Potret Kualitas SDM Indonesia

198 internasional. Kita semua menyadari bahwa langkah strategis untuk mengembangkan SDM berkualitas global adalah melalui pendidikan.

5. Potret Kualitas SDM Indonesia

Jumlah angkatan kerja pada saat ini diperkirakan lebih dari 100 juta orang. Dari jumlah tersebut 54 bekerja di sektor pertanian, 15 di sektor perdagangan eceran dan hotel, 13 di sektor jasa, 10 pada manufaktur dan 8 di sektor lain- lain. Selanjutnya setiap tahun di Indonesia ada kurang lebih 4,5 juta tenaga kerja baru memasuki dunia kerja dan harus disediakan lapangan pekerjaan. Dari jumlah itu sebagian besar hanya tamat sekolah dasar yaitu sebanyak 2,2 juta, tamat SLTP atau pernah duduk di SLTP 2,1 juta, dan jumlah angkatan kerja yang tamat SLTA dan pernah duduk di SLTA hanya 1 juta saja. Melalui program wajib belajar sembilan tahun diharapkan pendidikan terendah angkatan kerja kita untuk tahun- tahun mendatang adalah tamat SLTP Djemari Mardapi, 1998: 5. Indonesia saat ini tengah mengalami transformasi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Dalam hal kualitas sumber daya manusia kita memang sangat ketinggalan, sebab menurut hasil penelitian, dari 48 negara yang diteliti, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dalam hal kualitas sumber daya manusianya, menduduki peringkat ke-42 dalam hal kemampuan manajemennya, dan menduduki peringkat 40 dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya Husaini Usman, 1997 : 12. Era pasar bebas menimbulkan masalah-masalah pendidikan, seperti bagaimana menumbuhkan kemampuan berfikir analitik dan saintifik, bagaimana menciptakan sikap inovatif dan kreatif Tilaar, 1996. Sementar itu Unesco menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah sejauh mana peran lembaga pendidikan sebagai pusat pengembang iptek, bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang profesional, bagaimana menciptakan lembaga pendidikan sebagai tempat proses belajar mengajar yang kondusif, bagaimana pula melakukan kerjasama internasional yang saling menguntungkan Unesco, 1996. 199 Masalah-masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia dalam menyongsong pasar bebas adalah masalah rendahnya kompetisi, rendahnya kerjasama, rendahnya adaptasi, rendahnya partisipasi, inovasi, dan jati diri Husain Usman, 1997 : 13. Rendahnya kompetisi tercermin dari rendahnya kualitas, relevansi, dan internasionalisasi pendidikan. Rendahnya kerjasama tampak dari adanya gejala bahwa masing-masing yang terlibat dalam pendidikan masih berjalan sendiri-sendiri dengan tujuannya sendiri-sendiri pula. Rendahnya kerjasama juga tampak dari tidak menyatunya ilmu-ilmu yang diberikan kepada peserta didik, dimana ada kesan bahwa masing- masing ilmu berdiri sendiri-sendiri. Rendahnya angka partisipasi pendidikan, khususnya angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia terlihat dari data berikut, angka partisipasi Indonesia 10, Thailand 16, Hongkong 18, Filipina 28, Australia 39, Korea Selatan 40, Jepang 66, Amerika Serikat 76, dan Kanada 99. Rendahnya angka partisipasi tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti rendahnya pendapatan masyarakat, selain itu sektor pendidikan hanya mendapat anggaran relatif kecil dari APBN kita, padahal rata-rata negara ASEAN mengalokasikan 12 APBN untuk sektor ini UNESCO, 1996. Baru belakangan ini anggara pedidikan di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup berarti, yakni mendekati 20 dari APBN. Era perdagangan bebas merupakan era industrialisasi, dengan tumpuan kemampuan tenaga kerja, khususnya dalam bidang teknologi. Kemampuan tenaga kerja kita dalam menyongsong era pasar bebas masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia. Pada akhir tahun 1995 ada sebanyak 57.159 orang tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia, dan di dalamnya ada 23.407 orang tenaga yang bekerja pada tingkat operator atau teknisi menengah Suyanto, 1996. Sebaiknya Kamu tahu 200

6. Pengembangan SDM untuk Keunggulan Bangsa