik. Ada yang ditunda, bahkan ada yang sama sekali tidak disentuh. Tahap kedua Perumusan kebijakan. Tahap ini merupakan pembahasan terhadap berbagai alternatif pemecahan yang diajukan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah yang terbaik, tentu saja yang dipilih. Tahap ketiga Penetapan kebijakan. Pada tahap ini telah ditentukan pemecahan masalah sebagai kebijakan publik. Penetapan ini didasarkan pada dukungan mayoritas di lembaga legislatif, konsensus antara pimpinan lembaga atau keputusan peradilan. Tahap keempat Penerapan kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah ditetapkan dilaksanakan oleh unit-unit pemerintah di tingkat bawah. Tahap kelima Penilaian kebijakan. Pada tahap ini pelaksanaan kebijakan publik akan dinilai apakah telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atau belum. 88 Dalam perumusan kebijakan publik dikenal ada dua jenis aktor yakni aktor resmi dan aktor tidak resmi. Keikutsertaan masyarakat dalam perumusan kebijakan publik merupakan aktor tidak resmi. Yang termasuk aktor tidak resmi dalam perumusan kebijakan publik adalah: partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, dan warga negara atau individu. Sedangkan aktor resminya adalah: pemerintah, eksekutif, dan parlemen legislatif, serta yudikatif, baik pusat maupun daerah. Aktor resmi dalam pembuatan kebijakan publik dapat digolongkan pada tingkat nasional dan lokal. Di tingkat nasional adalah: DPR, DPD, Pemerintah Pusat, dan Mahkamah Agung, dan Mahkamah Konstitusi. Adapun aktor di daerah adalah: DPRD, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri. Bentuk kebijakan publik pada tingkat pusat disebut Undang-undang UU, dan Peraturan Pemerintah PP. Sedangkan di tingkat daerah dinamakan Peraturan Daerah Perda. Di tingkat desa disebut Peraturan Desa Perdes. Kebijakan publik juga dibuat oleh unit-unit pemerintahan, seperti: Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan sebagainya. Pertanyaan berikutnya, bagaimanakah situasi proses perumusan kebijakan publik di lembaga-lembaga pemerintah berlangsung? Kalau kita mengamati proses pembuatan kebijakan publik secara cermat, kita akan melihat perdebatan dan berbagai upaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memperjuangkan kepentingannya agar masuk dalam perumusan kebijakan publik. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam Peraturan Daerah Perda disebut Qanun. Sebaiknya Kamu Tahu 89 Berbagai aktor tidak resmi di luar pemerintah, seperti: pengusaha, pekerja, kelompok organisasi kemasyarakatan, dan warga negara, sering tampak ikut mempengaruhi pembuatan kebijakan publik.

5. Partisipasi Masyarakat dalam Perumusan Kebijakan Publik