Pemerintahan Desa Otonomi Desa

101

b. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Kepala desa dipilih langsung oleh warga desa. Syarat dan tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa. Masa jabatan kepala desa diatur dalam Peraturan Daerah dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Badan Permusyawaratan Desa BPD bertugas menetapkan peraturan desa bersama kepala desa.. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Masa jabatan anggota BPD diatur dalam Peraturan Daerah dan dapat dipilih lagi untuk satu kali masa jabatan.

c. Otonomi Desa

Otonomi desa pada era Orde Baru memiliki corak seragam di seluruh Indonesia. Sejak era Reformasi corak otonomi desa menjadi beraneka ragam. Keanekaragaman itu, misalnya tampak dari sebutan desa, yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Istilah desa menjadi sangat beragam. Beberapa istilah untuk menyebut desa, yaitu: nagari, kampung, gampong, huta, bori, dan marga. Keberagaman itu terjadi karena diakuinya otonomi asli , berdasarkan asal- usul desa. Status desa bersifat otonom. Karena otonom, maka desa tidak menjadi bawahan dari kecamatan. Kewenangan desa meliputi: a. Kewenangan asli, sudah ada berdasarkan asal-usul desa; b. Kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan; c. Kewenangan yang merupakan “tugas pembantuan” dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kewenangan desa berdasarkan asal-usul desa merupakan otonomi asli, bukan pemberian pemerintah. 102 Kewenangan desa yang belum dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah merupakan kewenangan “sisa”. Kewenangan “sisa” ini sebagai konsekuensi desa sebagai sistem pemerintahan paling rendah. Untuk tugas pembantuan dari pemerintah dan pemerintah provinsi, desa bisa menolak apabila tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Otonomi desa dirancang untuk meningkatkan demokratisasi di desa. Badan permusyawaratan desa BPD berfungsi mengayomi adat-istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. Pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, serta pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBD. Sumber pendapatan desa terdiri atas: a. Pendapatan asli desa meliputi: 1 hasil usaha desa; 2 hasil kekayaan desa; 3 hasil swadaya; 4 hasil gotong-royong; 5 lain-lain pendapatan asli desa yang sah. b. Bagi hasil pajak dan retribusi dari kabupatenkota. c. Bagian dari dana perimbangan. d. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota.

4. Sumber Pendapatan Daerah Otonom