Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita Terhadap Derasnya Informasi?

158 penderitaan yang terjadi akibat bencana di negara lain yang jauh juga bisa kita saksikan dari sini, lewat siaran televisi. Globalisasi memungkinkan pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam di seluruh dunia. Pertemuan dan gesekan ini akan menghasilkan pertukaran kebudayaan. Setiap hari TV menghadirkan dunia ke kamar kita. Kita akan menerima suguhan berita, adegan, peristiwa, yang luar biasa banyaknya. Sudah barang tentu akan terjadi gesekan, tabrakan, dan kebingungan dalam diri kita. Bagaimana dan apa yang terjadi jika kita menyaksikan semua acara yang ada di TV jika perlu seluruh saluran. Belum lagi jika kita pergi ke Mall atau pusat perbelanjaan. Kita akan menyaksikan mode pakaian serta beragam jenis makanan, adalah contoh lain dari dampak globalisasi. Barang-barang yang dipajang di Mall di Indonesia sesungguhnya tidak banyak berbeda dengan di negara-negara maju. Sebaliknya di Mall kita akan sulit sekali untuk menyaksikan orang Jawa memakai blangkon, dan ibu-ibu memakai kebaya, kecuali mereka sedang menjadi penerima tamu dalam acara perkawinan. Dari sekian contoh itu, yang paling menonjol adalah nilai dan peran materialisme. Hampir semuanya akan diukur dengan seberapa tebal kantong kita, ketika kita berada di situasi seperti itu. Menyikapi kondisi yang demikian ini kita harus bijak. Kita ambil yang baik darimanapun datangnya. Kita buang yang buruk dari manapun asalnya. Selanjutnya kita ciptakan sesuatu yang baru, yang sesuai dengan keyakinan kita, sesuai dengan falsafah bangsa, dan sesuai dengan budaya bangsa. 2. Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita Terhadap Derasnya Informasi? Pada saat Indonesia memutuskan untuk memiliki sistem komunkasi satelit domestik Palapa di tahun 1974. Sebenarnya Indonesia telah membuka diri memasuki era globalisasi. Apalagi dengan hadirnya satelit Palapa, Indonesia segera mengadopsi kebijakan angkasa terbuka. Tidaklah mengherankan, apabila kemudian, siaran TV negara Malaysia, Singapura dan Filipina dapat diterima oleh masyarakat di tempat-tempat tertentu di Indonesia. Pada saat itu orang mulai membandingkan antara siaran TVRI dengan TV asing. Apalagi setelah pemilikan 159 parabola diijinkan kesempatan untuk menikmati TV asing menjadi sangat terbuka. Dengan diijinkannya TV swasta nasional beroperasi, maka kemudahan untuk menikmati tayangan asing lewat TV domestik juga menjadi terbuka. Proses globalisasi melalui siaran TV membuka peluang bagi masyarakat Indonesia, untuk mengetahui berbagai tayangan TV dunia. Kita semua tahu bahwa, pemasok tayangan TV yang terbesar di dunia adalah Amerika Serikat. Frekuensi penyaksian tayangan asing yang tinggi memungkinkan terjadinya proses sosialisasi dan adopsi nilai-nilai Barat atau negara maju ke negara berkembang. Menyikapi hal ini, kita harus selektif di dalam memilih tayangan dan berita. Ada baiknya orang tua mendampingi putra-putrinya dalam menonton TV. Pesawat televisi hampir ada di setiap rumah tangga Sumber: Dokumen pribadi Menyikapi Globalisasi sebagai Tantangan bagi Indonesia Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD dan internet kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola dan internet, kita dapat menyaksikan berbagai kejadian dunia, dari kamar tidur kita. Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk iklan yang sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala macam film karton dan film-film yang tidak 160 seharusnya dilihat. Kita dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron. Lewat TV juga ditayangkan program-program mimbar agama, ceramah, diskusi dan berita yang mengandung nilai-nilai positif, bahkan juga agamis. Namun biasanya hal-hal yang seronok, porno, aneh dan lucu, bandel, justeru lebih berkesan dibandingkan dengan hal-hal yang datar, serius dan penuh nilai etika atau agama. Adegan kekerasan akan lebih berkesan di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah agama. Di kalangan tertentu ada anggota masyarakat yang merasa naik gengsinya jika mengikuti gaya hidup global. Untuk kalangan seperti ini, globalisasi merupakan gaya hidup, yang berarti mentalitasnya sudah terasuki oleh gaya hidup global. Contohnya ada gaya pergaulan kelompok menengah, kelompok ABG gedongan, kelompok eksekutif, kelompok anak muda sukses, kelompok anak orang kaya, dan masih banyak lagi kelompok yang dibangun atas dasar gengsi. Biasanya kelompok ini mempunyai gaya tersendiri dalam mendefinisikan keperluan sehari- hari. Kemana harus menonton, kemana harus jalan-jalan, kemana harus makan dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini , banyak ancaman budaya berupa kebebasan yang datang dari dunia Barat. Dan ketika kebebasan itu berlebihan, maka nilai-nilai dan norma budaya lokal serta nasional, terlebih lagi nilai agama, akan terancam olehnya. Tentu kebebasan disini bukan dalam pengertian positif, seperti kebebasan berfikir, kebebasan menyampaikan pendapat demi kontrol sosial, dan sejenisnya. Namun, kebebasan yang menjurus pada kepuasan lahiriah, egoisme, dan hedonisme. Akibat negatif dari kebebasan seperti inilah yang kemudian berupa kebebasan penyalah gunaan narkoba, kebebasan seks, kebebasan makan minum barang haram, dan sejenisnya. 161 Menyikapi Globalisasi sebagai Peluang bagi Indonesia Di pihak lain, jika globalisasi memberi pengaruh hal-hal, nilai dan praktek yang positif, maka seharusnya menjadi peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyerapnya. Terutama yang tidak mengalami benturan dengan budaya lokal atau nasional, terutama sekali nilai-nilai agama. Dengan demikian, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada di Barat, dapat masuk Indonesia dan dapat dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat kita. Adapun budaya positif tersebut misalnya, budaya disiplin, kebersihan, tanggung jawab, egalitarianisme, kompetisi, kerja keras, menghargai waktu, penghargaan terhadap orang lain, terpanggil untuk membantu orang lain yang membutuhkan bantuan kita, demokrasi, dan sebagainya. Di sinilah seharusnya agama dan Pancasila mampu memberi bimbingan ke arah yang terang itu. Tidak ada jeleknya kita meniru Barat dalam hal-hal yang positif, dan membuang budaya jauh-jauh yang tidak baik meskipun itu budaya sendiri. Apa ukuran baik dan buruk itu? Ukurnnya adalah agama yang kita anut, kepribadian dan budaya bangsa kita. Tuliskan pendapatmu terhadap pernyataan di bawah ini dengan memilih, pernah atau tidak pernah. Jangan lupa berikan alasannya. No Pernyataan Pernah Tdk Pernah Alasan 1 Menggunakan komputer 2 Menggunakan hand phone 3 Menggunakan internet 4 Berkirim surat dengan e-mail 5 Bepergian ke luar negeri 6 Bepergian dengan pesawat terbang 7 Mengunjungi supermarket 8 Makan di restoran cepat saji 9 Makan mie instant 10 Mendengarkan musik barat Tugas 162

5. Menyikapi Kerasnya Kompetisi di Era Globalisasi