Menentukan Gaya Pertunjukan drama teori dan praktik pementasan edit 1

123

B. Menentukan Gaya Pertunjukan

Seorang Sutradara begitu serius mengamati naskah yang pertama kali dia terima untuk sebuah pertunjukan. Kira-kira apa yang sedang dipikirkan atau skema apa yang sedang dibentuk dalam imaji sutradara tersebut? Apakah dia langsung membayangkan gambaran detail panggung yang akan diciptakannya atau dia langsung membayangkan siapa aktor yang cocok untuk memainkan naskah tersebut? Seandainya sutradara langsung melakukan hal tersebut tanpa melewati tahapan sebelumnya maka telah terjadi lompatan yang terlalu jauh dari prosedur proses yang harus dilakukan. Imaji adalah kesadaran Becket, via Sumanto, 2001. Ketika seorang sutradara melakukan proses memunculkan imaji tentang gambaran sebuah pertunjukan maka hal tersebut dilakukan dengan sadar. Kesadaran itu akan melalui beberapa tahap hingga imaji yang muncul akan hadir dengan detail dan sesuai dengan konsep yang tepat. Pertama kali adalah memahami naskah. Seorang sutradara harus mempunyai pengetahuan dasar tentang beberapa gaya naskah. Dalam teater modern kita akan menemui gaya naskah realis, surealis, dan absurd. Konsep untuk memahami gaya naskah sangatlah penting dimiliki oleh seorang sutradara sebelum lanjut ke proses selanjutnya. Hal tersebut merupakan tuntutan dasar sehingga sutradara mampu mengetahui hukum-hukum drama. 1. Mengolah Gaya Naskah Menjadi Gaya Pertunjukan Ketika pertama kali seorang sutradara memegang naskah maka dia harus mampu menganalisis gaya naskah tersebut. Naskah itu merupakan naskah, tragedi, naskah realis, surealis atau naskah absurd. Setelah gaya naskah ditemukan, tema dari naskah ditemukan dan analisis struktur dalam serta analisis naskah secara eksternal telah dilakukan maka sutradara segera menentukan gaya pertunjukan seperti apakah yang akan digarap. Ada beberapa gaya pertunjukan dalam teater dan setiap gaya pertunjukan mempunyai hukumnya masing-masing. Teater klasik tragedi Yunani dengan teater Tradisional dari Timur tentunya 124 mempunyai hukum yang berbeda-beda. Begitu pula dengan gaya realis, surealis maupun absurd juga memiliki hukum pertunjukan yang berbeda. Tidak semua naskah dengan gaya realis harus dipentaskan dengan gaya realis. Bisa juga naskah dengan gaya realis dipentaskan dengan gaya surealis atau gaya pertunjukan tradisional maupun tragedi. Beberapa ciri gaya pertunjukan tragedi klasik, realis, surealis, dan absurd sebagai berikut. a. Gaya pertunjukan realis Gaya pertunjukan realis adalah gaya pertunjukan yang bertolak dari detail-detail dalam kehidupan nyata. Sehingga waktu, latar, set yang ada di atas panggung haruslah mampu menghadirkan waktu, latar, set sesuai dengan kenyataan yang akan ditampilkan. Itulah sebabnya dalam pertunjukan realis “seorang aktor harus mengabaikan kehadiran penonton” sebab ada dinding keempat imajiner yang dihadirkan dalam pertunjukan tersebut. Dinding keempat tersebut bertujuan untuk menyampaikan adanya “jarak waktu” antara waktu di atas panggung dengan waktu para penonton. Setting yang digunakan dalam pertunjukan realis harus mampu menceritakan dimana peristiwa itu terjadi, pada tahun berapa, pada kondisi budaya yang seperti apa, dan juga pada kondisi sosial yang seperti apa. Begitupula tata cahaya dalam panggung realis merupakan wakil dari cahaya yang ada dalam kehidupan nyata. Sehingga tidak diperkenankan memakai pencahayaan yang berwarna seandainya memang itu tidak terjadi dalam kenyataan. Kostum serta make-up yang digunakan dalam pertunjukan realis juga bertolak dari kenyataan. Seorang yang bertanggungjawab dalam make-up dan kostum harus mengetahui berapa usia tokoh, bagaimana kehidupan sosial tokoh, bagaimana cuaca yang sedang berlangsung dalam 125 cerita itu. Sehingga unsur-unsur riil dalam dunia nyata mampu dihadirkan di atas panggung. b. Gaya pertunjukan surealis Berbeda dengan gaya realis, dalam gaya pertunjukan surealis seorang sutradara tidak harus menghadirkan kenyataan ke atas panggung. Akan tetapi surealisme bisa jadi menjadi ekspresi dari kenyataan itu. Sehingga make-up dan kostum yang dipakai tidak menyerupai keseharian, tetapi justru bisa dihadirkan dengan gaya-gaya karikatural. Begitu pula dengan tata cahaya yang digunakan dalam pertunjukan surealis bisa lebih ekspresif. Misalnya ketika tokoh dalam keadaan marah bisa disorot dengan lampu berwarna merah, atauketika sedang suasana sedih bisa digunakan nuasa lampuyang redup. Pergerakan tokoh dalam pertunjukan surealis pun tidak membutuhkan motivasi akan tetapi pergerakan tokoh itu hadir sebagai bentuk dari ekspresi. c. Gaya pertunjukan klasik Gaya pertunjukan klasik seringkali dimainkan untuk menggarap naskah-naskah tragedi seperti Oidipus, Antigone ataupun Romeo dan Juliet. Gaya pemeranan yang digunakan adalah grand style dan dialog dilantunkan seperti layaknya orang berpuisi. Sebab tujuan dari pertunjukan ini adalah mengindah- indahkan penampilan baik dari segi visual maupun audio. d. Gaya pertunjukan Musikal Gaya pertunjukan musikal adalah pertunjukan teater yang bertolak dari gaya-gaya musik. Kehadiran musik tidak hanya sebagai ilustrasi akan tetapi musik mempunyai peran yang cukup penting sebagai pencipta irama. Bahkan terkadang dialog-dialog dalam drama musikal disampaikan dengan irama musik atau dilagukan. Dalam drama musikal biasanya hadir beberapa kelompok koor yang menyanyikan beberapa dialog yang berhubungan 126 dengan cerita. Koor tersebut terkadang juga berkomunikasi dengan pemain atau aktor sehingga koor tidak hanya berfungsi seperti “sinden” dalam pertunjukan tradisi akan tetapi juga sebagai pemain dalam cerita tersebut. Seorang aktor dalam drama musikal biasanya harus mempunyai kemampuan menyanyi, menari dan berdialog yang bagus. 2. Praktik Praktik pengolahan gaya naskah menjadi gaya pertunjukan yang diinginkan bisa dilakukan dengan daftar tabel berikut. GAYA NASKAH “PERKAWINAN PERAK” REALIS Setting Ciri tokoh Sosial - Budaya urban. - Pinggiran Jakarta. - Ideologi egaliter atau liberal. Nama Istri Suami Waktu Tempat -abad 19 -malam -jam 19.30 ke atas Psikologis -Penyabar -Melankolis -Dalam kondisi ingin punya anak -Suka berapologi -Sanguis -Jakarta -ruang tengah sebuah rumah Ideologis -Penganut feminisme -Egaliter Sosial -Seorang aktiis -Wanita karier -Pekerja Kantor -Penghasilan cukup Fisiologis Usia -40-an 40-an Gambaran badan -Badan agak gempal -Suka berdandan tapi tidak mewah. -berkumis -tubuh tegap Setelah analisis terhadap naskah selesai dan sutradara telah mampu mengetahui gaya naskah tersebut maka langkah berikutnya adalah 127 menentukan Gaya Pertunjukan yang seperti apakah yang akan digunakan. Perhatikan Tabel Konsep Pertunjukan Berikut. Gaya Pertunjukan “Perkawinan Perak” REALIS Konsep Set Konsep Ligthing Kostum make-up Konsep Musik Casting Jenis Natural General -karakter -Digital Fisik dan Pengalaman Gambaran menghadirkan set.ruang tamu apa adanya dengan gaya bangunan perumahan Jakarta. -sebagai perwakilan dari waktu malam. -sesuai dengan karakter realis. -Musik tidak bersifat ilustrasi. Namun menghadirkan suara yang sering didengar diperkotaan ketika malam. Seperti suara motor dsb. -mencari aktor yang mempunyai perawakan tubuh yang sama dengan tokoh dan sudah berpengalaman pentas. 3. PELATIHAN Silakan menyusun tabel analisis gaya naskah dan kemudian tentukan gaya pertunjukan yang akan dipilih dalam kasus Naskah “Petang Di Taman” karya Iwan Simatupang. C. Merealisasikan Konsep Merealisasikan konsep penyutradaraan dengan mengimplemen- tasikan analisis naskah dan gaya pertunjukan dalam bentuk pelatihan tahap demi tahap seperti menyusun jadwal pelatihan terstruktur sam- pai latihan akhir dan pemensan. 128 Berikut adalah Skedul atau jadwal latihan dalam merealisasikan konsep pementasan. No Haritgl Kegiatan Bentuk tempat ket 1 Membaca naskah reading Diskusi studio Membahas Kelebihan Naskah 2 Membaca Naskah Readingbaca dialog kelas Memilih peran 3 Latihan kreativitas dan imajinasi Blocking, gerak tubuh, dialog spontan berpasangan sendiri Studio Membenahi pemeranan 4 Memantapkan adegan 1 Blocking panggung --- 5 Dst. 129 BAB 10 ARTISTIK Artistik berkait dengan kehdiran keindahan aspek visual dan auditif dalam sebuah pertunjukan. Tim artistik adalah orang-orang yang membantu sutradara dalam mengurus 1 panggung atau pentas stage, 2 setting atau dekorasi, 3 tatalampusinar lighting 4 tatasuarasound efect, 5 kostum kostum, dan tatarias wajah make up

A. Panggungpentas